Kabupaten Malang Merintis Program Memilah Sampah Rumah Tangga
Tingginya volume sampah rumah tangga Indonesia memerlukan penanganan dari berbagai pihak. Salah satu yang perlu didukung adalah kerja sama antara organisasi nirlaba dengan masyarakat.
Oleh
Ayu Nurfaizah
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS-Rumah tangga memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi sampah di Indonesia sebesar 40,9 persen. Diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak untuk menanganinya.
Seperti yang dilakukan The Alliance to End Plastic Waste dalam program "Bersih Indonesia" yang diinisiasi di Kabupaten Malang, Jawa Timur pada Mei 2022. "Kami bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang dan saat ini programnya sedang dalam tahap perencanaan. Rencananya, pada tahun 2025, semua fasilitas dan sumber daya manusianya sudah siap," kata Head of Corporate Communications Alliance to End Plastic Waste Tania Tan di Jakarta Barat, Selasa (1/11/2022).
Tujuan dari program ini adalah memberi edukasi pemilahan sampah rumah tangga kepada masyarakat di tingkat lokal. Edukasinya berupa kampanye melalui media massa dan dalam bentuk focus group discussion (FGD). FGD ini akan dilakukan bertahap dalam periode tertentu dengan mengumpulkan 500 ibu rumah tangga dari satu wilayah ke wilayah lain.
Upaya ini diharapkan terjadi perubahan perilaku masyarakat sehingga mereka dapat berpartisipasi lebih dalam pengurangan sampah. Perubahan yang dimaksud misalnya kesadaran dan kebiasaan untuk memilah jenis-jenis sampah hingga memilah bagian sampah antara label dengan kemasan.
Alliance to End Plastic Waste juga akan membangun lima stasiun sampah yang menjadi ruang bagi masyarakat untuk mengirim sampah yang telah dipilah. Stasiun sampah ini menjadi tempat sementara untuk transit para sampah ini.
Sampah yang telah dipilah kemudian akan disatukan pada tempat tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) yang lebih besar. Program ini akan membangun lima TPST yang digunakan sebagai tempat daur ulang sampah yang telah terpilah. Di TPST ini juga akan terjadi praktik ekonomi sirkular dengan menjual sampah daur ulang kepada industri pengelolanya.
“Saat ini sedang dalam tahap perencanaan. Pembangunannya membutuhkan waktu tiga tahun dan akan siap pada 2025. Selain membangun fisik kami juga ingin menyiapkan masyarakat melalui edukasi yang dilakukan secara berkelanjutan,” tutur Tania.
Tania menjelaskan, dipilihnya Kabupaten Malang sebagai wilayah implementasi program sebagai kabupaten yang strategis. Kabupaten Malang merupakan tujuan wisata dan memiliki jumlah masyarakat yang besar. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Malang juga sedang mendorong manajemen pengolahan sampah, sehingga mereka mendukung kerja sama dengan program ini.
“Kabupaten Malang memiliki jumlah masyarakat yang besar, sehingga pasar untuk implementasi program ini akan tercukupi,” imbuh Tania.
Alliance to End Plastic Waste juga memberi hibah sebesar 29 juta dollar Amerika Serikat pada program ini. Dana hibah ini akan membiayai program percontohan dan membangun sistem dari awal hingga akhir.
Jika sudah berjalan, Alliance to End Plastic Waste hanya akan mendanai 20 persen operasional, sedangkan sumber pendanaan lain akan didapatkan dari para kolaborator yaitu pihak swasta. Program yang akan dibangun di Malang ini rencananya juga akan dibawa pada tataran nasional.
Paling besar
Data Kementerian Hidup dan Kehutanan pada 2021 menunjukkan terdapat 31,23 juta ton timbulan sampah per tahunnya. Dari jumlah ini, 40,9 persen atau sekitar 12,77 juta ton sampah dihasilkan dari sektor rumah tangga. Jumlah ini lebih tinggi dari sumber lainnya seperti pusat perdagangan (18,1 persen), pasar (17,3 persen), perkantoran (8,2 persen), serta fasilitas publik dan kawasan lainnya (12,1 persen).
Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Nani Hendiarti mengatakan, penanganan sampah yang bersumber dari rumah tangga membutuhkan kolaborasi berbagai pihak. Dalam hal ini, kolaborasi multi pihak dengan pemerintah daerah dan organisasi nirlaba merupakan langkah yang strategis untuk memperbaiki tata kelola persampahan di Indonesia.
Dihubungi secara terpisah, Rina Ambarwati (45), warga Desa Dampit, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang menceritakan ia mengetahui informasi tentang pemilahan sampah dari media massa dan internet. Namun, hingga saat ini ia belum pernah mendapat sosialisasi mengenai pemilahan sampah langsung dari pemerintah daerah maupun kelompok ibu rumah tangga.
"Saya pernah dengar ada sosialisasi pengelolaan sampah pada pertemuan di desa sebelah yang ada bank sampahnya. Tetapi di desa saya tidak pernah ada, lagi pula juga tidak ada bank sampah di sini," jelasnya Rina.
Pemilahan sampah itu agar proses daur ulang sampah bisa lebih baik dan cepat. Kalau ada fasilitasnya, jelas akan berdampak lebih baik ke lingkungan.
Rina memiliki warung di depan rumahnya. Ia mengaku, sehari-hari sampah rumah tangga yang dominan adalah plastik. Plastik ini terdiri dari bungkus minuman, bungkus mi instan, dan bungkus-bungkus lain.
"Saya hanya memilah sampah botol plastik untuk diberikan kepada pemulung. Sisanya saya jadikan satu, tempat sampah di depan rumah juga hanya ada satu, bukan yang terdiri dari beberapa jenis," akunya.
Senada dengan Rina, Annisa Nur Syahadati (25), warga Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur juga menyebutkan, di tempat sampah depan rumahnya hanya ada satu tempat sampah.
Oleh karena itu ia tidak memilah sampah rumah tangganya yang didominasi oleh sampah plastik dan sampah makanan. Ia juga tidak mengetahui keberadaan bank sampah terdekat dari rumahnya.
"Pemilahan sampah itu kan agar proses daur ulang sampah bisa lebih baik dan cepat. Kalau ada fasilitasnya, jelas akan berdampak lebih baik ke lingkungan. Saya juga mau melakukannya, asalkan langkah ini didukung oleh masyarakat dan pemerintah," tutur Annisa.