Cinta Seorang Ibu Melawan Iblis Jahat
Sebuah rumah terkutuk berisi ratusan roh jahat mencari korban baru. Hanya cinta seorang ibu bisa menghadapinya.
Sebuah rumah terkutuk berisi ratusan roh jahat mencari korban baru. Hanya cinta seorang ibu bisa menghadapinya. Begitulah garis besar cerita film The Deliverance (2024) garapan sutradara Lee Daniels.
Cerita diawali perjuangan seorang ibu tunggal Ebony (Andra Day) bagi tiga anak, dua di antaranya remaja. Mereka berempat, ditambah sang nenek, mencoba peruntungan di kawasan pinggiran kota Indiana, Amerika Serikat. Sayangnya, rencana mereka tak berjalan mulus.
Selain harus berjuang memenuhi kebutuhan sehari-hari dari pekerjaan yang minim, ketiga anak Ebony, yakni Nate (Caleb McLaughlin), Shante (Demi Singleton), dan Andre (Anthony B Jenkins), juga punya persoalan masing-masing. Ditambah lagi, sang nenek Alberta (Glenn Close) sedang berjuang melawan kanker, yang membutuhkan banyak biaya.
Pola hubungan Ebony dan Alberta terbilang unik lantaran mereka berdua sebetulnya berasal dari ras berbeda walau terikat hubungan darah.
Masalah juga masih bertambah dan semakin berat dirasakan Ebony lantaran harus berhadapan dengan petugas kesejahteraan anak (Department of Child Services/DCS), Cynthia Henry (Mo’Nique). Ebony harus menunjukkan dirinya becus mengurus keluarga, terutama ketiga anaknya jika tak ingin kehilangan hak asuh atas mereka.
Persoalannya, tempat tinggal baru ternyata juga membawa persoalan tambahan yang tak disangka-sangka lantaran berada di luar jangkauan nalar. Sejumlah kejadian aneh satu per satu bermunculan di rumah itu. Setiap penghuni rumah melihat dan mengalami kejadian-kejadian aneh. Akibatnya, perilaku mereka juga jadi janggal.
Petugas kesejahteraan anak, Chynthia, menaruh curiga terjadi apa-apa pada ketiga anak tersebut. Apalagi, dia melihat beberapa tanda mencurigakan di tubuh Shante dan Andre yang memar. Kecurigaan bertambah lantaran Ebony diketahui punya riwayat sebagai seorang alkoholik.
Belakangan keadaan semakin tak terkontrol. Sejumlah kejadian aneh terus bermunculan dan semakin tak terkendali. Penjelasan signifikan belakangan baru muncul dari seorang penceramah Kristen, Bernice James (Aunjanue Ellis-Taylor), yang mendatangi Ebony setelah mengamati keluarga itu sekian lama.
Bernice menceritakan latar belakang rumah tinggal keluarga Ebony, yang diyakini banyak dihuni roh jahat mengerikan. Entitas spiritual tak suci (unholy) itu tak hanya menakut-nakuti, tetapi juga ingin menyakiti atau bahkan membunuh seluruh anggota keluarga, yang tinggal di dalam rumah tersebut, seperti pernah terjadi sebelumnya.
Baca juga: Cinta yang Sederhana dalam Seni Memahami Kekasih
Secara alur cerita dan penggambaran, film The Deliverance menghadirkan banyak hal klise, yang membuatnya tak jauh beda dengan film-film horor beradegan ritual pengusiran setan, sebut saja film-film sekuel waralaba The Conjuring, The Exorcism of Emily Rose (2005), dan banyak lagi.
Selain penggambaran ritual penyucian dan pengusiran iblis, lengkap dengan doa-doa dan air suci, cara dan penggambaran adegan saat sosok roh jahat merasuk dan menguasai tubuh korban juga tak terlalu istimewa.
Boleh jadi hal itu dilakukan lantaran sang sutradara terlalu berpatokan pada kejadian asli, yang mendasari kisah film ini. Mengutip situs Screen Rant, The Deliverance terinspirasi dari kejadian nyata. Sebuah kisah mengerikan tentang rumah berhantu, yang dialami keluarga Latoya Ammons.
Dalam kehidupan nyata keluarga Ammons, yang juga terdiri dari Latoya, ibunya, dan tiga anaknya, pindah ke lingkungan baru di 3860 Carolina Street di Gary, Indiana, pada bulan November 2011. Tak lama mereka tinggal di situ, sejumlah kejadian misterius dan menyeramkan bermunculan.
