Pengembangan Seni Media Tetap Berakar pada Budaya Lokal
Seni media di Tanah Air terus berkembang seiring kemajuan teknologi yang menghadirkan beragam platform. Pengembangannya diharapkan tetap berakar pada keberagaman budaya lokal.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BENGKULU, KOMPAS — Kemajuan teknologi membuat seni media di Tanah Air semakin berkembang dalam berbagai platform. Namun, pengembangan seni diharapkan tetap berakar pada keberagaman budaya lokal yang menjadi identitas kemajemukan bangsa.
Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Ahmad Mahendra mengatakan, multikultur harus tetap dijaga dalam kreativitas seni. Dengan begitu, identitas lokal tidak luntur sehingga menjadi ciri khas karya seni di setiap daerah.
”Pengembangan inovasi seni bisa sejauh apa pun, baik dengan medium baru, silang media, penggunaan teknologi, dan lainnya. Namun, jangan sampai tercerabut dari akar budaya lokal,” ujarnya dalam Festival Komunitas Seni Media (FKSM) di Taman Budaya Bengkulu, Bengkulu, Rabu (5/10/2022).
Mahendra berharap komunitas lokal berkreativitas mengembangkan seni tanpa meninggalkan identitas lokal. Kreativitas tersebut dapat tumbuh dalam berbagai ruang dan kegiatan, salah satunya di taman budaya melalui festival seni budaya.
Oleh sebab itu, pemerintah daerah didorong memfasilitasi komunitas seni, baik dalam pemberdayaan maupun promosi. Dengan begitu, ekosistem seni akan tumbuh di tengah masyarakat sehingga turut melestarikan seni budaya lokal.
”Peran taman budaya sangat penting sebagai ruang ekspresi dan diskusi para seniman sehingga seni dan budaya Indonesia menjadi sangat kaya. Keberagaman ini yang dikagumi dunia,” katanya.
Menurut Mahendra, FKSM menjadi wadah bagi komunitas seni dari sejumlah daerah untuk saling belajar dan berkolaborasi. Hal ini diharapkan menambah pengetahuan seniman tentang perkembangan platform seni media yang terus berkembang.
Pemerintah daerah didorong memfasilitasi komunitas seni, baik dalam pemberdayaan maupun promosi. Dengan begitu, ekosistem seni akan tumbuh di tengah masyarakat sehingga turut melestarikan seni budaya lokal.
Seni media memiliki dimensi khas karena melibatkan berbagai unsur, seperti kinetik, sensorik, suara, cahaya, imersif, video, animasi, konten digital, atau kecerdasan buatan (artificial intelligence) lainnya yang melibatkan partisipasi publik. Hal ini sesuai dengan semangat zaman di mana format festival tersebut mengakomodasi generasi muda yang akrab dengan hal-hal itu.
FKSM akan berlangsung hingga 12 Oktober dengan menampilkan pameran seni media, pentas pertunjukan silang media, dan edukasi seni budaya bagi masyarakat dan pelajar. Festival bertajuk Medi(t)asi Ritus/Rute itu digelar Kemendikbudristek bekerja sama dengan Arcolabs, Taman Budaya Bengkulu, dan Asosiasi Seniman Bengkulu.
Kurator pameran, Sudjud Dartanto, menjelaskan, seni merupakan moda produksi pengetahuan yang lahir dari refleksi mendalam, sebagaimana praktik meditasi. ”Dalam hal ini, identitas Bengkulu sebagai tempat juga terbentuk melalui mediasi teknologi dan budaya media. Pembentukan itu terjadi melalui berbagai rute mulai dari perjalanan, mobilitas, transit sosial dan budaya, serta ritus, (kemudian menjadi) memori kolektif masyarakat atau tradisi yang termanifestasikan dalam berbagai imajinasi sosial dan praktik hidup sehari-hari,” tuturnya.
Proses kurasi komunitas seniman cukup bervariasi dengan melibatkan undangan dari tim kuratorial. Proses seleksi dari panggilan terbuka telah dilaksanakan selama Mei–Juni 2022, sedangkan program lokakarya seni media dan pertunjukan silang media dilaksanakan di Samarinda, Kalimantan Timur, pada Juli 2022.
”Pengalaman ini sangat inspiratif. Seluruh mentor dan rekan-rekan yang terlibat sangat energik dan terbuka sehingga proses berkarya ini menjadi kesempatan melakukan pertukaran budaya, pengetahuan, dan perluasan jaringan bagi kami di Bengkulu dan juga rekan-rekan seniman dari seluruh Indonesia,” ujar seniman Bengkulu, John Hery Susanto, dari Komunitas Lintas Seni.
FKSM akan menampilkan karya dari Asosiasi Seni Bengkulu (Bengkulu), BAJRA (Pasuruan, Jawa Timur), GaraGara Artist Initiative (DKI Jakarta), Jonas Sestakresna - Ruang Asah Tukad Abu & Seniman Pertunjukan Bengkulu (Bali & Bengkulu), Kecoak Timur & KAE (Gresik, Jawa Timur), Komunitas Gubuak Kopi (Solok, Sumatera Barat), Komunitas Lintas Seni (Bengkulu), dan Komunitas Seni Pertunjukan Bengkulu. Selain itu, ada juga Prehistoric Soul (Bali), Prewangan Studio (Tuban, Jawa Timur), SARANA (Samarinda, Kalimantan Timur), Sinau Kinetik Seni (Yogyakarta), Studio DKV Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (DKI Jakarta), S Sophiyah Kosasih & Tilik Sarira Creative Process (Surakarta, Jawa Tengah), Tomy Herseta & Convert Textured (Bandung, Jawa Barat), serta Waft Lab (Surabaya, Jawa Timur).