Judi rusak kemanusiaan dan picu kerakusan. Butuh perjuangkan sisi manusiawi demi dorong kebaikan kalahkan kerakusan.
Oleh
WISNU DEWABRATA
·4 menit baca
ARSIP AMAZON MGM STUDIOS
Aktor Noel Cassidy (John Cena) dan Katie Kim (Awkwafina) dalam Jackpot! (2024).
Judi, khususnya judi daring alias judi online atau judol, di Indonesia kini semakin marak dan jadi perbincangan panas, apalagi setelah penangkapan sejumlah oknum aparat kementerian. Alih-alih menjadi garda terdepan memerangi praktik haram tersebut, mereka malah melindungi situs-situs judol.
Salah satu film komedi laga terbaru Hollywood kebetulan juga mengangkat isu perjudian. Film Jackpot! (2024) karya sutradara Paul Feig coba menyindir bagaimana kacaunya keadaan ketika satu negeri menempatkan praktik perjudian sebagai andalan pemasukan negara sekaligus memosisikannya ke tingkatan ekstrem.
Paul Feig dikenal kiprahnya lewat sejumlah film drama atau laga komedi yang terbilang sukses. Beberapa di antaranya, seperti Bridesmaids (2011), The Heat (2013), Spy (2015), dan reboot film horor komedi Ghostbusters (2016). Dalam wawancara yang dikutip di catatan produksi, Feig mengaku sebagai penggemar film-film laga komedi Jackie Chan.
Dari situ, dia selalu berupaya membuat film-film yang menghormati aktor laga terkenal Hong Kong itu, termasuk gaya cerita dan kelucuan dari film-filmnya. ”Paling saya sukai dari Jackie Chan adalah semua karakternya berada dalam situasi tak terduga. Mereka tak ingin berada dalam situasi yang mereka hadapi. Tidak seperti pahlawan laga, yang datang menyelamatkan keadaan.”
ARSIP AMAZON MGM STUDIOS
Salah satu adegan dalam Jackpot! (2024).
Plot cerita Jackpot! mengambil latar waktu di masa depan, yang tak terlalu jauh dari waktu sekarang di Negeri Paman Sam. Di masa itu, negara adidaya tersebut digambarkan mengalami kekacauan ekonomi luar biasa. Depresi perekonomian yang gila-gilaan tak hanya membuat kondisi keuangan negara kacau, tetapi juga berdampak pada kemampuan ekonomi rakyatnya.
Alih-alih menjadi garda terdepan memerangi praktik haram tersebut, mereka malah melindungi situs-situs judol.
Kemiskinan menjalar ke mana mana, angka kriminalitas tinggi, serta jumlah pengangguran melonjak. Para tunawisma digambarkan memenuhi segala sudut perkotaan, sementara aksi perampokan dan penjarahan jalanan terjadi seolah peristiwa biasa di siang hari bolong.
Dalam kondisi kacau tersebut, seorang gadis kampung keturunan Tionghoa asal Michigan, Katie Kim (Awkwafina), pindah ke Los Angeles untuk mengadu nasib. Katie berencana kembali ke dunia seni peran yang pernah digelutinya semasa kecil sebagai bintang iklan cilik.
Kehidupan Katie yang hanya sesederhana mencari dan mengikuti seleksi lowongan untuk mendapat peran di film (casting), tiba-tiba jadi sangat rumit setelah tak sengaja memasang judi lotere. Katie dinyatakan menang undian lotere senilai 3,6 miliar dollar AS.
ARSIP AMAZON MGM STUDIOS
Salah satu adegan dalam Jackpot! (2024).
Masalahnya, Katie sama sekali tak paham aturan main yang berlaku bagi pemenang undian lotere di kota besar tempat dia pindah itu. Demi lebih ”menggairahkan” perekonomian dari bisnis judi lotere, pihak penyelenggara dan pemerintah setempat sepakat membuat aturan main mengerikan.
