Pasca-penutupan Operasional oleh BRIN, PT Inuki Siapkan Perjanjian Kerja Sama
Penutupan dan penghentian operasional PT Inuki didasari tidak adanya perjanjian kerja sama untuk pemanfaatan Kawasan Nuklir Serpong. PT Inuki mengakui hal tersebut dan berkomitmen segera menyelesaikan perjanjian itu,
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·2 menit baca
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Seorang pranata nuklir dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) melakukan pengujian kepadatan serbuk pelet dari uranium untuk dijadikan bahan bakar reaktor nuklir di Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Serpong, Tangerang Selatan, Rabu (11/9/2019).
JAKARTA, KOMPAS — PT Industri Nuklir Indonesia (Persero) atau PT Inuki saat ini masih menyiapkan perjanjian kerja sama untuk penggunaan Kawasan Nuklir Serpong, Tangerang Selatan. Selama perjanjian kerja sama belum diterbitkan, tidak akan ada aktivitas di kawasan tersebut. Meski begitu, PT Inuki memastikan pelayanan kepada masyarakat, terutama untuk pelayanan kesehatan tidak terganggu.
Direktur Utama PT Inuki (Persero) Heri Heriswan ketika dihubungi di Jakarta, Senin (22/8/2022), mengakui bahwa saat ini PT Inuki tidak memiliki perjanjian kerja sama (PKS) untuk penggunaan Kawasan Nuklir Serpong, Tangerang Selatan. PKS terakhir yang dimiliki ialah perjanjian antara PT Inuki dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) yang ditanda tangani pada 17 Februari 2017.
”MOU (perjanjian kerja sama) itu berlaku lima tahun. Namun, setelah Batan melebur menjadi BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), PT Inuki belum mempunyai PKS,” katanya.
Heri menuturkan, pertemuan dengan Kepala BRIN telah dilakukan pada Senin (22/8) siang untuk membahas penutupan dan penghentian operasional PT Inuki di Kawasan Nuklir Serpong. Dari pertemuan tersebut, pihak PT Inuki pun telah sepakat untuk segera menyiapkan PKS secepatnya.
Selama PKS tersebut belum diterbitkan, ia memastikan tidak ada aktivitas yang berlangsung yang dilakukan PT Inuki di kawasan itu. ”Terkait dengan kebutuhan rumah sakit, kami melakukan impor sehingga pelayanan pasien tidak terganggu,” ujarnya.
DOKUMENTASI PT INUKI
Wakil Presiden Jusuf Kalla meninjau stan PT Industri Nuklir Indonesia (Inuki) di arena Konferensi Tingkat Tinggi Keamanan Nuklir di Washington DC, Amerika Serikat, Jumat (1/4) malam waktu setempat atau Sabtu (2/4) pagi waktu Indonesia barat. Untuk petama kalinya sejak didirikan tahun 1996, Inuki mengikuti pameran pengembangan nuklir internasional. Inuki menjadi pemain kunci di Asia industri radioisotop yang berbahan baku uranium.
PT Inuki merupakan badan usaha milik negara yang bergerak dalam industri berbasis teknologi nuklir. PT Inuki selama ini menghasilkan produk elemen bahan bakar nuklir dan menyediakan fasilitas jasa teknik untuk komponen industri. Selain itu, perusahaan yang sebelumnya bernama PT Batan Teknologi (Persero) ini juga mengembangkan usaha di bidang produksi isotop dan radiofarmaka yang diperlukan untuk keperluan medis dan industri.
Wakil Ketua Perhimpunan Kedokteran Nuklir dan Teranostik Molekuler Indonesia (PKNTMI) Yustia Tuti menyampaikan, selama ini tidak ada laporan mengenai dampak pelayanan kepada pasien yang terkait dengan penutupan dan penghentian operasional PT Inuki. Sejumlah rumah sakit sudah tidak bekerja sama dengan PT Inuki dalam beberapa bulan terakhir.
Ia menyayangkan penutupan tersebut karena sebelumnya PT Inuki direncanakan akan menjadi industri untuk distribusi zat radiofarmaka yang berbasis siklotron. Dengan penutupan ini, dikhawatirkan dapat menghambat proses pengembangan tersebut.
”Kita tentu mendukung produksi dalam negeri, termasuk yang terkait dengan produk radioisotop dan radiofarmaka. Namun, yang perlu dipastikan juga agar produksi ini bisa terjamin keberlanjutannya, juga kualitas dan mutunya,” kata Yustia.