12 Tanda Ilmiah Kamu Sedang Jatuh Cinta
Jatuh cinta adalah kondisi yang sering kali sulit dijelaskan. Sebagian orang bahkan menyangkal jika mereka sedang jatuh cinta. Karena itu, inilah 12 tanda ilmiah yang terjadi saat seseorang sedang jatuh cinta.
Seolah dia menari di mataku
Melekat di kulitku, di hatiku...
(Jatuh Cinta, Tulus)
Bagi sebagian orang, jatuh cinta adalah keadaan yang sulit dijelaskan. Melamun karena terus-terusan memikirkan dia, selalu membayangkannya hingga sulit tidur, ingin bertemu dengannya, tetapi senantiasa deg-degan saat bertatapan atau ada di dekatnya.
Meski demikian, sebagian orang mungkin menyangkal perasaan itu, khususnya saat jatuh cinta dengan orang yang dianggap tidak tepat sesuai norma yang ada di masyarakat. Entah itu jatuh cinta dengan orang yang jauh lebih muda atau lebih tua usianya, dengan orang yang telah menikah atau sudah memiliki pasangan, atau dengan yang sejenis.
Jatuh cinta membutuhkan kejujuran. Siapa pun tidak bisa memilih dengan siapa dan kapan akan jatuh cinta. Dengan mengakui jatuh cinta, termasuk kepada seseorang yang dianggap tidak tepat, seperti ditulis Kompas, 27 Februari 2021, seseorang bisa berpikir lebih jernih dan lebih mudah menerima kenyataan bahwa cinta tidak harus berakhir dalam hubungan romantis.
Jatuh cinta dengan membangun hubungan romantis berkomitmen adalah hal yang berbeda.
Untuk memastikan apakah kita benar-benar sedang jatuh cinta, ilmuwan dari berbagai bidang keilmuan, mulai dari neurosains, psikologi, hingga antropologi, telah banyak melakukan riset. Hasilnya, kondisi orang yang sedang jatuh cinta dengan yang tidak jatuh cinta benar-benar berbeda.
Selain itu, otak orang yang sedang jatuh cinta saja dengan orang yang ingin membangun hubungan komitmen jangka panjang atau orang yang hanya ingin mencari pelampiasan hasrat seksual juga berbeda.
Ya, jatuh cinta dengan membangun hubungan romantis berkomitmen adalah hal yang berbeda. ”Bunga-bunga” jatuh cinta ada masa berlakunya, paling lama 2 tahun sampai 3 tahun. Selanjutnya, komitmenlah yang akan menjaga hubungan romantis atau pernikahan bisa bertahan hingga puluhan tahun.
Berikut adalah ciri-ciri jatuh cinta yang dirangkumkan dari sejumlah studi, khususnya studi Helen Fisher, antropolog di Universitas Rutgers, New Brunswick, Amerika Serikat, dan rekan yang dipublikasikan di Journal of Comparative Neurology, 27 Oktober 2005, dan disadur dari Livescience, 15 Januari 2022:
1. Memikirkan dia terus-menerus
Saat jatuh cinta, kita akan berpikir bahwa orang yang kita sukai itu unik. Di masa ini, gairah romantis kita hanya tertuju kepadanya, tidak bisa ke orang lain. Pola relasi monogami ini terbentuk sebagai konsekuensi dari peningkatan pelepasan hormon dopamin di otak ketika sedang jatuh cinta. Dopamin akan membuat perhatian kita terfokus pada orang tertentu, sekaligus memberikan rasa senang dan bahagia.
2. Fokus pada hal positif
Jatuh cinta bisa mengubah fokus seseorang. Orang yang jatuh cinta akan cenderung fokus terhadap hal-hal positif dari orang yang kita cintai dan melupakan semua hal negatif tentangnya. Studi Sandra L Murray dan rekan di Journal of Personality and Social Psychology, 1996, menemukan ilusi positif yang mengidealkan seseorang yang kita cintai itu biasanya akan membuat hubungan lebih awet.
Mereka yang jatuh cinta juga akan fokus pada hal-hal sepele yang bisa mengingatkannya kepada si dia. Jatuh cinta, sesuai studi Henk Steenbergen dan rekan di jurnal Motivation and Emotion, 2013, mencegah seseorang untuk memikirkan orang atau informasi lain.
Ketika perubahan emosi berlangsung ekstrem, dari kegembiraan yang besar menuju kesedihan yang dalam, perubahan suasana hati orang yang jatuh cinta mirip dengan perilaku pencandu narkoba.
Pikiran terfokus ini merupakan efek dari peningkatan dopamin yang disertai lonjakan hormon norepinefrin akibat adanya rangsangan baru yang meningkatkan memori.
