Konten Edukasi di Platform Digital Dukung Belajar Fleksibel
Penggunaan platform media digital tak hanya untuk hiburan. Minat pada konten edukasi juga meningkat untuk mendukung kebutuhan belajar mandiri dan fleksibel lewat teknologi digital.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Konten edukasi di platform digital makin diminati masyarakat. Kebutuhan belajar secara mandiri dan fleksibel bisa dipenuhi dengan memanfaatkan teknologi digital melalui konten edukasi untuk mengembangkan bakat, minat, atau potensi diri di kalangan anak-anak hingga orang dewasa.
Beragam konten edukasi yang dimunculkan dari keahlian tiap pembuat konten ini mendukung kemampuan belajar sepanjang hayat yang dibutuhkan di era sekarang dan masa depan. Salah satu dukungan berkembangnya konten edukasi secara digital dilakukan lewat peluncuran kampanye #SerunyaBelajar, kolaborasi TikTok Indonesia dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Penandatanganan nota kesepahaman kerja sama selama lima tahun ini dilakukan Publik Policy & Government Relations TikTok Indonesia Faris Mufid dan Pelaksana Tugas Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbudristek Anang Ristanto di Jakarta, Senin (24/0/2022).
Faris mengatakan, kerja sama dengan Kemendikbudristek dilakukan sejak tahun 2020 lewat program #samasamabelajar. Lalu pada awal tahun 2022 ini diluncurkan kembali kampanye #serunyabelajar yang telah memiliki total views sekitar 13 miliar.
Ketika kampanye #samaamabelajar dilakukan, selama dua tahun ada dua juta video yang dikirimkan. Hal ini menunjukkan konten edukasi diminati pengguna di Indonesia sehingga perlu dilanjutkan. TikTok hadir di 150 negara dengan 75 bahasa, serta diunduh sekitar dua miliar kali.
”Diterimanya konten edukasi ini di Indonesia perlu semakin diamplifikasi atau diluaskan dengan memperbanyak konten-konten edukasi yang positif,” kata Faris.
Jumlah Pengguna Aktif Media Sosial Sedunia 2022
Menurut Faris, tipe konten edukasi beragam dari belajar bahasa, teknologi, kecantikan, hingga buku bacaan. Apalagi ditambah dengan fitur live, pembuat konten dan masyarakat bisa berinteraksi secara langsung.
”Kampanye #SerunyaBelajar ini memanfaatkan momentum Sumpah Pemuda. Ada semangat anak muda yang cocok dengan semangat TikTok yakni progresif, dan rasa ingin tahu yang tinggi, serta kreatif. Kami ingin memberikan dan menjadi wadah kreativitas para anak muda untuk meyakini belajar itu seru dan menyenangkan. Hal ini juga sejalan dengan semangat Merdeka Belajar dari Kemendikbudristek,” kata Faris.
Sementara itu, Anang mengatakan, perkembangan teknologi digital mengubah cara belajar dan hidup masyarakat. Teknologi digital membuat belajar dapat dilakukan dengan siapa saja, kapan, dan di mana saja.
”Transformasi pendidikan digital pun menjadi bagian dari kebijakan Merdeka Belajar yang terus dilakukan Kemendikbudristek. Untuk itu, kolaborasi dan dukungan berbagai pemangku kepentingan pendidikan di Indonesia dibutuhkan. Kami akan memanfaatkan kolaborasi digital ini untuk menguatkan literasi digital di dunia pendidikan, kampanye tematik, dan peningkatan mutu komunikasi publik melalui platform digital,” kata Anang.
Tidak terbatas ruang
CEO Sekolah.mu Radinka Qiera mengutarakan, belajar kini tak dimaknai hanya di dalam ruang kelas. Kini, banyak cara belajar baru, termasuk dari media digital, sehingga demokratisasi pendidikan terjadi. Orang bisa belajar langsung dari para ahli di bidangnya.
Menurut Radinka, ada dua hal yang perlu dibekali bagi pelajar untuk dapat memanfaatkan teknologi digital. Anak-anak dibekali dengan pemahaman bagaimana cara belajar karena belajar dapat dilakukan dengan beragam cara, tidak hanya dari buku pelajaran. Selain itu, membekali kemampuan mereka untuk mengurasi dari banyak hal yang tersedia di dunia maya.
”Belajar kini makin seru karena banyak konten dan informasi yang terbuka. Belajar enggak sebatas dalam dinding kelas lagi. Kelas masa depan tidak dibatasi dinding. Karena itu, anak-anak perlu dikuatkan dengan pembelajaran yang mendorong rasa ingin tahu dan pertanyaan kritis. Bekal awalnya dengan literasi media digital dari keluarga dan dikuatkan di sekolah sehingga anak-anak paham mana yang baik dan tidak baik dalam memanfaatkan media digital,” kata Radinka.
Oleh karena itu, pendidikan tidak bisa kembali lagi sebelum masa pandemi Covid-19. Para guru harus sadar cara memberi pembelajaran ke anak ada banyak cara, termasuk memanfaatkan konten-konten di media sosial. Pembelajaran model blended atau campuran semakin diperkuat agar interkasi interaksi tetap terjadi, tetapi fleksibilitas juga ada.
Pada tahun 2021, Head of Public Affairs Google di Asia Tenggara Ryan Rahardjo mengatakan, pencarian masyarakat Indonesia terhadap topik pembelajaran jarak jauh di Google naik 450 persen hingga pertengahan tahun 2021. Adapun pada Juni 2019 hingga Juni 2020, waktu menonton video pengetahuan, seperti bisnis, sains, dan humaniora, di Indonesia melalui Youtube juga naik lebih dari 80 persen dibandingkan periode
”Para kreator konten edukasi di Youtube memperluas dinding ruang kelas tradisional dan menjangkau jutaan orang di seluruh dunia,” kata Ryan.