Perubahan Iklim dan Penggundulan Hutan Mengubah Cara Hidup Primata
Penggundulan hutan mempersempit ruang hidup dan mengurangi sumber makanan bagi primata. Kerusakan lingkungan dan perubahan iklim mengubah cara hidup primata dan menjadi ancaman serius bagi satwa itu di masa depan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Seekor bekantan (Nasalis larvatus) melompat ke arah pepohonan di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan Tarakan, Kalimantan Utara, Senin (18/7/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Perubahan iklim dan penggundulan hutan tidak hanya berdampak terhadap kehidupan manusia, tetapi juga satwa. Kondisi ini berpotensi mengubah cara hidup hewan-hewan yang tinggal di pohon seperti primata turun ke tanah.
Penggundulan hutan mempersempit ruang hidup dan mengurangi sumber makanan bagi primata. Perubahan cara hidup dengan tinggal di tanah berisiko mendatangkan interaksi negatif dengan manusia dan hewan peliharaan.
Penelitian dilakukan dengan mengamati kehidupan 15 spesies lemur dan 32 spesies monyet di 68 lokasi di Amerika dan Madagaskar selama lebih dari 150.000 jam. Riset yang dipimpin oleh Timothy Eppley dari San Diego Zoo Wildlife Alliance (SDZWA) ini melibatkan ratusan orang dari 124 institusi.
Sebagian besar primata di dua kawasan itu hidup di pohon atau arboreal. Namun, ada juga yang turun ke tanah pada waktu-waktu tertentu.
RIZA FATHONI
Orangutan menyantap pisang di atas dahan pohon di Pulau Badak Besar di gugusan Pulau Salat, Palangkaraya, Kalimantan Tengah (30/4/2021).
”Studi ini dimulai dengan diskusi di antara rekan-rekan tentang bagaimana kami melihat populasi primata arboreal tertentu menghabiskan lebih banyak waktu di tanah. Namun, di lokasi dengan gangguan yang relatif lebih sedikit, anggota spesies yang sama tidak turun ke tanah,” ujarnya dilansir dari Eurekalert.org, Senin (10/10/2022).
Banyak primata sudah terbebani dengan hidup di lingkungan yang lebih hangat dan terganggu dengan minimnya ketersediaan sumber makanan. Ketika perubahan iklim memburuk dan habitat arboreal berkurang, primata yang mengonsumsi lebih sedikit buah dan hidup dalam kelompok lebih besar relatif lebih mudah beradaptasi dengan gaya hidup terestrial atau hidup di tanah.
Perubahan gaya hidup itu bisa menjadi pra-adaptasi potensial untuk terestrial. Selain itu, primata yang hidup di lingkungan lebih panas dan tutupan lebih sedikit lebih mungkin beradaptasi dengan perubahan ini dengan beralih ke penggunaan lahan yang lebih luas.
Meskipun kondisi ekologi dan sifat spesies yang serupa mungkin telah memengaruhi pergeseran evolusioner primata arboreal ke kehidupan di darat, jelas bahwa laju deforestasi dan perubahan iklim saat ini menempatkan sebagian besar spesies primata dalam bahaya.
”Ada kemungkinan bahwa menghabiskan lebih banyak waktu di tanah dapat melindungi beberapa primata dari efek degradasi hutan dan perubahan iklim. Namun, untuk spesies yang kurang beradaptasi, strategi konservasi yang cepat dan efektif diperlukan untuk memastikan kelangsungan hidup mereka,” katanya.
Faktor ekologis dan spesifik spesies telah memengaruhi cara hidup satwa mamalia itu. Penelitian ini juga menemukan populasi primata yang lebih dekat dengan infrastruktur manusia cenderung tidak turun ke tanah.
”Temuan ini mungkin menunjukkan bahwa kehadiran manusia yang sering menjadi ancaman bagi primata dapat mengganggu kemampuan beradaptasi alami hewan untuk perubahan global,” ujar Luca Santini dari Sapienza University of Rome, penulis senior dalam studi ini.
Peringatan Hari Primata Nasional - Warga dan aktivis dari Jakarta Animal Aid Network (JAAN) menggelar aksi dalam memperingati Hari Primata Nasional di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat, dengan tema ”Indonesia Bebas Topeng Monyet”, Selasa (30/1/2018).
Transisi dari gaya hidup arboreal ke terestrial telah terjadi sebelumnya dalam evolusi primata. Namun, perubahan cepat yang terjadi saat ini merupakan ancaman serius.
”Meskipun kondisi ekologi dan sifat spesies yang serupa mungkin telah memengaruhi pergeseran evolusioner primata arboreal ke kehidupan di darat, jelas bahwa laju deforestasi dan perubahan iklim saat ini menempatkan sebagian besar spesies primata dalam bahaya,” ujar Giuseppe Donati dari Oxford Brookes University, salah satu penulis studi tersebut.