Walter Spies Sosok Pembaru Sekaligus Pendorong Seni Bali
Hubungan antarmasyarakat berjalan mendahului hubungan antarbangsa. Seniman Walter Spies menjadi tokoh penting dalam perkembangan seni Bali modern melalui Pita Maha di Ubud, Gianyar, Bali.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
ISTIMEWA/DIG
Lembaga Persahabatan Jerman dan Indonesia serta Yayasan Cahaya Perempuan dan Budaya Indonesia, Jumat (18/11/2022), menggelar seminar bertemakan "Budaya dalam Dialog" dengan judul "Walter Spies Mengetuk, Bali Membuka Pintu, Melangkah dalam Dialog Indonesia-Jerman", dalam rangka memperingati 70 tahun hubungan diplomatik antara Jerman dan Indonesia.
DENPASAR, KOMPAS – Walter Spies menjadi seniman Jerman yang berpengaruh besar dalam perkembangan seni dan pariwisata Bali. Walter Spies menjadi tokoh pembaru dalam dunia seni rupa Bali dan juga turut mendorong perkembangan pariwisata Bali.
Jejak dan pengaruh Walter Spies tersebut diulas dalam seminar bertemakan ”Budaya dalam Dialog” dengan topik ”Walter Spies Mengetuk, Bali Membuka Pintu, Melangkah dalam Dialog Indonesia-Jerman”, yang diikuti secara daring dari Museum Seni Agung Rai (Arma) Ubud, Gianyar, Jumat (18/11/2022).
Seminar diselenggarakan Lembaga Persahabatan Jerman dan Indonesia (Deutsch-Indonesische Gesellschaft/DIG) serta Yayasan Cahaya Perempuan dan Budaya Indonesia dalam rangka memperingati 70 tahun hubungan diplomatik antara Jerman dan Indonesia. Seminar ini digelar untuk merefleksikan dan menatap perspektif hubungan Indonesia dengan Jerman melalui kegiatan diplomatik ataupun diplomasi budaya.
Seniman dan intelektual Walter Spies sudah berada di kawasan Hindia Belanda, atau Nusantara, sejak 1920-an, atau mendahului hubungan diplomatik antara Indonesia dan Jerman yang dimulai 1952. Oleh karena itu, Walter Spies, atau disebut oleh masyarakat Ubud, Gianyar, sebagai Tuan Tepis, juga disebut-sebut sebagai penggagas diplomasi budaya atau seniman yang berupaya mengembangkan pertukaran budaya.
ISTIMEWA/DIG
Tangkapan layar dari materi pemaparan Soemantri Widagdo dalam seminar berjudul "Walter Spies Mengetuk, Bali Membuka Pintu, Melangkah dalam Dialog Indonesia-Jerman", yang diselenggarakan Lembaga Persahabatan Jerman dan Indonesia serta Yayasan Cahaya Perempuan dan Budaya Indonesia, Jumat (18/11/2022).
Ketua Lembaga Persahabatan Jerman dan Indonesia (DIG) Karl Mertes menyebutkan, sekitar 1923 Walter Spies datang ke Batavia (Jakarta) terlebih dahulu, kemudian ke Bandung, lalu ke Yogyakarta. Setelah dari Yogyakarta, Walter Spies ke Bali dan bertemu Raja Ubud Tjokorda Gde Agung Sukawati. Dengan dukungan Raja Ubud, Walter Spies berkenalan dan berinteraksi dengan seniman-seniman Ubud dan Gianyar.
Dalam sambutannya, Karl Mertes juga menyatakan, sebelum Walter Spies ke Hindia Belanda, seorang bangsawan Jawa, yakni Raden Saleh, sudah mengadakan perjalanan ke Eropa sekitar 1829 dan belajar seni melukis di Jerman. “Jadi, hubungan antarmasyarakat (Jerman dan Indonesia) sudah lama terjadi,” katanya.
Budayawan dan kritikus seni rupa Jean Couteau menyatakan, Walter Spies berasal dari Jerman, tetapi dia lahir dan menjalani masa kecilnya di Rusia. Walter Spies dikenal sebagai seniman yang berbakat di bidang musik dan juga berpengetahuan. Walter Spies merasakan kompleksitas situasi di Eropa pada masanya. Di pengujung Perang Dunia I, menurut Jean Couteau, Walter Spies ke Belanda lalu bepergian ke kawasan Hindia Belanda, sampai akhirnya ke Indonesia.
