Jejak Konflik Terendus dari Kematian Harimau ”Citra”
Masih didalami penyebab harimau Citra meninggalkan zona inti TN Kerinci Seblat menuju perkebunan rakyat. Ketersediaan pakan yang minim diyakini menjadi salah satu faktor pemicu.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·4 menit baca
HUMAS BBKSDA SUMUT
Dua harimau sumatera dimasukkan ke kandang saat hendak dilepasliarkan di zona inti Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Jambi, Rabu (8/6/2022). Dua harimau sumatera itu anak dari korban konflik. Keduanya lahir dan besar di Suaka Satwa Harimau Sumatera Barumun.
Dua pekan sebelum kematiannya, jejak konflik satwa dan manusia telah membayangi harimau Citra Kartini. Konflik terjadi seiring penjelajahan Citra kesulitan mendapatkan sumber pakan alami.
Kepala Seksi Perlindungan dan Pengawetan Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Wira mengatakan, harimau Citra awalnya mencari makan di sekitar lokasi pelepasliarannya dalam zona inti TNKS, wilayah Sako, Pesisir Selatan. Dua pekan setelah pelepasliaran, 22 Juni, Citra terpantau bergerak keluar dari zona inti. Hal itu diketahui dari analisis pergerakan GPS yang mengalunginya.
Harimau itu terus keluar meninggalkan kawasan taman nasional menuju kebun rakyat di Renah Kayu Embun, Kabupaten Kerinci. Perjalanannya keluar dari hutan itu belum diketahui pasti. Salah satu dugaan karena sumber pakan menipis. Kondisi itu mendorongnya terus menjelajah. ”Di wilayah itu, tidak terpantau adanya babi hutan dalam dua bulan terakhir. Untuk rusa, masih ditemukan,” ujarnya, Minggu (31/7/2022).
Jika ditarik garis lurus, penjelajahan harimau Citra mencapai 50 kilometer dari wilayah Sako ke Renah Kayu Embun. Terbilang jauh dan tidak normal. ”Radiusnya sekitar 50 kilometer, harusnya tidak sejauh itu (menjelajah),” tambahnya.
Perkiraan lainnya, lanjut Wira, mengingat harimau ini merupakan hasil dari pembiakan di suaka satwa, bisa jadi belum terbiasa tinggal dalam zona inti hutan yang bertopografi curam. ”Dibesarkan di penangkaran sehingga harimau (bisa jadi) mencari lokasi antara hutan dan ladang. Mereka perlu waktu untuk penyesuaian lingkungan,” ujarnya. Namun, lanjutnya, hal ini masih perlu didalami dan dievaluasi.
Untuk mengetahui secara pasti penyebab kematian Citra, beberapa sampel organ dikirim untuk uji laboratorium di Balai Veteriner Bukit Tinggi.
HUMAS BBKSDA SUMUT
Harimau sumatera bernama Citra Kartini (3,5) keluar dari kandang saat dilepasliarkan di zona inti Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Jambi, Rabu (8/6/2022). Dua harimau sumatera anak dari korban konflik dilepasliarkan di TNKS. Mereka lahir dan besar di Suaka Satwa Harimau Sumatera Barumun.
Pelaksana Tugas Kepala BB TNKS Pratono Puroso, sebelumnya menyampaikan Citra Kartini ditemukan mati pada Selasa (19/7/2022). Sebelum itu, pantauan GPS yang dikalungkan pada Citra menunjukkan tidak adanya pergerakan selama dua hari, 17-18 Juli. Baru pada 19 Juli, tim Tiger Protection Conservation Uni (TPCU) Balai Besar TNKS mengecek ke lokasi GPS. Setibanya di sana, pukul 13.11 WIB, Citra sudah dalam kondisi mati.
Diagnosa sementara menunjukkan Citra mengalami sepsis alias komplikasi akibat peradangan yang disebabkan infeksi. Proses nekropsi (otopsi untuk hewan) dilakukan dokter hewan (drh) Dwi Sakti Nusantara dan drh Kenda Adhitya Nugraha. Citra didiagnosis mengalami pendarahan hampir di semua organ. Peradangan terjadi pada hati, ginjal, dan paru; terjadi pembesaran jantung; kekurangan cairan tubuh; dan anemia akut.
