Perjalanan Lintas Dimensi di Panggung Musikal
Dimensi yang disambangi kadang culas, misoginis, tapi kadang juga riang gembira. Itulah magisnya pertunjukan musikal.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F10%2F26%2F944f95c6-adf4-4cdf-b26c-b82d16dc7e3f_jpg.jpg)
EKI Dance Company mementaskan musikal "Perempuan Punya Cerita" dalam Festival Musikal Indonesia di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Jumat (25/10/2024).
Di pertunjukan yang rata-rata berdurasi 45 menit, audiens seakan berpindah-pindah dimensi dengan realitas yang berbeda-beda. Dimensi yang disambangi kadang culas, misoginis, tapi kadang juga riang gembira. Itulah magisnya pertunjukan musikal. Apa pun kisahnya, semua bisa dibawakan dengan tarian dan nyanyian.
Rangkaian pertunjukan musikal tersaji saat perhelatan Festival Musikal Indonesia (FMI) pada 25-27 Oktober di Ciputra Artpreneur, Jakarta. Ada belasan pertunjukan yang disajikan 12 komunitas seni dari Jakarta dan sekitarnya, serta Lampung.
Teater di panggung utama menggelap saat EKI Dance Company tampil di hari pertama FMI, Jumat (25/10/2024). Layar besar di panggung lantas menyala dan menampilkan video Jami (diperankan Ara Ajisiwi) yang sedang kasmaran. Hatinya bungah saat lelakinya mendekap dia dengan sayang.
Musik manis yang semula mengalun mendadak berubah suram. Cahaya panggung berkelok-kelok liar dan situasi berubah mencekam. Layar yang menyiarkan video tadi terbelah dua, menampilkan sosok Jami yang tengah hamil tua.
Saat hendak mengejar bayangan pasangannya sambil terseok-seok, orang-orang menghalangi Jami dan menudingkan telunjuk penuh kebencian. Jami diseret, lantas dilempar ke balik layar yang menganga.
Bagi orang-orang itu, Jami adalah pesakitan yang layak dirajam lantaran hamil, tapi tak bersuami. Cercaan untuk Jami bahkan menurun kepada anaknya, Minah (diperankan oleh Leandra Aruna Sunaryo dan Selina Karen Leonatan), dari kecil hingga remaja.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F10%2F26%2F16dd873b-b7d0-4870-9431-538dd96cf65d_jpg.jpg)
EKI Dance Company mementaskan musikal "Perempuan Punya Cerita" dalam Festival Musikal Indonesia di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Jumat (25/10/2024).
Inilah pembukaan pertunjukan bertajuk Perempuan Punya Cerita. Pembukaan ini dramatis, tapi bukan berarti tidak nyata. Ara—pemeran Jami sekaligus sutradara pertunjukan—mengemas adegan ini setelah berdiskusi dengan rekan-rekan di EKI Dance Company yang kebanyakan berasal dari daerah suburban. Menurut pengamatan mereka, nasib buruk memang sering menimpa perempuan desa yang hamil tanpa suami.
”Kalau ada orang yang belum menikah, lalu hamil, itu rumahnya bisa sampai digedor-gedor. Mostly, yang aku dapat dari mereka (rekan EKI Dance Company), masyarakat di sana sangat suka ngurusin hidup tetangga,” ucap Ara seusai pementasan.
Kekerasan seksual
Sayangnya, kesialan Jami tidak berhenti di persekusi warga. Jami dan Minah hidup miskin. Jami bekerja banting tulang sehingga Minah yang berusia 13 tahun dititipkan kepada pacar Jami yang menganggur. Namun, alih-alih diasuh, Minah malah dilecehkan.
Teater ini menyorot masyarakat suburban yang jauh dari pemahaman tentang kesetaraan jender. Akibatnya, perempuan diperlakukan seperti barang, bahkan komoditas penghibur lelaki hidung belang. Kekerasan seksual jadi rentan terjadi.
Minimnya pendidikan seksual pun melanggengkan kekerasan tersebut. Tanpa pendidikan seksual, para korban kerap tak sadar sedang dilecehkan, termasuk Minah.
Lingkaran setan kekerasan seksual berlanjut dengan adanya para pemungkin (enabler) seperti biduan primadona sekaligus teman Jami, Cicih (Nala Amrytha).
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F10%2F26%2F72e10aca-40dd-4299-a08d-34babe8e383b_jpg.jpg)
EKI Dance Company mementaskan musikal "Perempuan Punya Cerita" dalam Festival Musikal Indonesia di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Jumat (25/10/2024).
Ia mengenalkan Minah kepada Mansur (Gabriel Harvianto), lelaki dengan dandanan klimis dan pemikiran picik. Melihat Minah yang ayu dan muda, muncul bibit jahat perdagangan anak di benak Mansur. Konflik dimulai ketika Mansur dan Cicih menyusun rencana untuk mengakali Jami dan membawa Minah kabur.
Kisah di pertunjukan musikal ini diadaptasi dari film omnibus berjudul Perempuan Punya Cerita (2007). Dari sejumlah kisah di film ini, EKI Dance Company memilih kisah dari film yang disutradarai Nia Dinata dan ditulis Melissa Karim.
