Proporsi Penduduk dengan Antibodi SARS-CoV-2 Meningkat
Jumlah penduduk yang memiliki antibodi terhadap virus SARS-CoV-2 semakin meningkat. Peningkatan ini dapat terjadi karena vaksinasi dan infeksi Covid-19.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
KOMPAS/PRIYOMBODO (PRI)
Warga mengikuti tes usap di RT 007 RW 005, Kelurahan Jurangmangu Timur, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten, Senin (7/6/2021). Tes usap tersebut sebagai bentuk pelacakan menyusul ditemukannya tujuh warga di lingkungan tersebut yang positif Covid-19.
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah penduduk yang memiliki antibodi SARS-CoV-2 semakin meningkat. Kadar antibodi yang terbentuk juga bertambah. Meski begitu, peningkatan cakupan vaksinasi pada masyarakat harus terus didorong agar perlindungan terhadap penularan Covid-19 tetap optimal, terutama pada kelompok rentan.
Berdasarkan survei serologi SARS-CoV-2 di Indonesia oleh Kementerian Kesehatan bersama dengan Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), proporsi penduduk yang memiliki antibodi Covid-19 pada Juli 2022 meningkat dibandingkan dengan kondisi pada Desember 2021. Pada Juli 2022, proporsi penduduk yang sudah memiliki antibodi SARS-CoV-2 sebesar 98,5 persen. Angka itu meningkat dari Desember 2021 yang sebesar 87,8 persen.
”Kadar antibodi pada penduduk yang mempunyai antibodi SARS-CoV-2 juga meningkat lebih dari empat kali lipat,” kata epidemiolog yang juga anggota Tim Pandemi FKM UI, Iwan Ariawan, di Jakarta, Kamis (11/8/2022).
Survei serologi tersebut dilakukan di 100 kabupaten/kota yang tersebar di 34 provinsi. Survei ini merupakan survei serologi ketiga yang dilakukan terhadap penduduk Indonesia. Survei pertama dilakukan pada Desember 2021 di 34 provinsi, survei kedua pada Maret 2022 di kawasan Jawa-Bali yang menjadi tujuan mudik, dan survei ketiga pada Juli 2022 di 34 provinsi.
FKM UI
Antibodi Sars-CoV-2 pada penduduk
Iwan mengatakan, responden yang diambil untuk survei serologi pada Juli 2022 merupakan responden yang juga terlibat dalam survei yang dilakukan pada Desember 2021. Sebanyak 17.337 orang yang terlibat dalam survei kali ini merupakan 84,5 persen dari total responden dalam survei Desember 2021.
Kadar antibodi pada penduduk yang mempunyai antibodi SARS-CoV-2 juga meningkat lebih dari empat kali lipat.
Anggota Tim Pandemi FKM UI, Farid MN, menambahkan, peningkatan jumlah penduduk yang memiliki antibodi dan kadar antibodi di Indonesia dapat disebabkan oleh pemberian vaksinasi serta infeksi Covid-19. Merujuk data Kementerian Kesehatan, jumlah penduduk yang sudah mendapatkan vaksinasi meningkat dari sebelumnya sebesar 70 persen kini menjadi 80 persen. Semakin banyak pula masyarakat yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis lengkap.
Penduduk yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis penguat pun meningkat dari sebelumnya hanya 0,5 persen menjadi 22,6 persen penduduk. Hal ini turut meningkatkan pembentukan antibodi di masyarakat.
Farid menuturkan, peningkatan antibodi juga bisa terjadi karena infeksi masih terjadi. Tercatat pada Februari 2022 terjadi peningkatan kasus yang signifikan akibat gelombang penularan varian Omicron.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Seorang peserta kaum lanjut usia mengikuti vaksinasi di salah satu sentra vaksinasi di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (18/2/2022). Percepatan vaksinasi dilakukan karena kasus positif Covid-19 di Sumsel kian merebak.
”Jadi ada dua faktor yang menyebabkan adanya peningkatan antibodi pada penduduk, yakni karena vaksinasi dan adanya infeksi,” ucapnya.
Epidemiolog FKM UI, Pandu Riono, mengatakan, hasil survei yang dilakukan juga menunjukkan lebih dari separuh penduduk memiliki kadar antibodi yang meningkat menjadi lebih dari 1.000 unit per mililiter (U/mL). Data pun memperlihatkan bahwa semakin lengkap dosis vaksinasi, kadar antibodi yang dimiliki semakin tinggi.
Oleh sebab itu, ia menyampaikan, upaya untuk melengkapi vaksinasi hingga dosis penguat harus menjadi prioritas bersama pemerintah dan masyarakat. Pandemi Covid-19 masih terjadi sehingga risiko penularan masih tinggi. Upaya perlindungan lewat vaksinasi amat penting untuk menjaga berbagai kemungkinan buruk yang bisa terjadi dari perkembangan virus SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab Covid-19.
Saat ini cakupan vaksinasi Covid-19 di Indonesia masih belum optimal. Kementerian Kesehatan melaporkan, jumlah penduduk yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis lengkap hingga dosis kedua sebanyak 170,4 juta orang atau 63,1 persen dari total populasi penduduk. Adapun vaksinasi dosis ketiga atau dosis penguat baru diterima oleh 58,2 juta orang atau 21,5 persen dari total populasi penduduk.
ISTIMEWA/HUMAS PEMPROV BALI
Pemerintah mengakselerasi program vaksinasi Covid-19 di Provinsi Bali. Jumat (25/6/2021), vaksinasi Covid-19 secara massal digelar di Kota Denpasar. Vaksinasi Covid-19 untuk Bali Bangkit itu dilaksanakan AXA Mandiri bersama Bank Mandiri. Dokumentasi Humas Pemprov Bali.
Iwan menuturkan, risiko penularan memang masih bisa terjadi sekalipun seseorang sudah mendapatkan vaksinasi. Namun, lewat vaksinasi, risiko hospitalisasi atau perawatan di rumah sakit serta risiko kematian dapat ditekan.
”Pada kasus Covid-19 yang meninggal terlihat bahwa risikonya rendah bagi yang sudah mendapatkan vaksinasi booster. Bahkan, risiko kematian itu bisa turun hingga 28-30 kali lipat pada yang sudah mendapatkan booster,” ujarnya.
Untuk itu, juru bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril menyatakan, pemerintah saat ini masih memprioritaskan peningkatan cakupan vaksinasi dosis lengkap dan dosis penguat atau dosis ketiga pada masyarakat. Pemberian vaksinasi dosis penguat kedua atau dosis keempat kini hanya diberikan untuk tenaga kesehatan.