Perguruan tinggi semakin bergairah menghasilkan riset dan inovasi teknologi yang dapat dimanfaatkan masyarakat. Dukungan pendanaan dan kemitraan dengan industri semakin didukung Kemendikbudristek.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
UNIVERSITAS INDONESIA
Bus listrik yang dikembangkan peneliti dari Universitas Indonesia. Bus ini akan digunakan untuk mendukung penyelenggaraan pertemuan negara-negara G20 pada Oktober-November 2022 di Bali.
JAKARTA, KOMPAS — Perguruan tinggi terus mencoba menghadirkan riset dan inovasi unggulan yang berpotensial untuk dihilirisasi. Upaya untuk menghasilkan produk-produk teknologi karya anak bangsa ini seharusnya dapat mendorong lahirnya produk dalam negeri yang kompetitif, tak sebatas hanya rancangan atau prototipe.
Merayakan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) Tahun 2022, unjuk prototipe unggulan hasil riset dan inovasi dari Pusat Unggulan Ilmu Pengetahuan-Perguruan Tinggi (PUI-PT) dihadirkan secara luring dan virtual. Hal ini sejalan dengan tema Hakteknas di lingkungan Kemendikbudristek bertajuk ”Transformasi dan Inovasi Pendidikan melalui Teknologi”.
Direktur Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Faisal Fathani, Kamis (11/8/2022), menjelaskan, PUI-PT merupakan program perguruan tinggi yang mempunyai pusat kajian atau pusat riset yang memiliki keunggulan tertentu. Ditjen Diktiristek memberikan pendanaan agar pusat studi perguruan tinggi dapat menjadi pusat keunggulan.
”PUI-PT memfasilitasi karya-karya dari perguruan tinggi dengan memberikan pendanaan yang bertujuan untuk meningkatkan riset serta kemampuan SDM di perguruan tinggi. Istilahnya, SDM bisa meningkat, riset bisa meningkat, dan membuat perguruan tinggi terkenal. Kemudian juga menarik kontrak dari beberapa industri karena produknya banyak bermanfaat untuk kebutuhan sehari-hari,” ujar Faisal.
Faisal berharap, riset dan inovasi unggulan dari perguruan tinggi semakin membuat produk teknologi dalam negeri bisa menjadi raja di negara sendiri. ”Diharapkan masyarakat terbiasa dengan menggunakan produk made in Indonesia,” ujar Faisal.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek Nizam mengatakan, kesadaran akan manfaat teknologi semakin terasa sejak pandemi. ”Kita tidak boleh hanya menjadi pengguna, tetapi harus jadi bagian dari pencipta teknologi. Ini yang kami dorong di perguruan tinggi. Saya melihat energi kreativitas, kolaborasi, dan mewujudkan teknologi dari teman-teman di kampus, baik di universitas maupun politeknik, itu luar biasa sekali,” kata Nizam.
Kendaraan listrik
Dalam peringatan Hakteknas di Kemendikbudristek, terdapat ragam inovasi yang dipamerkan oleh sejumlah perguruan tinggi. Produk kendaraan listrik menjadi salah satu unggulan.
Peneliti kendaraan listrik dari Universitas Indonesia, Ghany Heryana, mengungkapkan, inovasi bus listrik UI didorong dari keprihatinan terhadap efek gas rumah kaca. Ada sekitar 30 orang tim peneliti lintas fakultas yang bergotong royong mewujudkan inovasi ini.
Bus listrik ini juga memiliki pintu masuk rendah sehingga dapat digunakan sebagai bus angkutan perkotaan tanpa halte khusus. ”Lebih hemat karena dapat menggunakan halte yang sudah ada di berbagai jalanan perkotaan Indonesia,” ujar Ghany.
Bus listrik berkapasitas 64 penumpang ini punya kelebihan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang sangat tinggi karena kerangka dirancang dan dibangun di Indonesia. Unit bus kedua sedang dalam proses pembuatan. UI juga telah mengembangkan rancangan motor listrik bersama PT NSAD Riset Pengembangan Teknologi dan dikonstruksi oleh PT Pindad.
Tak hanya motor listrik, ragam komponen seperti sistem penggerak, rem, kontrol, inverter (perangkat elektronik yang berfungsi mengendalikan motor), dan dasbor bus kedua telah didesain NSAD dan dimanufaktur Pindad. Selain itu, bus listrik UI juga sudah menggunakan sistem pendingin (air conditioning) yang dirancang UI dan dikonstruksi PT AICOOL.
”Desain dan manufaktur sudah di Indonesia semua. Namun, kita masih mengimpor beberapa bagian kendaraan listrik, seperti motor listrik, baterai, dan battery management system (BMS). Jadi, kita masih punya pekerjaan rumah untuk komponen-komponen. Namun, kita terus optimistis bergerak bersama,” jelas Ghany.
Sementara dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ada kereta cepat inovasi Indonesia yang dibiayai pendanaan riset inovatif produktif (Rispro) LPDP. Selain itu, skuter mini dan medium bernama ”Gesits” yang dibiayai melalui program Kedaireka Kemendikbudristek.
Ketua Peneliti dari Departemen Desain Industrial ITS Agus Windharto memaparkan, kereta cepat memiliki kecepatan 250 km/jam. Jarak Jakarta-Surabaya bisa ditempuh 3 jam 40 menit. ”Lebih cepat, aman, dan nyaman karena tidak bertemu pelintasan. Kereta berada di atas dan tidak sepelintasan sehingga cepat dan aman,” kata Agus.
DOKUMENTASI HUMAS DIKTIRISTEK
Skuter listrik Gesits dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Adapun skuter Gesits bertipe M1 merupakan skuter mini bermotor dua kilowatt. Setelah sekali diisi daya, M1 dapat menempuh jarak 50 kilometer. Sementara itu, skuter medium berdaya 5 kilowatt dilengkapi dua baterai sehingga bisa menempuh jarak 100 kilometer.
Agus menuturkan, para peneliti di perguruan tinggi kini lebih dapat berinteraksi langsung dan memahami masalah riil yang dihadapi industri. ”Kami juga bisa mengenal seluk-beluk industri, mulai dari mengidentifikasi kebutuhan konsumen, riset pasar, analisis kompetitor, yang dilanjutkan dengan desain konseptual dan produksi,” ujar Agus.
Kita tidak boleh hanya menjadi pengguna, tetapi harus jadi bagian dari pencipta teknologi. Ini yang kami dorong di perguruan tinggi.
Untuk mendukung sektor pendidikan, ada laptop dan tablet Merah Putih dari ITS, Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Adapun Indonesia Cyber Education Institute (ICE Institute), yang merupakan lokapasar digital untuk mata kuliah daring di Indonesia, menampilkan metaverse (konsep dunia virtual yang akan menjadi masa depan dari kemutakhiran internet) dengan penggunaan kacamata okulus yang dapat menyambungkan penggunanya ke realitas virtual (VR).
Koordinator Substansi Pengabdian Kepada Masyarakat Ditjen Diktiristek, Luthfi Ilham Ramdhani, mengatakan, selama tiga tahun ini, PUI-PT memberikan bantuan agar produk-produk penelitian dari perguruan tinggi dapat bermanfaat bagi masyarakat dan bisa dihilirisasi. ”Kami ingin penelitian-penelitian dosen punya karya tidak hanya berbentuk publikasi di jurnal, tetapi ada produknya yang punya nilai ekonomi,” kata Luthfi.