”Untuk mengetahui secara pasti penyebab kematian Citra, beberapa sampel organ dikirim untuk uji laboratorium di Balai Veteriner Bukit Tinggi,” katanya sebagaimana diberitakan di sini.
Ditambahkan Wira, petugas menemukan ada luka-luka luar pada bagian perut dan paha. Namun, penyebab luka masih didalami.
Konflik beruntun
Berita konflik harimau dan manusia muncul beruntun sejak akhir Juni hingga pertengahan Juli. Setelah dilaporkan masyarakat di Renah Kayu Embun, keberadaan harimau di desa-desa sekitarnya turut meresahkan masyarakat setempat.
Laporan terbaru disampaikan Kepala Desa Tanjung Syam pada 11 Juli. ”Harimau menerkam seekor kerbau di belakang Desa Tanjung Syam sehingga kerbau dalam kondisi luka. Warga resah atas kejadian ini,” ujar Lisna Sari, Kepala Desa Tanjung Syam.
DOKUMENTASI BKSDA JAMBI
Petugas mengecek kondisi kesehatan seekor harimau jantan yang dievakuasi dari wilayah Merangin ke Tempat Penyelamatan Satwa Jambi, Jumat (22/4/2022). Harimau diharapkan dapat segera dilepasliarkan ke alam.
Petugas konservasi sempat mengecek ke lokasi. Petugas memasang kandang perangkap agar dapat mengevakuasi satwa predator itu. Warga pun diimbau untuk tidak memburu satwa dilindungi itu.
Namun, belum lagi sempat dievakuasi, Citra diketahui mati sepekan kemudian di Desa Baru Lempur, Gunung Raya, Kerinci.
Citra Kartini dan Surya Manggala berusia 3,5 tahun. Mereka lahir dan besar di Suaka Satwa Harimau Sumatera Barumun, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara. Induk mereka merupakan sepasang harimau korban konflik satwa dan manusia yang berhasil diselamatkan petugas konservasi.
Induk betina, Gadis, diselamatkan dari hutan di Kecamatan Batang Natal, Kabupaten Mandailing Natal, pada 2015 dengan kondisi yang sangat kritis. Kaki kanan depannya yang terkena jerat sudah membusuk dan dipenuhi belatung. Ia berhasil diselamatkan, tetapi kakinya harus diamputasi.
Induk jantannya, Monang, ditemukan dalam keadaan kaki terjerat kawat di Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, pada 2017. Kaki Monang bisa disembuhkan.
Citra memasuki usia 3,5 tahun dengan bobot 88 kilogram, tinggi 72 sentimeter, dan panjang 240 sentimeter saat dilepasliarkan. Sementara,Surya telah berbobot 122 kilogram, tinggi 75 sentimeter, dan panjang 251 sentimeter.
Keduanya dilepasliarkan dalam zona inti TNKS pada 7 dan 8 Juni 2022. Pelepasliaran itu awalnya disebut sebagai model keberhasilan konservasi harimau sumatera di tengah ancaman yang semakin luas.
HUMAS BBKSDA SUMUT
Helikopter mengangkut harimau sumatera bernama Citra saat hendak dilepasliarkan di zona inti Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Jambi, Rabu (8/6/2022). Dua harimau sumatera itu anak dari korban konflik. Keduanya lahir dan besar di Suaka Satwa Harimau Sumatera Barumun.
Manajer Suaka Satwa Harimau Sumatera Barumun Alfajar menyesalkan kematian Citra sekaligus mendesak dilakukan evaluasi internal untuk manajemen pelepasliaran harimau sumatera. Jika sejak awal dilakukan dengan baik, katanya, kematian Citra seharusnya tidak terjadi.
Musibah yang dialami Citra diharapkan pula tak berulang pada saudaranya, Surya. Hasil monitoring kalung GPS menunjukkan pergerakan Surya sempat meninggalkan TNKS. Namun, kata Wira, saat ini Surya diketahui kembali masuk ke dalam kawasan. Dia tengah menjelajah dalam zona rimba di Gunung Raya, Kerinci.
”Pantauan camera trap menunjukkan kondisi Surya gemuk dan tampak sehat,” ujarnya.
Pergerakan Surya juga dianalisis makin stabil. Kondisi hutan itu dinilai bertutupan cukup baik. Jauh dari okupasi warga. ”Mudah-mudahan Surya sudah menemukan wilayah teritorinya,” kata Wira.