Masyarakat diminta menjaga kebersihan lingkungan dan mewaspadai nyamuk ”aedes aegypti” yang mulai banyak muncul pada masa peralihan musim hujan ke kemarau.
Oleh
AGUIDO ADRI
·5 menit baca
CENTERS FOR DISEASE CONTROL AND PREVENTION/JAMES GATHANY
Nyamuk Aedes aegypti menjadi salah satu spesies nyamuk paling berbahaya dan mematikan di Bumi.
BOGOR, KOMPAS — Kasus demam berdarah dengue atau DBD di Kota Bogor, Jawa Barat, meningkat hingga mencapai total 563 kasus. Warga diimbau waspada dengan memberantas sarang nyamuk dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor, dalam 5 bulan terakhir pada 2022, tercatat ada total akumulatif 563 kasus DBD. Adapun rincian kasus pada Januari 129 kasus, Februari 75 kasus, Maret 155 kasus, April 152 kasus, dan Mei 52 kasus.
”Sampai Mei ini sudah ada 52 kasus. Total meningkat jadi 563 kasus. Satu kasus dilaporkan meninggal,” kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Bogor Erna Nuraena, Selasa (17/5/2022).
Menurut Erna, ada tren peningkatan kasus DBD dalam 4 bulan terakhir dengan rata-rata 100 kasus per bulan. Potensi peningkatan kasus masih akan terjadi pada Mei ini. Oleh karena itu, Erna mengingatkan masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungan dan mewaspadai nyamuk aedes aegypti yang mulai banyak muncul pada masa musim hujan.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Salah seorang pasien demam berdarah menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (3/2/2016).
Selain itu, warga juga harus segera tanggap dan siaga jika ada keluarga yang mengalami gejala awal DBD, seperti demam, untuk segera dibawa ke puskesmas atau rumah sakit agar menekan kemungkinan kondisi pasien semakin memburuk.
”Ini harus diwaspadai, jangan tertutup oleh isu Covid-19. DBD juga berbahaya. Kebersihan lingkungan rumah dan sekitarnya harus diperhatikan. Pola hidup sehat juga diperhatikan. Peningkatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) harus digalakkan dan ditingkatkan,” kata Erna.
Erna melanjutkan, pihaknya sudah terjun ke lingkungan masyarakat di tingkat kecamatan dan kelurahan agar memberantas sarang dan jentik serta kebersihan lingkungan dilakukan bersama-sama.
Ini harus diwaspadai, jangan tertutup oleh isu Covid-19. DBD juga berbahaya.
Sementara itu, Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor Ilham Chaidir menambahkan, pihaknya menyiapkan pelayanan dan fasilitas kesehatan dalam penanganan pasien DBD sebagai antisipasi jika kasus terus meningkat.
Berdasarkan data RSUD Kota Bogor, hingga pekan kedua Mei 2022, RSUD telah menerima 19 kasus anak dengan gejala DBD.
Kompas
Infografik Ancaman Demam Berdarah Dengue DBD
Selama dua tahun pandemi Covid-19, tren kasus DBD di Kota Bogor terus meningkat. Pada 2020 pasien DBD yang dirawat di RSUD Kota Bogor ada 89 pasien dan pada 2021 ada 118 kasus.
Adapun, jumlah pasien dalam perawatan di RSUD Kota Bogor pada Januari mencapai 139 kasus, Februari 61 kasus, Maret 42 kasus, dan April 56 kasus. Namun, angka pada Mei bisa meningkat jika tidak ada penanganan dan kewaspadaan masyarakat.
Data pada April, pasien DBD yang dirawat banyak tersebar di sejumlah puskesmas, seperti di Puskesmas Bondongan 24 orang disusul Puskesmas Bogor Timur 19 orang, Puskesmas Mulya Harja 13 orang, dan Puskesmas Cipaku 12 orang.
