Vandalisme Para Aktivis Lingkungan Abaikan Kerentanan Karya Seni
Penyiraman sup kacang dan tomat ke lukisan Van Gogh hingga melempar kentang tumbuk ke lukisan Claude Monet meresahkan para pemimpin museum. Aksi ini dinilai mengabaikan kerentanan karya seni tersebut.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lebih dari 90 pemimpin museum di sejumlah negara merespons vandalisme yang dilakukan aktivis lingkungan terhadap karya seni beberapa waktu terakhir. Menurut mereka, aksi para aktivis telah mengabaikan kerentanan karya seni yang ”tidak tergantikan”.
Hal tersebut disampaikan Dewan Museum Internasional (ICOM) di Jerman melalui pernyataan bersama sekitar 90 pemimpin museum di sejumlah negara. Beberapa di antaranya perwakilan The National Gallery, London; The Metropolitan Museum of Art, New York; Guggenheim Museum and Foundation, New York; Georg Kolbe Museum, Berlin; dan Louvre Museum, Paris.
Mereka menilai bahwa karya seni merupakan bagian dari warisan budaya dunia yang mesti dilestarikan. Itu sebabnya mereka menyayangkan perusakan karya seni yang dilakukan beberapa aktivis lingkungan.
”Sebagai direktur museum yang dipercayakan untuk merawat karya-karya seni ini, kami sangat terguncang oleh aksi membahayakan mereka yang berisiko,” ucap ICOM melalui laman resmi ICOM Jerman, Senin (14/11/2022).
Baru-baru ini, sejumlah aktivis lingkungan menyiram lukisan berjudul ”The Sower” karya Van Gogh dengan sup kacang di Roma, Italia. Lukisan yang ditutup kaca pelindung tersebut dilaporkan tidak rusak. Lukisan yang dibuat pada tahun 1888 ini merupakan koleksi Kroller-Muller Museum, Belanda, yang kini dipinjamkan untuk pameran di Roma.
Saat itu, para aktivis juga memprotes perubahan iklim. Aksi ini diharapkan mendapat atensi publik. Di sisi lain, aksi mereka dikecam Menteri Kebudayaan Italia Gennaro Sangiuliano.
”Menyerang seni adalah tindakan tercela yang mesti dikecam dengan tegas. Kebudayaan, yang adalah dasar identitas kita, mesti dipertahankan dan dilindungi, serta tidak digunakan sebagai pengeras suara untuk protes,” kata Sangiuliano.
Bukan pertama kali
Pada 14 Oktober 2022, lukisan berjudul ”Bunga Matahari” karya Van Gogh di Galeri Nasional, London, Inggris, menjadi sasaran vandalisme aktivis lingkungan. Para aktivis dari Just Stop Oil menyiram lukisan legendaris tersebut dengan dua kaleng sup tomat. Mereka juga menempelkan tangan ke dinding sekitar lukisan dengan lem.
Selain mengotori lukisan, bingkai lukisan pun rusak. Lukisan yang dibuat pada tahun 1888-1889 ini tidak rusak karena dilindungi kotak kaca, Lukisan tersebut segera dibersihkan dan kembali dipajang di Galeri Nasional, London.
Dalam aksinya, salah satu aktivis mempertanyakan mana yang lebih penting: perlindungan terhadap karya seni atau masyarakat. Ini terkait krisis yang dialami masyarakat terkait harga minyak dunia. Aksi ini menuai beragam reaksi dari publik.
Menyerang seni adalah tindakan tercela yang mesti dikecam dengan tegas. Kebudayaan, yang adalah dasar identitas kita, mesti dipertahankan dan dilindungi, serta tidak digunakan sebagai pengeras suara untuk protes.
Aksi serupa juga dilakukan aktivis dari Last Generation di Barberini Museum, Postdam, Jerman. Mereka melempar lukisan ”Les Mules” karya Claude Monet, lalu menempelkan tangan mereka di dinding pada 23 Oktober 2022. Beruntung, lukisan tersebut tertutup oleh kaca pelindung.
Pada Juli 2022, aktivis dari Just Stop Oil juga menyasar lukisan ”The Last Supper” karya Leonardo Da Vinci di Royal Academy, London. Mereka menyemprotkan cat pada tangan, kemudian menempelkan tangan mereka di bingkai lukisan repro tersebut. Mereka juga pernah menyasar lukisan ”The Hay Wain” karya John Constable di Galeri Nasional, London.
Menurut ICOM, museum merupakan tempat berdialog bagi semua orang. Kendati menyayangkan vandalisme yang terjadi, ICOM menyatakan bakal mempertahankan perannya sebagai ruang bebas untuk berkomunikasi.
”ICOM berharap agar museum dipandang sebagai rekan dalam menghadapi ancaman bersama terhadap perubahan iklim,” kata mereka. (AP/AFP)