”Kurasa cerita ini sangat menarik. Ini bisa terjadi sekarang dengan Jami-Jami lain yang kita enggak tau ada di mana karena enggak bisa di-track. Kisah ini sangat menarik, sangat traumatis, tapi awareness (kesadaran) kita masih kurang,” ucap Ara.
Baca juga: Ken Dedes, Sindiran Darah Biru
Saat membuat film Perempuan Punya Cerita, Nia Dinata berangkat dari perhatiannya terhadap isu sosial perempuan Indonesia. Perempuan rentan menjadi korban perdagangan orang, terlebih jika ia terjerat kemiskinan.
Tujuh belas tahun setelah film ini rilis, EKI Dance Company mengemas ulang kisah di film menjadi pertunjukan musikal yang lebih modern. Narasi yang disampaikan pun masih relevan di 2024. Artinya, tidak banyak yang berubah di masa sekarang: perempuan masih rentan jadi korban perdagangan orang hingga kekerasan seksual. Walau begitu, Ara ingin menambahkan narasi tambahan.
Ia menyisipkan adegan tambahan saat Jami menolak terlibat lagi dalam hubungan toksik dengan sang pacar. Ia juga tak mau lagi mengandalkan orang lain untuk keputusan di hidupnya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F07%2F23%2F3c28826e-64f2-495a-affd-30d253f0c6c4_jpg.jpg)
Pertunjukan tari “Legenda Burung Api dari Manggarai” dalam pertunjukan kolaborasi Cicilia Ballet School dan Eksotika Karmawibhangga Indonesia (EKI) Dance Company yang bertajuk Dance for All. Pertunjukan ini berlangsung pada Minggu (21/7/2024) di Gedung Kesenian Jakarta, Pasar Baru, Jakarta.
”Kalau kita lebih berani take charge (ambil alih) sama hidup kita, kita pasti bisa. Menurutku, salahnya Jami adalah karena dia enggak bisa sendiri. Dia menggantungkan nasibnya ke orang lain,” ucap Ara.
Di sisi lain, walau sangat intens menyoroti ketimpangan jender, Perempuan Punya Cerita juga menggunakan komedi dalam dialog dan dialeknya. Cicih, misalnya, dengan gestur sangat lentur dan centil mengajari Jami cara memberikan hadiah kepada anaknya. Akan tetapi, Jami yang sangat kikuk pun menirukan gerakan Cicih dengan kaku. Adegan ini membuat audiens tertawa dan mengikis ketegangan.
Talenta muda
Selain EKI Dance Company, ada sejumlah penampil lain di FMI tahun ini, seperti Cerita Beda Hak Sama (CBHS), Artswara, Fantasi Tuli, dan Aulion. Menariknya, sebagian pemeran dan kru adalah talenta muda. Ada yang berusia sekolah dasar, 20-an tahun, 30-an tahun, bahkan ada yang berusia 5-6 tahun.
Kurator FMI tahun ini juga terdiri dari lima anak muda, yaitu Chriskevin Adefrid, Bathara Saverigadi, Josh Marcy, Nala Amrytha, dan Nuya Susantono. Kelimanya menyeleksi para penampil yang terkumpul melalui undangan terbuka (open call). Dari 82 komunitas yang mendaftar, terpilih 12 komunitas.
Menurut Direktur Program FMI Alim Sudio, para talenta muda adalah generasi baru di dunia musikal. Anak muda dianggap punya ide dan perspektif segar untuk melihat pertunjukan musikal. Kedekatan anak muda dengan teknologi pun dianggap bisa menyegarkan pertunjukan musikal.
”Menurut kami, sudah tidak bisa lagi seni dikelola dengan pola pikir generasi dulu. Mesti ada terobosan-terobosan ide,” ucap Alim.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F10%2F26%2F97dd6c59-34b7-414a-9c10-9e9796892557_jpg.jpg)
EKI Dance Company mementaskan musikal "Perempuan Punya Cerita" dalam Festival Musikal Indonesia di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Jumat (25/10/2024).
Pertunjukan di FMI tahun ini pun sarat dengan cerita yang dekat dengan anak muda, bahkan anak-anak. Ini tampak di pertunjukan Musikal Jojo: Kembali ke Sekolah yang dibawakan CBHS. Kisah ini diadaptasi dari film Joshua Oh Joshua (2001), berkisah soal Jojo yang berjuang untuk sekolah di tengah kesulitan ekonomi.
Dengan lagu-lagu ikonik Joshua Suherman, seperti ”Andai Aku Jadi Kaya”, pertunjukan musikal ini menyuarakan harapan dan semangat pantang menyerah. CBHS mengajak penonton untuk merasakan perjuangan Jojo dan terinspirasi untuk tetap meraih cita-cita, sesulit apa pun rintangannya.
Ada lagi pertunjukan musikal dangdut Kukejar Kau Sayang oleh Aulion, Senandung Senyap ”Identitas Tuli” oleh Fantasi Tuli, serta sejumlah penampilan lain. FMI menjadi kaya dengan narasi dan dimensi. Jika ingin berkelana lintas dimensi, datang saja ke festival musikal.
Baca juga: Broadway Rasa Nusantara
Catatan: Artikel ini merupakan kolaborasi dengan peserta magang harian Kompas, Andrei Wilmar, mahasiswa Jurusan Jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara; dan Sophie Azzahra Ryonaputri, mahasiswa Jurusan Sastra Rusia Universitas Indonesia.