Beberapa seperti kehadiran kawanan lalat hitam besar di teras rumah, yang sulit diusir, suara-suara aneh di malam hari, sampai peristiwa fisik di luar nalar. Salah satu kejadian tak masuk akal juga ikut digambarkan dalam film oleh sang sutradara, Lee Daniels.
Sejumlah pakar mistis dimintai bantuan. Mereka menyebut rumah itu sebenarnya telah menjadi semacam lubang menuju neraka, dengan sedikitnya 200 roh jahat (demons) ikut tinggal di sana. Sejumlah upaya pengusiran iblis dengan bantuan tokoh rohaniwan dan Latoya Ammons telah dilakukan walau selalu gagal.
Rumah itu lantas dibeli dan sempat dibiarkan kosong sekitar dua tahun sampai akhirnya diputuskan untuk dirobohkan rata dengan tanah. Meski begitu, sampai bertahun-tahun kemudian warga yang tinggal di sekitar titik lokasi bekas rumah masih melaporkan sejumlah kejadian janggal.
Ikatan cinta keluarga
Walau terbilang klise, sutradara film ini berusaha menyelipkan pesan tentang pentingnya cinta dan ikatan keluarga yang kuat dan saling melindungi. Cinta ibu terhadap anak-anaknya dan begitu pula sebaliknya, cerita tentang balas budi seorang anak terhadap orangtuanya.
Hal kedua ditampilkan dengan baik oleh sang sutradara lewat penggambaran interaksi sekaligus pola relasi love-hate antara Ebony dan Alberta. Penggambaran tentang itu tertangkap jelas di adegan ketika Alberta mengetahui fakta putrinya itu ternyata sangat peduli terhadap dirinya.
Apa yang ditampilkan di keseharian di antara keduanya, dengan kalimat-kalimat keras dan kasar, justru berbeda 180 derajat dengan pengorbanan, yang dilakukan Ebony demi kesehatan sang ibu. Dari ikatan kuat antar-anggota keluarga tersebut lahirlah kekuatan untuk mampu melawan seluruh kuasa jahat, yang ada di rumah keluarga Ebony.
Dalam wawancaranya seperti dikutip laman Variety.com, sang sutradara Lee Daniels juga menambahkan unsur kepercayaan terhadap kekuasaan Tuhan sebagai kekuatan yang lebih tinggi di dunia ini. Hal seperti itu, menurut Lee, bukanlah suatu kejutan, yang awalnya diinginkan oleh Netflix dari dirinya.
Baca juga: Kisah Luar Biasa Orang-orang Biasa
Lee dikenal sebelumnya sebagai sutradara film-film bertema drama. Genre film horor kali ini adalah yang pertama kali dia coba lakukan demi mendapatkan pengalaman dan petualangan baru walau tak terlalu yakin pada awalnya.
Pesan religius terasa kental dalam film horornya kali ini. ”Dalam (sebuah) keluarga yang tak harmonis seperti ini (mereka) menemukan kekuatan yang lebih tinggi lagi, di masa yang kita alami (sekarang). Saya pikir itulah yang perlu kita temukan, entah itu Buddha, entah itu Allah, entah itu Yesus, entah itu diri Anda sendiri. Saya pikir (film) ini coba menakut-nakuti Anda agar sadar,” ungkap Lee.
Meski begitu, Lee juga menambahkan, dirinya tidak mengetahui secara pasti akankah filmnya kali ini berhasil menakut-nakuti para penontonnya sehingga sadar dan percaya akan suatu Kekuatan Yang Lebih Tinggi. ”Karena hari esok tidak dijanjikan. Kita tidak tahu apa yang terjadi di luar sana dan (semua) ini (serba) gelap,” tambah Lee.
Saat proses pengambilan gambar berlangsung Lee juga menghadirkan para pendoa sekaligus mengajak semua pemain dan kru ikut berdoa sebelum memulai pekerjaan. Seperti juga disampaikan ibunya, Lee meyakini film-film horor sejenis bukan tak mungkin mampu mendatangkan kekuatan negatif yang bisa mencelakai siapa pun.
Kebanyakan kru dan pemain yang terlibat menurut Lee sepakat dengan pemikirannya. Mereka ingin tenang bekerja dalam perlindungan doa. Lee sendiri tak keberatan jika ada dari para kru dan pemainnya juga tak terlalu percaya dengan ritual doa seperti dia terapkan tersebut.