Pembelajaran tatap muka jadi pilihan utama untuk memulihkan pendidikan akibat pandemi Covid-19. Namun, penerapan protokol kesehatan di sekolah mulai longgar dan pemanfaatan teknologi digital tetap diperlukan.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Pelajar sekolah dasar bermain ban truk sepulang sekolah di Kanal Timur, Duren Sawit, Jakarta Timur, Jumat (13/5/2022). Pembelajaran tatap muka 100 persen tiap hari terus didorong. Kini penambahan aktivitas di sekolah diizinkan, mulai dari kegiatan olahraga/ekstrakurikuler di ruang terbuka hingga pembukaan kantin sekolah secara terbatas.
JAKARTA, KOMPAS — Pembelajaran tatap muka lebih dipilih guru dan siswa di berbagai daerah dibandingkan dengan pembelajaran jarak jauh. Akan tetapi, tantangan pemulihan pendidikan akibat pandemi Covid-19 juga membutuhkan kesigapan sekolah untuk memastikan proses belajar tetap mematuhi protokol kesehatan serta memanfaatkan teknologi digital.
Kajian kebijakan (policy assessment) The Indonesian Institute Center for Public Policy Research (TII) yang salah satu topiknya soal proses pembelajaran siswa sekolah dasar dan menengah di awal hingga pertengahan tahun ketiga pandemi Covid-19 menemukan, siswa dan guru di berbagai daerah di Indonesia lebih memilih melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) dibandingkan dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ) karena berbagai hal. Namun, di waktu yang sama, penerapan protokol kesehatan saat menjalankan pembelajaran secara langsung di sekolah-sekolah mulai kendur.
”Siswa-siswa yang menjadi informan dalam studi ini menyatakan bahwa saat PTM penjelasan dari guru lebih mudah dipahami. Tidak hanya murid, guru juga menganggap bahwa saat PTM mereka lebih mudah memberikan penjelasan kepada siswa. Teknologi tidak mampu menggantikan interaksi sosial langsung. Bahkan, kejenuhan siswa bisa mendorong adanya siswa yang putus sekolah. Belum lagi tantangan kemampuan guru dan siswa dalam menggunakan teknologi,” kata peneliti bidang sosial TII, Nisaaul Muthiah, Kamis (30/6/2022).
Secara terpisah, peneliti Indikator, Rizka Halida, dalam webinar bertajuk ”Arah Baru Pendidikan Indonesia: Sikap Publik terhadap Kebijakan Kemendikbudristek” mengatakan, pilihan PTM populer dan didukung masyarakat serta pendidik. Dari survei pendidikan terhadap 1.520 responden berusia 17 tahun atau lebih, kebijakan PTM merupakan kebijakan Kemendikbudristek yang dinilai sangat bermanfaat.
Kepatuhan berkurang
Lebih lanjut Nisa memaparkan, saat ini banyak satuan pendidikan yang menjalankan PTM tanpa menerapkan protokol kesehatan yang sesuai dengan ketentuan. Ada siswa yang menyatakan penggunaan masker dan penerapan jaga jarak di sekolahnya sudah tidak diwajibkan lagi. Padahal, hingga saat ini tidak ada kebijakan pelonggaran penerapan masker di satuan pendidikan.
”Kondisi itu tidak sesuai dengan mandat yang tertuang dalam SKB (surat keputusan bersama) 4 menteri tersebut. Justru penerapan protokol kesehatan saat ini masih dibutuhkan untuk mencegah kasus hepatitis akut dan juga varian baru Covid-19, yakni subvarian Omicron BA.4 dan BA.5,” kata Nisa.
DOKUMENTASI PEMKOT MALANG
Siswa sekolah di Kota Malang masuk ke sekolah dan mengikuti protokol kesehatan yang diberlakukan.
Nisa juga menyebutkan, beberapa kendala yang menyebabkan implementasi SKB 4 menteri tidak maksimal di antaranya kurangnya komunikasi, kurangnya kesadaran warga sekolah, dan kurangnya kerja sama warga sekolah. Tidak semua guru dan tenaga kependidikan memahami SKB 4 menteri secara menyeluruh. Hanya pihak-pihak tertentu, seperti wakil kepala sekolah, yang pernah mendapat sosialisasi aturan tersebut.
”Kondisi tersebut menunjukkan kurangnya komunikasi antara guru dan tenaga kependidikan dengan pimpinan satuan pendidikan. Selain itu, tidak cukupnya dukungan dari pemerintah, minimnya kesadaran warga sekolah, dan kurangnya kerja sama juga menjadi faktor penghambat lain dalam penerapan implementasi aturan tersebut,” papar Nisa.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Suharti mengatakan, situasi penyebaran Covid-19 semakin terkendali. Hampir semua daerah berada pada PPKM level 1. Hanya satu kabupaten yang berada di level 2, yaitu Kabupaten Teluk Bintuni di Papua Barat.
