Lengkapi Vaksinasi Sebelum Mengikuti Pembelajaran Tatap Muka
Kasus harian Covid-19 meningkat hampir lima kali lipat dalam sebulan terakhir. Kelengkapan vaksinasi siswa, guru, dan staf sekolah lainnya sangat penting dalam mengikuti pembelajaran tatap muka.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Siswa SD Negeri 01 Malasari menunggu di dalam kelas di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (9/4/2022). Seiring menurunnya kasus Covid-19 kegiatan belajar-mengajar kembali dilakukan secara langsung atau tatap muka di sekolah.
JAKARTA, KOMPAS — Kasus harian Covid-19 meningkat hampir lima kali lipat dalam sebulan terakhir. Kelengkapan vaksinasi siswa, guru, dan staf sekolah lainnya sangat penting dalam mengikuti pembelajaran tatap muka demi mengoptimalkan perlindungan.
Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, penambahan kasus Covid-19 di Tanah Air mencapai 2.472 orang pada Jumat (8/7/2022). Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan 8 Juni 2022 dengan 520 kasus. Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang punya kemampuan lebih baik menghindari sistem kekebalan dan lebih menular berpotensi memicu lonjakan kasus.
Peningkatan kasus menimbulkan kekhawatiran penularan Covid-19 dalam kegiatan kontak fisik seperti pembelajaran tatap muka (PTM). Apalagi, cakupan vaksinasi dosis ketiga (booster) belum optimal.
Hingga Jumat pukul 12.00, capaian vaksinasi booster baru menyasar 51,64 juta warga atau sekitar 24,8 persen dari total target 208,26 juta jiwa.
Vaksinator menyuntikkan vaksin Covid-19 Bio Farma dalam vaksinasi untuk anak usia 6-11 tahun di Mal CBD Ciledug, Kota Tangerang, Banten, Minggu (26/12/2021).
Vaksinasi dosis lengkap (dua dosis) juga belum menyasar semua anak. Cakupannya masih 82,34 persen pada anak berusia 12-17 tahun dan 65,29 persen pada usia 6-11 tahun.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan kebijakan pembukaan atau penutupan sekolah berdasarkan kondisi penularan Covid-19 di sekolah. Namun, sebelum menggelar PTM, sekolah dan dinas pendidikan perlu memastikan kelengkapan vaksinasi siswa, guru, dan staf lainnya.
Ketua Umum IDAI Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, dengan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang jauh lebih mudah menular dibandingkan dengan varian awalnya, subvarian ini berpotensi menyebabkan gelombang kasus Covid-19.
”Data terkini menunjukkan adanya peningkatan kasus Covid-19 pada bayi dan anak yang membutuhkan perawatan. Selain itu, ada peningkatan kasus multisystem inflammatory system in children (MIS-C) dan ancaman long Covid pada anak di Indonesia,” ujarnya.
Vaksinasi dosis lengkap (dua dosis) juga belum menyasar semua anak. Cakupannya masih 82,34 persen pada anak berusia 12-17 tahun dan 65,29 persen pada usia 6-11 tahun.
Pihak IDAI juga menyoroti menurunnya kesadaran menerapkan protokol kesehatan (prokes) saat masa liburan. Padahal, anak mempunyai risiko tertular yang sama dengan orang dewasa, bahkan bisa mengalami komplikasi MIS-C.
Oleh karena itu, upaya pencegahan penularan menjadi krusial. Orangtua diimbau tidak membawa anak ke tempat keramaian saat masa libur sekolah. Selain itu, orangtua perlu mengajarkan kepada anak agar cakap dan disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Anak bergejala Covid-19 harus segera melakukan tes untuk mencegah penularan lebih luas. Orangtua diminta tidak membawa anak ke luar rumah jika mengalami gejala demam, batuk, pilek, dan diare.
Pemerintah diharapkan meningkatkan kapasitas testing, tracing, dan treatment (pemeriksaan, pelacakan, dan terapi). Data terkini kasus Covid-19 perlu ditampilkan secara akurat dan transparan, termasuk pada kategori usia bayi dan anak.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA (BAH)
Siswa SD Negeri Kaliasin V antre mencuci tangan setibanya di sekolah saat akan menjalani imunisasi, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (15/10/2020).
Selain itu, IDAI meminta pihak sekolah dan dinas pendidikan berkolaborasi dengan orangtua dan dinas kesehatan dalam memastikan keamanan dan keselamatan anak. Penerapan prokes difokuskan pada penggunaan masker untuk semua orang berusia di atas dua tahun, mencuci tangan, menjaga jarak, dan tidak makan bersamaan.
Hal lainnya, semua pihak terkait mesti memastikan sirkulasi udara terjaga serta mengaktifkan sistem penapisan per hari untuk anak, guru, petugas sekolah, dan keluarga yang bergejala Covid-19.
Sementara itu, Ketua Satuan Tugas Imunisasi IDAI Hartono Gunardi mengingatkan para orangtua untuk mengikuti Bulan Imunisasi Anak Nasional dengan melengkapi imunisasi dasar dan booster, imunisasi MR (campak dan rubela) tambahan, dan imunisasi dengan vaksin pneumokokus (PCV) guna mencegah radang paru. Imunisasi rutin dan vaksinasi Covid-19 diperlukan agar anak terlindungi dari berbagai penyakit infeksi.
Anak dengan komorbiditas disarankan berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis anak. Komorbiditas pada anak di antaranya penyakit seperti keganasan, diabetes melitus, ginjal kronik, autoimun, paru kronis, obesitas, dan hipertensi.