Pencinta Hewan dan ”Pet Shop” Diajak Kurangi Sampah Plastik
Pengurangan dan pemilahan sampah plastik membutuhkan peran banyak pihak, termasuk pencinta anabul atau hewan peliharaan seperti kucing dan anjing. Produsen pakan dan ”pet shop” punya peran penting dalam upaya ini.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hobi memelihara hewan seperti kucing dan anjing menghasilkan banyak sampah plastik dari kemasan makanan anabul tersebut. Pencinta hewan dan toko hewan peliharaan atau pet shop diajak mengurangi sampah plastik untuk berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan.
Ikbal Alexander, pendiri Kertabumi Recycling Center, kewirausahaan sosial yang fokus pada isu lingkungan, mengatakan, pencinta hewan dan pet shop dapat memulai langkah pengurangan sampah plastik dengan konsisten memilah sampah. Langkah ini bertujuan memisahkan sampah yang dapat digunakan kembali sehingga diharapkan mengurangi produksi sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir.
”Sesimpel menyediakan drop box atau tong sampah untuk semua kemasan plastik yang bersih. Pisahkan kemasan yang ada kotoran (hewan),” ujarnya dalam acara Sayangi Bumi dan Kesayangan yang diadakan Cppetindo, produsen pakan hewan, di Jakarta, Rabu (13/7/2022).
Masih banyak yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan pengurangan sampah plastik. Produsen bisa menarik kemasan produknya dengan melibatkan peran masyarakat. (Ikbal Alexander)
Kampanye itu diharapkan mengedukasi masyarakat untuk lebih bijak dalam mengelola sampah plastik. Menurut Ikbal, upaya mengurangi sampah plastik perlu melibatkan banyak pihak, termasuk pencinta hewan, pet shop, dan dunia usaha. Sebab, plastik yang sulit terurai secara alami berpotensi mencemari lingkungan dan berdampak negatif terhadap kehidupan.
”Konsep sirkular ekonomi atau SDGs (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan) tidak akan efektif tanpa dukungan sektor privat. Mereka bisa memberi akses untuk mengirim kembali kemasan pakannya,” katanya.
Ikbal menuturkan, berdasarkan sejumlah riset, fragmentasi sampah plastik yang menghasilkan mikroplastik ditemukan di udara dan air. Bahkan, mikroplastik juga terdapat pada ikan sehingga sudah masuk ke rantai makanan.
Penasihat Asosiasi Pengusaha Pet Shop Indonesia (Aspin) Endrizal mengatakan, sampah plastik yang dihasilkan pet shop di antaranya berasal dari kemasan pakan, bungkus perlengkapan, dan kantong plastik untuk kotoran hewan. Padahal, menurut dia, pet shop sebaiknya mempunyai tangki septikuntuk menampung kotoran hewan.
Berdasarkan sejumlah riset, penguraian sampah plastik yang menghasilkan mikroplastik ditemukan di udara dan air. Bahkan, mikroplastik juga terdapat pada ikan sehingga sudah masuk ke rantai makanan.
”Sering kali pet shop membuang kotoran dengan memasukkan ke plastik dan langsung dibuang. Seharusnya ada septic tank sendiri untuk mengurangi pemakaian plastik,” ucapnya.
Endrizal tidak menampik pet shop merupakan salah satu penghasil sampah plastik yang cukup banyak. Oleh karena itu, ia mengajak pet shop untuk terlibat dalam kampanye pengurangan sampah plastik tersebut.
Davina Veronica, pendiri Natha Satwa Nusantara, yayasan yang fokus melindungi dan memperjuangkan kesejahteraan hewan domestik, mengajak pencinta hewan untuk mulai aktif memilah sampah. Jika dilakukan konsisten, upaya ini diyakini dapat mengurangi sampah di selokan dan sungai yang sering berakhir di lautan.
”Meskipun langkah kecil, kalau dijalankan bersama-sama, akan menjadi sebuah perubahan. Kita harus memikirkan juga makhluk yang hidup di laut. Bagaimana kalau sampah-sampah itu dibuang ke rumah kita?” ujarnya.
Kepala Unit Bisnis Cppetindo Ahmad Fachrur Rivai mengatakan, dalam kampanye Bolt Sayangi Bumi itu, pihaknya akan menyediakan drop box kemasan bekas di 12 pet shop di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi). Bekas kemasan makanan hewan yang terkumpul dapat ditukar menjadi voucer belanja.
”Kampanye ini untuk memberikan nilai guna baru (pada kemasan makanan) dan diharapkan bisa konsisten. Paling tidak yang kami lakukan mengingatkan bahwa industri pakan hewan juga harus berkontribusi untuk lingkungan,” jelasnya.
Peringatan alam
Ketidakpedulian menjaga lingkungan telah menghadirkan beragam kerugian bagi kehidupan manusia. Davina menyebutkan, bumi sudah bereaksi atas perilaku manusia yang abai dalam melestarikan alam.
”Terjadi pemanasan global dengan naiknya suhu bumi. Alam sudah memberi peringatan. Apa kita mau berdiam diri? Sudah saatnya berubah dan memulainya dari diri sendiri,” ucapnya.
Pencemaran sampah plastik juga berpotensi merusak kawasan wisata. Davina menceritakan pengalaman buruknya saat menyelam di salah satu lokasi wisata selam di Indonesia beberapa tahun lalu.
”Ketika mau naik ke permukaan, ternyata banyak sampah sehingga terhalang. Ini sangat merugikan pariwisata kita. Sangat menyedihkan,” ucapnya.
Menurut Ikbal, sejumlah pihak di Tanah Air sudah menginisiasi pengurangan sampah plastik. Ia mencontohkan kebiasaan sejumlah warga yang saat ini lebih memilih menggunakan tumbler ketimbang membeli air mineral dalam kemasan.
”Akan tetapi, hal itu belum cukup. Masih banyak yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan pengurangan sampah plastik. Produsen bisa menarik kemasan produknya dengan melibatkan peran masyarakat,” ucapnya.