Teknologi Digital Dukung Akselerasi Mutu Pendidikan
Kemajuan teknologi digital mendisrupsi beragam sendi kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Kondisi ini dapat dimanfaatkan mendukung akselerasi mutu pendidikan, salah satunya dengan memproduksi konten edukasi.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kemajuan teknologi digital mendisrupsi beragam sendi kehidupan manusia, termasuk dalam bidang pendidikan. Kondisi ini dapat dimanfaatkan untuk mendukung akselerasi mutu pendidikan, salah satunya dengan memproduksi konten edukasi di platform digital untuk mengoptimalkan pembelajaran siswa.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengatakan, perkembangan internet, gawai, dan media sosial telah mengubah cara manusia memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, manusia juga dapat mendisrupsi teknologi dengan berbagai cara.
”Caranya dengan memanfaatkan teknologi untuk mendukung akselerasi mutu pendidikan seperti yang saat ini menjadi prioritas kami dengan gerakan Merdeka Belajar,” ujarnya dalam Konferensi Pendidikan Akademi Edukreator 2022: Pendidikan Indonesia di Kancah Dunia yang digelar secara daring, Sabtu (13/8/2022).
Nadiem menuturkan, pihaknya telah menghadirkan sejumlah platform digital, salah satunya Kedaireka atau Kerja Sama Dunia Usaha dan Kreasi Reka. Platform ini menjadi wadah pengajuan proposal riset bersama bagi universitas dan industri.
Beberapa platform lainnya dirancang bagi para guru untuk mengajar dan berkarya. Ada juga kanal yang menghadirkan konten-konten edukasi budaya Indonesia.
Ia berharap, Akademi Edukreator 2022 dapat memperkuat upaya meningkatkan mutu pendidikan. ”Saya tunggu inovasi-inovasi baru di bidang teknologi dan media sosial sebagai langkah serentak mewujudkan Merdeka Belajar,” katanya.
Program Akademi Edukreator melatih para kreator, memberi pengetahuan, dan memberikan praktik terbaik dalam beberapa kelas daring. Program yang diadakan pertama kali pada 2020 ini terbuka untuk umum, baik guru, mahasiswa, maupun profesional.
Konten edukasi sangat penting untuk memaksimalkan pembelajaran siswa. Apalagi, pandemi Covid-19 telah berdampak luas terhadap pendidikan, salah satunya menurunnya capaian belajar siswa.
Guru itu fasilitator dan berkewajiban untuk menuntun peserta didik sehingga mereka sukses sesuai versi terbaiknya masing-masing.
Untuk kemampuan literasi, seperti membaca, menulis, dan menganalisis materi bacaan, terjadi kehilangan pembelajaran setara dengan enam bulan hasil belajar. Sementara kemampuan numerasi mengalami learning loss selama lima bulan waktu belajar (Kompas.id, 14/6/2022).
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan, setelah menghadapi kondisi tidak menentu akibat pandemi Covid-19 dalam dua tahun terakhir, saat ini para periset dan praktisi pendidikan mulai beradaptasi berkat peran teknologi digital. Pesatnya kemajuan teknologi mampu menghadirkan beragam konten edukasi hingga ke pelosok daerah.
”Kami tentu menaruh harapan besar kepada konten kreator. Kami sadar, komunikasi menjadi kunci dalam pemanfaatan riset yang lebih luas. BRIN juga terus berupaya menghadirkan riset dan inovasi ke tengah masyarakat dengan melibatkan para edukreator,” jelasnya.
Pengamat kebijakan pendidikan sekaligus Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Cecep Darmawan menuturkan, salah satu disrupsi pandemi Covid-19 terhadap dunia pendidikan adalah ketidakpastian dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, pemerintah dan sekolah harus siap dengan perubahan menerapkan sistem pembelajaran dalam waktu yang singkat.
Potensi masing-masing
Sejumlah pengajar atau guru di Tanah Air telah berinovasi dengan memanfaatkan platform digital untuk mendukung pembelajaran siswa. Guru seni tari SMK Negeri 12 Surabaya, Abing Santoso, misalnya, mengunggah video latihan menari bersama para siswa di Youtube.
Abing mengaku berupaya menerapkan metode pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Jadi, ia tidak menuntut siswa untuk menguasai kompetensi di bidang yang sama.
Menurut dia, dalam seni tari, potensi siswa sangat beragam, seperti koreografi, penata tari, keaktoran, dan sutradara. Dengan begitu, penilaian terhadap siswa tidak berpatokan pada kemampuan yang seragam.
”Guru itu fasilitator dan berkewajiban untuk menuntun peserta didik sehingga mereka sukses sesuai versi terbaiknya masing-masing,” ujarnya.
Menurut Abing, dibutuhkan upaya lebih untuk menjalankan metode itu. Sebab, guru harus mengenal dan mempelajari potensi setiap siswa. Namun, langkah ini sangat penting agar siswa tidak mengikuti pembelajaran karena terpaksa.