Suharti mengimbau semua pemangku kebijakan, khususnya di sektor pendidikan, mendukung pemulihan layanan pendidikan dengan segera membuka PTM di sekolah. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam memulihkan pembelajaran adalah mendorong partisipasi pembelajaran tatap muka 100 persen yang aman, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam layanan pendidikan, serta memberikan dukungan bagi pemda, satuan pendidikan, dan peserta didik yang terdampak lebih berat karena pandemi Covid-19.
Teknologi digital
Meskipun PTM akan semakin intensif pada tahun ajaran baru 2022/2023, pemanfaatan teknologi digital dan pembelajaran campuran (hybrid learning) harus tetap dijalankan dan dikembangkan. Menurut Nisa, dalam studi ini, TII memberikan rekomendasi kepada Kemendikbudristek, Kementerian Agama, dan Dewan Perwakilan Rakyat untuk merumuskan visi misi pendidikan Indonesia pada aspek teknologi dalam Rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (RUU Sisdiknas).
Selain itu, Kemendikbudristek, Kementerian Agama, dan swasta yang bergerak di dunia pendidikan perlu mendesain sistem pembelajaran campuran yang terstruktur, terarah, dan menarik. Dukungan bagi satuan pendidikan tetap dibutuhkan, di antaranya dapat berupa bantuan finansial atau sarana prasarana sanitasi, kebersihan, dan kesehatan satuan pendidikan.
”Selain itu, pimpinan satuan pendidikan juga perlu meningkatkan komunikasi dan kerja sama dengan semua warga sekolah, termasuk guru dan tenaga kependidikan, untuk mendorong keberhasilan implementasi SKB 4 Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19,” kata Nisa.
Terkait pengembangan teknologi dalam pendidikan, Founder dan Chief Education Officer Zenius Sabda PS dalam acara ”Franchise Gathering Nasional New Primagama Powered by Zenius”, beberapa waktu lalu, mengatakan, sektor pendidikan Indonesia mendapat tantangan besar dalam dua tahun terakhir. Seluruh pemangku kepentingan di bidang pendidikan, mulai dari murid, guru, hingga orangtua, terkena imbas pandemi.
”Sisi positifnya, semua pihak telah beradaptasi dengan teknologi, termasuk dalam melangsungkan kegiatan belajar-mengajar. Kami ingin berkontribusi untuk membangkitkan pendidikan Indonesia pascapandemi melalui hybrid learning,” ujar Sabda.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA (BAH)
Pelajar memanfaatkan rumah warga yang terdapat Wi-Fi gratis di Jalan Kenjeran IV, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (22/1/2021). Program Wi-Fi gratis pada Senin, Rabu, dan Jumat untuk mengurangi beban kuota internet bagi pelajar di kampung setempat dalam belajar daring. Kegiatan digagas oleh Karang Taruna Kampung Dolanan.
Saat ini banyak satuan pendidikan yang menjalankan PTM tanpa menerapkan protokol kesehatan yang sesuai dengan ketentuan.
Sabda menambahkan, pembelajaran daring akan memberikan fleksibilitas bagi siswa untuk belajar. Melalui pembelajaran daring, siswa bisa belajar apa saja, kapan saja, dan di mana saja. Sementara pembelajaran luring memungkinkan siswa untuk bertanya kepada tutor secara langsung dan berinteraksi dengan siswa lain.
Dukungan untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi digital dalam pendidikan juga dilakukan Google lewat pengembangan Google Workspace for Education. Fitur-fitur baru diluncurkan untuk membuat kegiatan belajar-mengajar menjadi lebih interaktif bagi siswa dan pengajar.
Saat ini, siswa bisa mencari materi pembelajaran hingga bertemu dengan pengajar dari berbagai belahan dunia, kapan pun dan di mana pun. Dengan teknologi, siswa dan pengajar dapat menyesuaikan pola belajar-mengajar sesuai preferensi sehingga lebih efektif.
Namun, ada beberapa tantangan yang dirasakan para pengajar ketika mengajar secara daring. Salah satunya, menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Siswa menyukai kelas yang interaktif, terlebih jika mereka bisa mendapatkan masukan spesifik secara langsung ketika belajar. Di sisi lain, para pengajar ingin menghabiskan lebih sedikit waktu untuk mengerjakan tugas administratif dan memiliki lebih banyak waktu untuk mengenal minat dan bakat siswa.