Tak lama setelah seorang pemenang ditetapkan dan diumumkan namanya ke publik, orang tersebut berhak digantikan tempatnya sebagai pemenang oleh siapa saja yang bisa membunuhnya. Waktunya hanya sampai matahari terbenam, beberapa jam setelah nama pemenang diumumkan. Setelah si pemenang dibunuh, seluruh hadiah uang secara sah bisa diambil alih oleh si pembunuh. Ketentuan mengerikan tersebut hanya dibatasi satu aturan, tak boleh menggunakan senjata api. Aturan main tersebut memicu orang-orang kalap berlomba membunuh si pemenang lotere dengan cara dan senjata apa saja.
Merusak segalanya
Dari sini digambarkan uang, apalagi uang dari judi atau lotere, dapat dengan gampang merusak pertemanan, seperti terjadi ketika dua teman baru Katie ikut memburunya. Mereka adalah Shadi (Arden Mayeri), pemilik kamar yang disewakan ke Katie, dan temannya, DJ (Donald Elise Watkins).
Demi uang hadiah lotere, kemanusiaan pun tergadaikan. Seseorang tak berpikir dua kali untuk mencelakai dan membunuh orang hanya karena ingin mengambil alih harta yang dimiliki orang tersebut.
ARSIP AMAZON MGM STUDIOS
Aktor Noel Cassidy (John Cena) dan Katie Kim (Awkwafina) dalam Jackpot! (2024).
Walau disampaikan lewat plot cerita laga dan komedi, film ini mengandung sisi ironis. Beruntung, sang sutradara masih memasukkan sedikit unsur optimisme terhadap kemampuan manusia untuk berbuat baik dan berperikemanusiaan.
Hal itu digambarkan lewat sosok Noel (John Cena), seorang bodyguard yang ditugasi mengawal Katie dan sangat berkomitmen serta bertanggung jawab menuntaskan kontraknya melindungi klien. Padahal, posisinya sebagai pengawal pribadi sangat strategis jika ingin berkhianat demi keuntungan pribadi.
Katie pun belum percaya sepenuhnya bahwa Noel akan berkomitmen menjalankan kontrak kerjanya. Namun, Noel meyakinkan bahwa manusia bukan sekadar seperti mesin ATM, yang bisa kapan pun diambil uangnya.
”Aku punya prioritas dalam hidup untuk menyelamatkan uang dan juga punya uang untuk dipakai menyelamatkan orang lain yang membutuhkan,” begitu kurang lebih penjelasan Noel, yang dijanjikan mendapat upah sebesar 10 persen dari total nilai hadiah lotere.
ARSIP AMAZON MGM STUDIOS
Aktor Louis Lewis (Simu Liu), Noel Cassidy (John Cena), dan Katie Kim (Awkwafina) dalam Jackpot! (2024).
Menurut John Cena, sosok Noel adalah jenis orang yang ingin menciptakan lebih banyak kebaikan di dunia ini. ”Ia (Noel) memiliki rasa kebajikan yang membuatnya cenderung berbuat baik di dunia,” ujar Cena.
Uang, apalagi uang dari judi atau lotere, dapat dengan gampang merusak pertemanan.
Cena menambahkan, karakter Noel sangat suka melakukan apa yang ia lakukan dan berusaha melakukannya dengan semaksimal mungkin. Ia juga mencoba mengubah keseimbangan karma agar menguntungkannya karena ia menyesali masa lalunya.
Akan tetapi, seiring berdetaknya waktu, keduanya terpojok dan berada dalam keadaan genting hingga Noel terpaksa menghubungi pimpinan perusahaan jasa layanan pesaing, Lewis Protection Lottery Agency. Perusahaan itu didirikan mantan rekannya sesama anggota pasukan khusus militer, Louis Lewis (Simu Liu).
Louis digambarkan punya karakter berbeda dengan Noel. Louis memiliki sifat serakah, licik, sekaligus seorang machiavellis sejati di mana tujuan menghalalkan segala cara. Keadaan seperti itu semakin memperumit situasi, sementara waktu yang dimiliki terbilang sempit sehingga ada banyak momen saat Katie dan Noel nyaris kalah. Pertempuran dan persaingan antara Noel dan Louis seolah mewakili pergulatan abadi antara upaya serta niat baik dan buruk manusia.