ISTIMEWA/DIG
Tangkapan layar dari materi pemaparan I Wayan Dibia dalam seminar berjudul "Walter Spies Mengetuk, Bali Membuka Pintu, Melangkah dalam Dialog Indonesia-Jerman", yang diselenggarakan Lembaga Persahabatan Jerman dan Indonesia serta Yayasan Cahaya Perempuan dan Budaya Indonesia, Jumat (18/11/2022), dalam rangka memperingati 70 tahun hubungan diplomatik antara Jerman dan Indonesia.
Seniman I Wayan Dibia menyatakan, dirinya mendapatkan wawasan tentang seni pertunjukan Bali secara lebih lengkap dari buku berjudul Dance and Drama in Bali yang ditulis Walter Spies dan Beryl De Zoete. Memberikan materi secara daring dari Singapura, Jumat (18/11/2022), Dibia mengatakan, masyarakat di Ubud dan sekitarnya di Gianyar menyebut Walter Spies sebagai Tuan Tepis.
”Walter Spies berkontribusi penting dalam pengembangan seni pertunjukan untuk pariwisata di Bali,” kata Dibia. ”Walter Spies menjadi inovator yang mendorong Limbak untuk membuat tari kecak pertunjukan,” lanjutnya.
Pendiri Arma Ubud, Anak Agung Gde Rai, mengatakan, Walter Spies merupakan sosok yang menginspirasi perkembangan dan kehidupan seni di Bali, khususnya di Ubud, Gianyar. Pengaruh Walter Spies berdampak positif dalam membangun ekonomi kreatif berbasis seni.
ISTIMEWA/DIG
Tangkapan layar dari materi pemaparan Soemantri Widagdo dalam seminar berjudul "Walter Spies Mengetuk, Bali Membuka Pintu, Melangkah dalam Dialog Indonesia-Jerman", yang diselenggarakan Lembaga Persahabatan Jerman dan Indonesia serta Yayasan Cahaya Perempuan dan Budaya Indonesia, Jumat (18/11/2022).
Di Bali, Walter Spies bersama Rudolf Bonet dan Raja Ubud Tjokorda Gde Agung Sukawati serta seniman I Gusti Nyoman Lempad membentuk perkumpulan pelukis Bali, yang juga mengawali gerakan sosial seni modern, yakni Pita Maha.
Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar I Wayan ”Kun” Adnyana mengatakan, Pita Maha menjadi inovator seni Bali baru sedari masa 1920 hingga 1930, yang sentuhan ataupun gaya berkeseniannya masih berlanjut sampai saat ini. Kun Adnyana menyebutkan, Walter Spies dan Rudolf Bonet dikenal dan disebut sebagai sosok seniman hebat karena keduanya juga menjadi bagian dalam gerakan sosial seni Pita Maha di Bali.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hilmar Farid mengungkapkan, Walter Spies sangat dikenal karena seniman tersebut juga terlibat dalam pengembangan seni melalui Pita Maha di Bali. Hilmar menyatakan, meskipun hubungan diplomatik Indonesia dan Jerman dimulai 1952, hubungan antarmasyarakat berbeda negara itu melalui pertemanan dan kolaborasi sudah berlangsung dan berjalan terlebih dahulu.
ISTIMEWA/DIG
Seminar bertemakan "Budaya dalam Dialog" dengan judul "Walter Spies Mengetuk, Bali Membuka Pintu, Melangkah dalam Dialog Indonesia-Jerman" diselenggarakan Lembaga Persahabatan Jerman dan Indonesia serta Yayasan Cahaya Perempuan dan Budaya Indonesia, Jumat (18/11/2022), dalam rangka memperingati 70 tahun hubungan diplomatik antara Jerman dan Indonesia.
Apresiasi atas penyelenggaraan seminar tentang sosok Walter Spies dan hubungan diplomasi antara Jerman dan Indonesia disampaikan Duta Besar Jerman untuk Indonesia Ina Ruth Luise Lepel dalam sambutannya melalui video, yang ditayangkan mengawali pembukaan seminar.
Dubes Ina Lepel menyebutkan dialog budaya menguatkan hubungan diplomasi dan kolaborasi. ”Walter Spies tidak hanya memberikan pengaruh kepada seniman lokal, dan sebaliknya, Walter Spies juga banyak dipengaruhi seniman Bali,” ujarnya.