Di Sela Kunjungi Borobudur, Tamu G20 Terpikat Sandal Upanat
Sekitar 20 anggota dari rombongan forum pertemuan EDM CSWG G20 naik ke bangunan Candi Borobudur dengan mengenakan sandal upanat. Mereka menjadi warga asing pertama yang mengenakan sandal ini.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Sedikitnya 20 anggota delegasi pertemuan Environmental Deputies Meeting and Climate Sustainability Working Group (EDM-CSWG) G20 memakai sandal upanat meniti bangunan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (25/3/2022). Mereka adalah rombongan pengunjung asing pertama yang mengenakan sandal khusus, yang sengaja dibuat demi kebutuhan konservasi candi.
Sudah mulai dibicarakan sejak tahun 2018, sandal upanat baru selesai tahun 2020. Upanat dibuat dalam tiga desain dengan bahan baku goni, enceng gondok, dan pandan. Sejak awal datang dan selama perjalanan berkeliling bangunan candi, tidak satu pun anggota rombongan delegasi EDM-CSWG G20 ini mempersoalkan sandal upanat. Mereka semua terlihat serius mendengarkan penjelasan dari pemandu wisata saja.
David Higgins, anggota rombongan asal Australia, mengatakan, semua anggota rombongan mendapat penjelasan singkat dari pihak Taman Wisata Candi Borobudur dan Balai Konservasi Borobudur (BKB) sebelum diberi dan memakai upanat. Sandal dipakai untuk melindungi bahaya kerusakan batuan akibat gesekan batu dengan sol sepatu atau sandal yang keras atau kasar.
”Dengan merasakan dan memakainya sendiri, saya merasa penjelasan itu benar. Sandal ini sama sekali tidak melukai batu candi karena solnya lunak sekali,” ujarnya, Jumat.
Dia pun merasa, kewajiban memakai sandal khusus tersebut tidak perlu dipersoalkan. Sandal itu nyaman dipakai berjalan-jalan di batuan Candi Borobudur ataupun di jalan. Selain itu, desain sandal diakui David juga cukup unik.
BKB telah membuat inovasi sandal upanat dalam tiga desain berbeda. Adapun Higgins dan 19 anggota rombongan lainnya mengenakan sandal dengan desain sama persis dengan gambar sandal dalam relief di panel 150 Karmawibangga di Candi Borobudur.
Di luar masalah sandal, Higgins yang baru pertama kali datang ke Candi Borobudur mengaku sangat menikmati kunjungannya ke candi. Dia terkesan dengan cerita tentang sejarah candi dan bagaimana material bangunan candi sempat terkubur material erupsi Gunung Merapi dalam jangka waktu lama.
Dengan merasakan dan memakainya sendiri, saya merasa penjelasan itu benar. Sandal ini sama sekali tidak melukai batu candi karena solnya lunak sekali. (David Higgins)
Terus diperbaiki
General Manager Taman Wisata Candi Borobudur Aryono Hendro Malyanto mengatakan, kunjungan ini adalah kali ketiga Candi Borobudur dikunjungi rombongan dari forum pertemuan G20. Namun, baru kali ini sandal upanat dipakai oleh tamu asing dari rombongan G20 dan terus dikenakan untuk berkeliling di bangunan Candi Borobudur.
”Pemakaian sandal upanat oleh rombongan G20 ini sekaligus menjadi uji coba dan membantu kami melihat tentang sisi positif dan negatif dari pemakaian sandal tersebut,” ujarnya.
Ke depan, upanat direncanakan menjadi sandal yang wajib dikenakan oleh pengunjung Candi Borobudur dan nantinya akan diberikan kepada wisatawan sebagai suvenir. Namun, Taman Wisata Candi Borobudur masih akan terus melihat apakah sandal ini cukup aman dan nyaman untuk dikenakan pengunjung.
Pamong budaya ahli madya BKB, Yudi Suhartono, mengatakan, BKB masih terus membuka diri serta menerima masukan, kritik, dan saran. Tujuannya, membenahi dan memperbaiki upanat di masa mendatang.