3. Emosi tidak stabil
Saat jatuh cinta, orang bisa merasakan kegembiraan yang besar, euforia, hingga mendapatkan tambahan energi yang membuatnya menjadi sangat aktif. Pada saat bersamaan, orang jatuh cinta juga bisa sulit tidur, kehilangan nafsu makan, gemetar, jantung berdebar, napas cepat, cemas, panik, dan putus asa.
Semua rasa itu bisa terjadi hampir bersamaan, dalam waktu singkat, hingga memicu ketidakstabilan emosi dan fisiologis. Ketika perubahan emosi berlangsung ekstrem, dari kegembiraan yang besar menuju kesedihan yang dalam, perubahan suasana hati orang yang jatuh cinta mirip dengan perilaku pencandu narkoba.
Baca Juga : Jatuh Cinta Berjuta Rasanya, Patah Hati Tanya Didi Kempot
Menurut Fisher di Elsevier, 29 Juli 2014, jatuh cinta adalah bentuk kecanduan. Saat penyebab kecanduan itu diambil, orang yang jatuh cinta akan menarik diri dan suatu saat akan jatuh cinta kembali, mirip perilaku pencandu narkoba yang sedang sakau.
4. Mengintensifkan daya tarik
Saat seseorang jatuh cinta dan ingin menarik perhatian si dia, orang itu akan mengintensifkan daya tariknya. Upaya serupa juga mudah ditemukan pada orang yang jatuh cinta, tetapi kesulitan untuk membuat hubungan dengan orang yang disukai.
Upaya meningkatkan daya tarik itu masih dipicu oleh dopamin. Saat hadiah atau penghargaan yang kita inginkan tertunda, neuron atau sel-sel otak penghasil dopamin di otak bagian tengah akan menjadi lebih aktif. Kondisi itu akan memacu orang yang jatuh cinta untuk terus berusaha menarik perhatian si dia.
5. Muncul pikiran intrusif yang mengganggu
Orang yang jatuh cinta rata-rata menghabiskan 65 persen sampai 85 persen waktu sadarnya untuk memikirkan dia yang dicintai. Inilah yang disebut pikiran intrusif alias pikiran yang tidak kita inginkan, tetapi muncul secara tiba-tiba. Pemikiran intrusif ini merupakan bentuk dari perilaku obsesif (berlebihan) yang disebabkan penurunan kadar hormon serotonin yang memberi rasa nyaman dan senang.
Baca Juga: Cinta yang Tak Semestinya
Sandra JE Lageslag dan rekan di Journal of Psychophysiology, 27 April 2012, menemukan otak laki-laki yang sedang jatuh cinta memiliki kadar hormon serotonin lebih rendah dibandingkan laki-laki yang tidak jatuh cinta. Hal sebaliknya berlaku pada wanita, yaitu perempuan yang jatuh cinta justru otaknya memiliki serotonin lebih banyak dibanding perempuan yang tidak jatuh cinta.
6. Ketergantungan emosional
Mereka yang sedang jatuh cinta umumnya akan menunjukkan sikap posesif, cemburu, ketakutan akan penolakan, serta kecemasan terhadap perpisahan. Sikap-sikap itu adalah tanda orang yang sedang jatuh cinta akan mengalami ketergantungan emosional terhadap orang yang dicintai.
Pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) yang dilakukan Fisher dan rekan serta dipublikasikan di Journal of Neurophysiology, 1 Juli 2010, menunjukkan ketergantungan emosional pada orang yang jatuh cinta itu mengaktifkan sejumlah wilayah otak, termasuk bagian otak depan, khususnya girus singulat.
Aktifnya bagian girus singulat itu juga terjadi pada orang yang kecanduan dan menginginkan kokain. ”Aktifnya wilayah otak yang terlibat dalam kecanduan kokain itu bisa menjelaskan perilaku obsesif yang muncul saat terjadi penolakan cinta,” tulisnya.
7. Merancang masa depan
Tidak hanya mengalami ketergantungan emosional, orang yang jatuh cinta juga menginginkan adanya penyatuan emosional dengan orang yang dicintai, berusaha lebih dekat dengannya, hingga berandai-andai tentang masa depan mereka berdua. Ikatan emosional di antara orang yang sedang jatuh cinta itu didorong oleh hormon serotonin.
Baca Juga: Setelah Ini, Jangan Ada Korban Bualan Cinta Lagi
The Harvard Gazette, 13 Februari 2018, menulis, saat kadar serotonin kembali normal, hormon oksitosin, yang juga disebut sebagai hormon cinta, akan meningkat. Oksitosin yang terkait dengan emosi baik, kasih sayang, dan kedekatan antarmanusia itu berperan dalam menciptakan hubungan yang lebih serius.
Ahli saraf di Albert Einstein College of Medicine New York, AS, Lucy Brown, mengatakan, dorongan untuk bersama dengan orang lain itu mirip dengan dorongan untuk buang air kecil atau hal-hal lain yang dibutuhkan manusia untuk berhatan hidup.
