Cinta yang Sederhana dalam ”Seni Memahami Kekasih”
Film ”Seni Memahami Kekasih” bercerita tentang perjuangan dua insan muda dari kelas ekonomi menengah ke bawah.
Kalau cinta sudah melekat, tahi kambing pun bisa terasa seperti cokelat. Sebetulnya tidak perlu seekstrem itu. Film Seni Memahami Kekasih (2024) mengajarkan bahwa kita bisa mencintai ugal-ugalan dengan cara yang sederhana.
”Jodho itu ikhtiar dua hamba Allah menjaga akad untuk tumbuh bersama dalam kesulitan. Satu orang saja berhenti berikhtiar, semuanya akan pincang. Jadi ya nduk, jodho kui ono senine, yaitu seni memahami kekasih,” kata ayah si Kalis.
Perkataan tersebut menjadi inti dari film Seni Memahami Kekasih garapan sutradara Jeihan Angga. Film drama komedi berbahasa Jawa ini merupakan adaptasi dari buku Sebuah Seni untuk Memahami Kekasih karya Agus ”Magelangan” Mulyadi. Buku ini mengisahkan perjalanan cinta Agus dan istrinya, Kalis Mardiasih.
”Cerita film ini sangat dekat dengan kehidupan kita. Kita bisa menemukan diri kita dalam film ini tentang bagaimana mereka memperjuangkan cinta,” kata produser IDN Pictures, Susanti Dewi, dalam Press Screening and Press Conference Film Seni Memahami Kekasih di Jakarta, Senin (2/9/2024).
Di Blora, Jawa Tengah, Kalis (Febby Rastanty) muda tengah membujuk seorang bayi laki-laki yang menangis. Tenang, itu bukan bayinya. Kalis dan teman-temannya sibuk mengurusnya lantaran ibu sang bayi, Rahayu (Sisca Saras), sedang mengikuti sidang perceraian bersama calon mantan suaminya, Akmal (Rezca Syam).
Di tengah kericuhan tersebut, mereka saling mengucapkan selamat tinggal. Jika teman-temannya harus merantau untuk bekerja atau mengurus anak di desa, Kalis bersyukur bisa lanjut berkuliah di Solo.
Kalis bercita-cita menjadi penulis. Perempuan bisa punya suara, begitu pikirnya. Gara-gara niat itulah, Kalis bertemu Agus Mulyadi (Elang El Gibran), si editor di media Mojok, saat berkunjung ke Yogyakarta. Kalis sering mengirim tulisan ke media tersebut. Namun, laki-laki asli Magelang yang blak-blakan ini tanpa ampun mencoret tulisannya.
Mungkin sudah lama Agus jatuh hati kepadanya. Soalnya, tidak lama Agus langsung melontarkan pertanyaan andalan saat PDKT alias pendekatan. ”Lis, kalau aku sering telepon kamu, ada yang marah enggak?” kata Agus sambil malu-malu.
Kalis dan Agus lama-kelamaan dekat meskipun sikap ketus palsu Kalis terkadang muncul. Lagu ”Hidup Kan Baik-baik Saja” dari Fiersa Besari selalu mengiringi momen kebersamaan mereka. Walau belum resmi jadian, tingkah laku mereka sudah seperti orang pacaran. Kalis sampai salim saat berpisah setelah bertemu.
Namun, takdir sedikit berbelok. Kalis jadi ragu dengan Agus gara-gara Rahayu. Seluruh pengalaman buruk Rahayu tentang percintaan membuat Kalis bimbang. Cinta dan sengsara itu ternyata satu paket. Kalis akhirnya berhenti berkabar kepada Agus.
Untung tampaknya masih berpihak kepada Agus. Kalis mendapat pekerjaan sebagai editor di Yogyakarta. Mereka kembali bertemu. Setelah perdebatan yang tak ada ujungnya, Agus tidak tahan lagi. Agus menyatakan cinta setengah berteriak kepada Kalis saat berboncengan dengan sepeda motor Suzuki Shogun birunya yang butut itu. Syukurlah, gayung bersambut.
Apakah ini berarti Agus dan Kalis bahagia seterusnya? Oh, tentu saja tidak bagi dua penulis ekonomi sekarat ini. Mempertahankan sebuah hubungan jauh lebih sulit daripada memulainya.
Komedi surealis
Secara keseluruhan, Seni Memahami Kekasih adalah film ringan. Formula cerita film ini sama seperti film-film genre drama pada umumnya. Sebab itu, penonton bisa lebih fokus pada perjalanan cerita yang cukup menghibur.
Laju film ini berlangsung cepat sehingga penonton perlu menyimak penuh agar tidak ketinggalan. Pada adegan pembuka saja, ada lima karakter yang diperkenalkan secara singkat. Beberapa detail tambahan meramaikan visual sehingga film terasa interaktif, seperti animasi layar ponsel atau ikon yang mewakili perasaan tertentu.
Komedi menjadi aspek krusial dari film ini. Sutradara Jeihan tetap membawa ciri khasnya. Komedi ala Jeihan menjurus pada komedi bergaya surealis atau absurd. Peter Stockwell lewat buku The Language of Surrealism (2017) menjelaskan, surealis merujuk pada gagasan yang tidak logis dan tidak alami tetapi seringkali disajikan secara realistis.
