Seabad Taman Siswa Mengawal Arah Pendidikan Nasional
Tamansiswa yang digagas Ki Hadjar Dewantara memasuki satu abad pada tahun 2022. Memasuki abad kedua, Tamansiswa tetap ingin menjaga arah pendidikan nasional.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seratus tahun atau satu abad berdirinya Tamansiswa memiliki nilai historis dan modal budaya untuk mengawal arah pendidikan nasional yang benar dalam mewujudkan kemandirian bangsa. Perayaan satu abad Tamansiswa pada tahun 2022 mendorong lembaga yang didirikan Ki Hadjar Dewantara ini siap memasuki abad kedua untuk pendidikan berlandaskan kebangsaan.
Abad kedua Tamansiswa dilandasi tema kebangkitan Tamansiswa menggelorakan kebersamaan nasional dan keteladanan bapak pendidikan nasional. Lembaga pendidikan Tamansiswa memiliki 132 cabang dan 800 sekolah.
Perayaan satu abad Taman Siswa dihadiri lebih dari 4.000 alumnus, siswa, keluarga, dan pemerhati Tamansiswa di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Minggu (24/7/2022) siang.
Acara yang dimeriahkan dengan penampilan tarian daerah oleh para siswa Tamansiswa ini dihadiri Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Dalam kesempatan ini, Ketua Umum Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa Sri Edi Swasono menyerahkan buku satu abad Tamansiswa kepada Prabowo.
Sri Edi Swasono mengatakan, seratus tahun lalu Ki Hadjar Dewantara mendirikan Tamansiswa untuk mendidik murid-murid sekolah Tamansiswa menolak penjajahan. Namun, Tamansiswa melakukan perlawanan nonkekerasan lewat pendidikan dan kebudayaan. Ki Hadjar meletakkan dasar dan arah pendidikan nasional Indonesia yang berlandaskan kebangsaan.
”Tanggal 4 Juli tahun ini, Tamansiswa mulai menginjak abad keduanya. Tamansiswa mengawal pendidikan nasional untuk membuat bangsa kita perkasa, mampu mengolah sendiri sumber daya alam. Hal ini akan memantik peningkatan kemampuan dan keberdayaan rakyat sehingga kita mampu menjadi tuan di negeri sendiri,” kata Edi.
Pada kesempatan itu, Edi menyampaikan terima kasih kepada pemerintah yang mendukung peringatan satu abad Ki Hadjar Dewantara. Demikian pula hari lahir Ki Hadjar Dewantara diakui sebagai Hari Pendidikan Nasional setiap 2 Mei, juga diakui sebagai pahlawan nasional dan menerima Satya Lencana Kemerdekaan. Tahun 1977, Garuda Cakra Tamansiswa ditetapkan menjadi logo Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang bertuliskan Tut Wuri Handayani.
Tanggal 4 Juli tahun ini, Tamansiswa mulai menginjak abad keduanya. Tamansiswa mengawal pendidikan nasional untuk membuat bangsa kita perkasa, mampu mengolah sendiri sumber daya alam.
Prabowo mengatakan, jauh sebelum kemerdekaan, Tamansiswa sudah berdiri untuk melawan penjajahan sehingga ditakuti Belanda. ”Sosok Ki Hadjar Dewantara mulai menanamkan Indonesia tidak mungkin merdeka jika masyarakat tidak pandai dan tidak ada pendidikan. Ki Hadjar hanya dianggap sebagai figur baik dan menyumbangkan pemikiran dalam pendidikan, tetapi kita, terutama generasi muda, kurang paham betapa besar jasanya pada kemerdekaan Indonesia,” kata Prabowo.
Modal bangsa
Menurut Prabowo, para pamong guru yang berkualitas dan menjunjung kebangsaan berperan besar dalam menyiapkan generasi penerus bangsa yang akan merintis Indonesia makmur dan Indonesia besar.
”Di ulang tahun seratus tahun Tamansiswa, saya merasa tersanjung dan terhormat diundang, tetapi juga merasa berdosa kenapa saya tidak pernah berbuat untuk Tamansiswa agar menjaga kebesaran Ki Hadjar Dewantara. Namun, setelah ini saya akan memantapkan untuk berperan,” ujarnya.
Prabowo menambahkan, Tamansiswa punya peran penting membantu pendirian SMA Taruna Nusantara di Magelang. Sampai sekarang banyak tradisi pendidikan di Tamansiswa yang dijalankan di sekolah ini. Salah satunya guru yang disebut pamong.
Pembelajaran sejarah dengan menyoroti peran Ki Hadjar Dewantara akan diperkuat di kalangan lembaga pendidikan di lingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI. ”Tamansiswa menjadi modal kuat dan besar bagi seluruh bangsa Indonesia karena meletakkan pendidikan nasionalisme, cinta tanah air dan kebersamaan, Bhinneka Tunggal Ika, dan Pancasila,” ujar Prabowo yang berjanji menyerahkan sumbangan 4.000 buku untuk Tamansiswa.
Sementara itu, Ki Nanang Rekto Wulanjaya, salah satu cucu yang mewakili keluarga Ki Hadjar Dewantara, menyampaikan, pendirian Tamansiswa dimaksudkan untuk sumber pergerakan kemajuan bangsa.
”Ki Hadjar semata-mata berharap dapat memajukan bangsa. Satu tahun menjelang wafat, KI Hadjar mengatakan, bilamana orang mencela atau mengkritik saya, tidak apa-apa, karena yang dilakukan hanya darmabakti pada Tuhan Yang Maha Esa,” ungkapnya.
Peringatan satu abad ini untuk merefleksi perjuangan Ki Hadjar dan memasuki abad kedua menggelorakan kebersamaan tiada henti. ”Tamansiswa mau menjadi wadah dari semua aliran yang mengabdi pada kepentingan umum,” kata Nanang.
Nanang mengingatkan, Ki Hadjar membangun peradaban bangsa di bidang pendidikan dengan berpusat atau berhamba pada anak sebagai cara untuk meningkatkan peradaban bangsa. Yang penting dengan memperkuat budi pekerti baik tiap orang. ”Kami berterima kasih karena Dewantara muda berkembang dari banyak pihak, dari alumni, siswa, dan banyak pihak lainnya,” ungkapnya.
Sekretaris Jenderal Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa Ki Saur Panjaitan mengatakan, kebersamaan nasional penting untuk terus menjaga persatuan bangsa. Dalam pendidikan, nasionalisme anak-anak harus terus dibangun.
”Tamansiswa terus mengingatkan untuk merawat dan menghilangkan perbedaan. Tamansiswa mengangkat jiwa nasionalisme kebangsaan, karena kalau tidak bersama, akan retak. Selain itu, harus ada keteladanan dalam pendidikan nasional,” kata Saur.