Pemimpin seharusnya melahirkan pemimpin-pemimpin baru. Pemimpin harus siap dan sedia memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk menjadi pemimpin penerus.
Oleh
RIVALDO ARNOLD BELEKUBUN
·3 menit baca
KOMPAS/LUCKY PRANSISKA
Pemimpin Kelompok Kompas Gramedia (KKG) Jakob Oetama, Jumat (6/1), menyerahkan bantuan kepada anak-anak yatim piatu pada acara perayaan Natal bersama di Bentara Budaya Jakarta.
JAKARTA, KOMPAS — Pembicaraan tentang kepemimpinan menjadi tema dalam acara bincang sore pada kegiatan ”Palmerah, Yuk!”. Para pembicara berdialog mengenai pemimpin yang seharusnya melahirkan pemimpin baru.
Pada Jumat (14/10/2022), kegiatan ”Palmerah, Yuk!” mengadakan acara pasar jumat dan bincang sore di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah, Jakarta Barat. Acara pasar jumat berlangsung dari pukul 10.00 hingga pukul 20.00, sedangkan acara bincang sore berlangsung dari pukul 15.00 hingga pukul 16.30. Tema tentang kepemimpinan dibahas dalam sesi talkshow bincang sore dengan tajuk ”Bagaimana Pemimpin Melahirkan Pemimpin Baru”.
Education & Publishing Director Group of Retail and Publishing (GoRP) Kompas Gramedia PC Suwandi Sandiwan Brata mengatakan, untuk melahirkan pemimpin baru, pemimpin lama perlu menurunkan pengajaran prinsip dan ideologinya. Selain untuk memperkenalkan nilai, hal ini penting untuk menciptakan pemimpin yang memiliki visi utama dari suatu organisasi. ”Ini adalah saat anak muda menjadi pemimpin, baik di level organisasi perusahaan maupun pemerintahan,” ujarnya.
Para pembicara sedang berbincang di acara Bincang Sore pada kegiatan Palmerah, Yuk!” yang diadakan di Bentara Budaya, Palmerah, Jakarta Selatan, Jumat (14/10/2022)
Sebagai contoh, Jakob Oetama sebagai sosok yang ia anggap sebagai mentornya. Menurut dia, Jakob Oetama merupakan sosok pemimpin yang berhasil menciptakan pemimpin baru di perusahaan miliknya, Kompas Gramedia, dengan turunan prinsipnya yang dipegang teguh. Layaknya Jakob Oetama, pemimpin harus siap dan bersedia memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk menjadi pemimpin penerus. Intinya adalah memperkenalkan nilai serta menurunkan ideologi.
Seorang pemimpin harus siap mendengarkan. Tidak sekadar menyuruh atau memerintah, pemimpin harus mengetahui kondisi hati dan pemikiran pengikutnya.
Sementara Redaktur Pelaksana Harian Kompas Adi Prinantyo menjelaskan, nilai dan ideologi Jakob Oetama diturunkan tidak hanya kepada para jurnalis Kompas, tetapi juga semua karyawan Kompas Gramedia Group. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang berkesan bagi para pengikutnya. Hal ini menunjang penurunan nilai serta pemahaman ideologi karena pengikut memandang pemimpin sebagai sosok inspiratif.
Adi menambahkan, seorang pemimpin harus siap mendengarkan. Tidak sekadar menyuruh atau memerintah, pemimpin harus mengetahui kondisi hati dan pemikiran pengikutnya. Ia mengontekskan hal ini dengan peran media sebagai pilar keempat demokrasi. Media seharusnya menjadi pencipta tren dengan menyajikan konten-konten jurnalistik yang berkualitas.
Para pembicara sedang berfoto di acara Bincang Sore pada kegiatan ”Palmerah, Yuk!” yang diadakan di Bentara Budaya, Palmerah, Jakarta Selatan, Jumat (14/10/2022)
Pada acara yang sama, Strategic Partnership JULO William Eka menuturkan, pemimpin berbeda dengan manajer ataupun bos. Baginya, pemimpin bukan tentang hal struktural saja, tetapi juga diakui dan diharapkan oleh para pengikutnya. ”Pemimpin bukan seperti bos yang menyuruh bawahan, padahal bisa saja bos itu sendiri tidak mampu melakukan apa yang disuruh. Pemimpin itu harus walk the talk dan live by an example untuk para pengikutnya,” ujarnya.
William menceritakan bagaimana ia dulu dibantu mentornya untuk menjadi seorang pemimpin. Dahulu ada tiga langkah yang diajarkan kepadanya, yaitu see what I do dengan memperhatikan apa yang diajarkan, lalu we do it together dengan melakukan bersama apa yang diajarkan,dan do it yourself dengan melaksanakan sendiri apa yang diajarkan ketika telah siap.