”Saya memang punya gaya komedi yang cenderung enggak meniru film-film Indonesia kebanyakan. Tidak bisa melawak, jadi komedinya tidak verbal. Saya juga sering mengeksplorasi adegan dengan membayangkan karakternya melakukan hal konyol yang mungkin sungkan atau memalukan jika direalisasikan di dunia nyata, tetapi semua orang kepikiran,” kata Jeihan, Jumat (6/9/2024).
Jeihan menjelaskan, komedi dalam setiap filmnya mempunyai ciri khas tersendiri. Dalam Seni Memahami Kekasih, misalnya, salah satu keabsurdan bisa terlihat saat Agus berusaha mencari obat untuk menyembuhkan Kalis yang katanya sakit. Namun, tiga pemasar obat tradisional yang datang lalu berantem habis-habisan dengan konyol. Si perempuan pemasar lantas keluar sebagai juara.
Adegan absurd lainnya adalah kemunculan penyanyi Fiersa Besari pada akhir film. Fiersa menyanyikan lagu ”Hidup Kan Baik-baik Saja” dalam gerakan lambat nan dramatis layaknya sedang shooting video musik.
Komedi surealis dalam Seni Memahami Kekasih jelas berbeda dengan komedi yang Jeihan buat dalam Scandal Makers (2023). Namun, terdapat sedikit kesamaan antara film barunya ini dengan Mekah I’m Coming (2020) yang juga absurd.
Dalam kedua film tersebut, Jeihan menaruh adegan barisan warga kampung menonton drama kekacauan yang terjadi di jalanan. Pada Mekah I’m Coming, warga berdiri sambil tersenyum lebar ketika menyaksikan momen para tokoh antagonis datang terlambat untuk melamar pemeran utama perempuan.
Baca juga: Toksisitas dalam Bingkai Romansa ”It Ends with Us”
Jeihan meramu adegan serupa di Seni Memahami Kekasih dengan lebih kocak. Warga datang menonton perkelahian antara tiga pemasar obat untuk Kalis sambil membawa bangku, lampu hias, dan gerobak bakso.
Ada pula warga yang menyuarakan woro-woro lewat megafon agar warga lain datang menonton. Konyol memang. Adegan semacam ini mirip dengan kebiasaan masyarakat Jawa kuno menyaksikan pertunjukan jalanan.
Komitmen dan pernikahan
Seni Memahami Kekasih menunjukkan berbagai alasan mengapa hubungan antara dua sejoli membutuhkan perjuangan berat. Cinta saja tidak cukup. Sebuah hubungan membutuhkan komitmen, komunikasi, kesejalanan, dan usaha untuk menikah.
Agus sebetulnya merupakan sosok membingungkan dalam film ini. Dia agresif dalam mengejar cinta Kalis. Namun, dia membiarkan hubungan mereka berdua stagnan setelah jadian. Tidak heran Kalis adakalanya merasa frustrasi.
Setelah diteliti lebih jauh, Agus rupanya adalah perwujudan generasi muda saat ini yang takut menikah, terutama karena alasan ekonomi. Badan Pusat Statistik pada 2024 melaporkan, angka perkawinan di Indonesia menurun. Setidaknya terdapat 1,5 juta perkawinan yang dilaporkan pada 2023. Jumlah ini merupakan jumlah terendah dari laporan perkawinan sepuluh tahun terakhir (Kompas.id, 7 Maret 2024).
Alasan Agus memang mulia. Dia ingin menghidupi Kalis dengan selayak-layaknya sehingga tidak ingin salah langkah.
Dampak pernikahan terburu-buru bisa terlihat pada kisah Rahayu. Tokoh Rahayu sebenarnya tidak ada dalam buku, tetapi sejujurnya kisahnya lebih menarik.
Rahayu menikah muda dengan Akmal karena hamil di luar nikah. Akmal, yang latar belakangnya tidak terlalu dijelaskan dalam film, ternyata ogah berkeluarga lantaran masih ingin menikmati masa muda. Akibatnya, kekerasan dalam rumah tangga rentan terjadi.
Pernikahan Rahayu dan Akmal berakhir dengan perceraian. Rahayu harus meninggalkan anaknya, Nurcholis (Jordan Omar), guna mencari nafkah sebagai pekerja migran di Taiwan. Kisah seperti Rahayu banyak terjadi di kehidupan nyata, termasuk di Jawa Tengah yang menjadi salah satu latar tempat film.
Rahayu jadi trauma dengan namanya pernikahan. Dia memandang sinis setiap laki-laki. Dampak tersebut kemudian meluas pada orang-orang sekitar Rahayu. Nurcholis kesepian, sedangkan Kalis yang plin-plan ikut mempertanyakan setiap aksi Agus.
”Film ini bisa mewakili suara orang muda Indonesia yang dilekati stereotipe negatif. Padahal, realitasnya mereka bertahan dan bekerja keras menuju kedewasaan di tengah banyak tantangan dengan penuh pengharapan,” kata Kalis dalam konferensi pers.
Baca juga: ”Kaka Boss”, Menatap Timur dari Berbagai Arah
Seni Memahami Kekasih merupakan kisah ringan antara dua insan muda dari kelas ekonomi menengah ke bawah. Meski idealisme mereka berdua tidak tergali dalam film, Kalis dan Agus mengingatkan perjuangan cinta bisa dilakukan dengan cara sederhana. Komunikasi dan komitmen adalah salah satunya.