Dari pemberitaan Kompas pada 28 Februari 2022, Kementerian Kesehatan melaporkan, jumlah kasus demam dengue secara kumulatif yang tercatat hingga 20 Februari 2022 mencapai 13.776 kasus dengan 145 kematian. Kasus tertinggi ditemukan pada usia kelompok 15 sampai 44 tahun.
TOTOK WIJAYANTO
Petugas melakukan penyemprotan untuk membasmi nyamuk demam berdarah di permukiman padat penduduk di kawasan Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Jumat (9/7/2021).
Setiap minggu, jumlah kasus demam dengue yang dilaporkan meningkat. Pada minggu kelima 2022, kasus yang dilaporkan 3.166 kasus. Jumlah itu bertambah 3.117 kasus pada minggu keenam dan 5.618 kasus pada minggu ketujuh.
Tercatat lima daerah dengan kasus dengue tertinggi, yakni Kota Bandung (598 kasus), Kota Depok (394 kasus), Bogor (347 kasus), Sumedang (347 kasus), dan Cirebon (317 kasus).
Dokter Spesialis Anak Konsultan Penyakit Infeksi dan Tropis Anak RS Pondok Indah-Bintaro Jaya, Debbie Lutupeirissa, mengatakan, ada tiga fase dalam penularan demam dengue. Fase pertama terjadi pada 1-3 hari penularan. Pada fase ini gejala awal yang muncul seperti demam tinggi, sakit kepala, nyeri sendi, dan nyeri belakang bola mata.
Selanjutnya, fase kedua terjadi pada 4-5 hari berikutnya. Pada fase ini, gejala demam yang dialami cenderung turun. Kondisi ini perlu diwaspadai karena penularan justru masuk pada fase kritis.
”Kebanyakan orangtua tidak mewaspadai fase ini. Ketika demam mulai turun, orangtua akan mengira anak sudah mulai sembuh. Padahal, fase ini justru dapat berisiko terjadi shock jauh lebih besar. Selain itu, penurunan trombosit jauh lebih besar yang akan ditandai dengan perdarahan, seperti mimisan, gusi berdarah, atau muncul bintik merah pada kulit secara spontan,” kata Debbie.
Selain di lingkungan perumahan, kegiatan pengasapan atau fogging yang dilakukan untuk mencegah wabah demam berdarah juga dilakukan di lingkungan perkantoran, seperti yang ditemui di kawasan Palmerah, Jakarta, Sabtu (11/4/2020).
Ia menambahkan, pada fase kritis juga akan terjadi perembesan plasma darah sehingga kekentalan darah akan meningkat. Anak akan memerlukan banyak cairan yang bisa didapatkan dengan mengonsumsi banyak air putih serta infus. Jika kebutuhan cairan tidak terpenuhi, risiko shock bisa sangat tinggi. Kondisi ini cepat ditangani untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk yang dapat menyebabkan kematian.
Menurut Debbie, perdarahan yang terjadi bukan hanya disebabkan jumlah trombosit yang sangat menurun, melainkan juga akibat gangguan pada fungsi pembekuan darah. Pada fase kritis, risiko lain yang perlu diwaspadai, antara lain, gangguan kesadaran, gangguan fungsi ginjal, dan gangguan fungsi hati.
”Kondisi ini dapat terjadi pada lebih kurang 30 persen kasus dengue berat. Pada umumnya, kasus DBD yang ditangani dengan kecukupan cairan dengan baik akan terhindar dari kemungkinan terjadinya komplikasi yang berat. Inilah pentingnya perawatan di rumah sakit,” ujarnya.
Apabila seseorang sudah melewati fase kritis, ia akan masuk pada fase ketiga, yakni fase pemulihan atau penyembuhan. Ini biasanya akan terjadi pada hari keenam atau hari ketujuh setelah penularan terjadi. Pada fase ini, demam mulai turun dan kondisi tubuh akan membaik.
”Dalam masa pemulihan pilihlah asupan nutrisi yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh, termasuk untuk meningkatkan kadar trombosit dalam tubuh,” ucap Debbie.