Satu Milenium Relasi Nusantara-Persia Merawat Peradaban
Hubungan diplomatik Indonesia dengan Republik Islam Iran baru berumur 72 tahun. Namun, relasi kedua bangsa yang direpresentasikan oleh hubungan Nusantara dan Persia dalam merawat peradaban telah berlangsung 1.000 tahun.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·4 menit baca
Dalam pemerintahan, hubungan diplomatik Indonesia dengan Republik Islam Iran baru berumur 72 tahun. Namun, relasi kedua bangsa yang direpresentasikan oleh hubungan Nusantara dan Persia dalam merawat peradaban telah berlangsung 1.000 tahun atau satu milenium.
Jejak panjang relasi kedua bangsa tergambar dari kemiripan ratusan kosakata. Berbagai tradisi serta peninggalan benda bersejarah menjadi bukti kemesraan hubungan kedua episentrum peradaban tersebut.
Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia Muhammad Azad mengatakan, kesamaan peradaban serta budaya Iran dan Indonesia dapat dilihat dari beberapa hal, salah satunya linguistik. Sejumlah kosakata Persia yang diserap dalam bahasa Indonesia di antaranya nakhoda, saudagar, menara, pahlawan, anggur, badan, syahbandar, dan marmer.
”Adanya sekitar 700 kata Persia dalam bahasa Melayu menunjukkan interaksi peradaban dan budaya yang mendalam antara masyarakat Iran dan Indonesia,” ujarnya dalam webinar Badan Riset dan Inovasi Nasional bertajuk ”Merayakan 1.000 Tahun Hubungan Persia-Nusantara: Merawat Harmoni untuk Peradaban Baru”, Rabu (24/8/2022).
Azad mengatakan, peradaban Iran telah berusia 4.000 tahun. Imperium Iran menjadi penghubung antara imperium Romawi dan China melalui jalur darat dan laut.
Iran pun mengalami perkembangan ilmu pengetahuan melalui relasi dengan berbagai bangsa. Hubungan dengan China dimulai pada Kekaisaran Parthia pada 76-124 Sebelum Masehi.
Pada periode perdagangan ini, perniagaan Iran berkembang pesat di China hingga Nusantara. Bahkan, beberapa komunitas Iran terbentuk di kawasan China bagian selatan.
Perkembangan Islam pada abad ke-9 memperkuat hubungan Iran dengan Nusantara. Interaksi dengan perabadan Melayu terus meningkat pada abad ke-12 hingga ke-15.
Kedatangan penjajah Barat pada abad ke-16 dan ke-17 menurunkan interaksi peradaban dan budaya kedua kawasan. Namun, komunikasi tetap berlanjut, baik dalam perdagangan maupun agama.
Menurut Azad, hubungan Nusantara dan Persia juga menjalar ke bidang sastra. Beberapa literatur kuno, di antaranya Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat Aceh, dan Undang-Undang Melaka memakai sejumlah kosakata Persia.
Adanya sekitar 700 kata Persia dalam bahasa Melayu menunjukkan interaksi peradaban dan budaya yang mendalam antara masyarakat Iran dan Indonesia.
Beberapa cerita rakyat Nusantara juga merupakan terjemahan dari teks sastra Persia. Interaksi budaya pun terjadi saat komunitas Iran di China selatan bermigrasi ke Nusantara akibat tekanan politik.
”Peringatan hubungan Persia dan Nusantara pada 2022 merupakan kesempatan besar untuk menunjukkan relasi yang mendalam antara Iran dan Indonesia,” katanya.
Peringatan hubungan Persia dan Nusantara pada 2022 merupakan kesempatan besar untuk menunjukkan relasi yang mendalam antara Iran dan Indonesia.
Duta Besar RI untuk Republik Islam Iran Ronny P Yuliantoro menuturkan, interaksi Nusantara dengan Persia telah terjadi sejak lama melalui aktivitas perdagangan di jalur rempah. Interaksi ini menimbulkan relasi sosial budaya, tradisi, dan pertukaran ilmu pengetahuan.
Benda arkeologis
”Hubungan ini terus berkembang seiring berjalannya waktu. Bukti sejarahnya berupa penemuan benda-benda arkelogis, mulai dari Aceh, Palembang, Jawa, hingga Sulawesi,” tuturnya.
Rupa benda arkeologis itu beragam, seperti gelas kaca dan aksara Persia pada batu nisan di Barus, Sumatera Utara. Ada juga makam bercorak Persia di Gresik, Jawa Timur, dan di Sulawesi Selatan.
Bukti nyata hubungan Persia dengan Nusantara bukan cuma dengan banyaknya kesamaan kosakata. Pengaruh interaksi sosial antarkedua bangsa terjadi di bidang budaya.
”Sampai saat ini masih ada tradisi Tabut di Bengkulu yang digelar bulan Muharram. Ada juga puisi dan syair lokal yang dipengaruhi budaya Persia,” ucapnya.
Menurut Ronny, relasi Indonesia dan Iran semakin erat. Tidak sekadar dalam budaya, tetapi juga perdagangan, sosial, dan politik.
Dalam politik internasional, misalnya, hubungan hangat kedua negara terjalin di Perserikatan Bangsa-Bangsa, Gerakan Non-Blok, dan Organisasi Kerja Sama Islam. Secara bilateral, pemerintah kedua negara beberapa kali saling mengunjungi.
Ronny menuturkan, meskipun telah terjalin erat, relasi Indonesia-Iran masih perlu ditingkatkan. Dalam literasi budaya, misalnya, perlu dijalin kerja sama dengan perpustakaan nasional dan diskusi ilmiah terkait jejak sejarah hubungan Persia dan Nusantara melalui berbagai manuskrip.
”Yang tak kalah penting adalah kerja sama riset, seperti dalam nanoteknologi dan bioteknologi, yang sangat penting di tengah kemajuan peradaban,” ujarnya.
Kepala BRIN Laksono Tri Handoko menuturkan, Indonesia sebagai representasi budaya Nusantara dan Iran sebagai representasi budaya Persia telah meninggalkan jejak penting dari segi kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi yang harmonis di kawasan Asia Tenggara dan Asia Tengah. Secara spesifik, hubungan kedua negara menjadi istimewa karena dihuni mayoritas pemeluk Islam yang sama-sama berbasis pada inklusivitas beragama.
Menurut dia, peringatan satu milenium hubungan Nusantara dan Persia memiliki posisi penting untuk memperkuat prospek peradaban baru dan masa depan dengan berbagai keunggulan baru. ”Makna penting memperingati 1.000 tahun hubungan Persia-Nusantara merupakan upaya untuk selalu merawat peradaban dan mengingatkan kita sebagai bangsa yang saling terkoneksi,” katanya.