”Studi fMRI menunjukkan sistem saraf primitif yang melandasi dorongan, pengakuan penghargaan, dan euforia pada hampir semua orang akan aktif saat melihat wajah kekasih dan memikirkan tentang cinta. Kondisi itu menempatkan cinta romantis dalam kesatuan sistem kelangsungan hidup manusia, sama seperti ketika seseorang lapar atau haus,” tuturnya.
Mereka yang sedang jatuh cinta sering kali memiliki hasrat seksual untuk kekasihnya.
”Cinta romantis adalah bagian dari strategi reproduksi manusia yang membentuk ikatan pasangan dan membantu manusia bertahan hidup. Manusia terbentuk untuk mengalami keajaiban cinta hingga terdorong melakukan hal lain,” tambahnya.
8. Meningkatkan empati
Ketika jatuh cinta, empati seseorang kepada yang dicintainya akan meningkat dan bertambah kuat. Dia mampu merasakan perasaan orang yang dicintai, ikut merasakan penderitaannya, bahkan rela berkorban untuknya.
Studi Fisher menemukan neuron cermin yang terkait dengan perasaan empati menjadi lebih aktif, khususnya pada orang-orang yang sedang berada dalam hubungan cinta jangka panjang.
9. Menyelaraskan kepentingan
Jatuh cinta bisa memaksa seseorang menyusun ulang prioritas harian mereka agar selaras dengan kepentingan orang yang dicintainya. Bahkan, beberapa orang rela menjadi seperti orang yang dicintainya. Karena itu, ketertarikan seseorang terhadap orang lain itu umumnya terjadi karena ”kondisi kimia otak” mereka berbeda.
Dalam studi Fisher, orang-orang dengan kepribadian dominan testosteron, seperti sangat analitis, kompetitif, dan emosional, sering kali tertarik pada orang dengan kepribadian yang terkait dengan tingkat estrogen dan oksitosin tinggi, yaitu orang yang cenderung berempati, mengayomi, dapat dipercaya, prososial, introspeksi, serta mencari makna dan identitas diri.
10. Posesif
Mereka yang sedang jatuh cinta sering kali memiliki hasrat seksual untuk kekasihnya. Dalam hasrat itu terdapat ikatan emosional yang kuat melekat dan merupakan perpaduan antara kerinduan atas aktivitas seksual, keinginan untuk membentuk hubungan seks yang eksklusif, serta kecemburuan ekstrem ketika pasangan yang dicintainya dicurigai berselingkuh.
Baca Juga: Aku Cinta kepada Kamu
Saat berlangsung aktivitas seksual, otak akan melepaskan hormon oksitosin. Hormon ini menciptakan ikatan sosial dan mengembangkan kepercayaan. Namun, keterikatan itu umumnya telah berkembang sehingga orang yang sedang jatuh cinta akan memaksa pasangannya untuk menolak cinta yang ditawarkan orang lain dan memastikan bahwa proses pendekatan atau pacaran yang dilakukan tidak terganggu sampai proses pembuahan terjadi.
Tindakan itu, menurut Fisher, berkembang sebagai kebutuhan biologis yang memungkinkan orang dalam hubungan romantis memfokuskan energi kawin mereka pada individu tertentu secara eksklusif.
11. Menginginkan penyatuan emosi
Meski orang yang sedang jatuh cinta menginginkan adanya penyatuan seksual, keinginan untuk menyatukan emosi jauh lebih utama. Studi Fisher dan rekan di Archives of Sexual Behavior, 2002, menemukan 64 persen orang yang sedang jatuh cinta tidak setuju jika seks dianggap bagian terpenting dalam hubungan cinta mereka dengan pasangan.
12. Hilang kendali
Tanda lain yang paling umum dari jatuh cinta adalah berkurang atau hilangnya kendali atas perasaan diri. Menurut Fisher, orang-orang yang melaporkan ”jatuh cinta” biasanya mengatakan gairah mereka tidak disengaja dan tidak terkendali. Sedang menurut mendiang psikolog Dorothy Tennov dalam bukunya Love and Limerence, 1979, menunjukkan banyak pasangan romantis yang merasa tidak berdaya serta memiliki obsesi yang tidak rasioal dan tidak disengaja.
Baca Juga: ”Swinger” dan Pudarnya Kesetiaan pada Pasangan
Itulah 12 tanda jatuh cinta yang sudah mendapat pembuktian ilmiah. Namun, cinta adalah keadaan dan perasaan yang tidak kekal atau bisa bertahan selamanya. Cinta berkembang seiring waktu. Untuk menjaganya, dibutuhkan perjuangan serta investasi waktu, uang, perhatian, dan berbagai hal yang membuat ”bunga-bunga” saat jatuh cinta bermekaran lebih lama.