Dampak Baik Reuni Oasis
Band Oasis reuni setelah libur 15 tahun. Kabar ini disambut baik penggemar. Industri jasa dapat keuntungan.
Oasis reuni. Dua bersaudara Noel dan Liam Gallagher berbaikan setelah perseteruan panjang yang berdampak pada bubarnya band mereka, Oasis. Band asal Manchester, Inggris, ini mengumumkan tur reuni. Inggris Raya bersorak menyambut rekonsiliasi ini. Industri pelayanan jasa diramalkan meraup keuntungan.
Reuni ini seperti mimpi menjadi kenyataan bagi penggemar setia. Sejak dibentuk pada 1991, Oasis menjadi salah satu nama besar pada gelombang invasi british pop hingga pertengahan 2000-an. Mereka hiatus pada 2009 setelah menghasilkan tujuh album, dan pertikaian kakak-beradik yang hampir seperti kisah Kain dan Habil dalam Alkitab.
Baca juga: Keresahan Musisi di Balik Peringatan Darurat
Selama masa hiatus, baik Noel maupun Liam menekuni proyek solo sendiri-sendiri. Dua-duanya menuai kesuksesan. Namun, penggemar tetap mendambakan mereka kembali di panggung yang sama, mengusung nama Oasis lagi. Harapan itu terjawab pada awal pekan ini lewat unggahan di media sosial berupa tanggal ”27.8.24” dalam bentuk huruf sama dengan logo Oasis.
Tanggal itu pun tiba. Spekulasi penggemar benar adanya. Mereka mengumumkan tur reuni, yang berlangsung pada 2025. Tanggal dan lokasi sudah tertera. Mereka akan melanglang ke berbagai penjuru Inggris Raya, yaitu kota Cardiff di Wales, Manchester dan London di Inggris, Edinburgh di Skotlandia, dan Dublin di Irlandia.
”Tur Oasis diperkirakan bakal seramai pergelaran musik Taylor Swift, Harry Styles, atau Beyonce dalam hal pengumpulan penonton seperti yang terjadi belakangan ini,” kata Kate Nicholls, Chief Executive of UKHospitality, badan yang mengurusi industri jasa di Inggris Raya kepada Reuters.
Pernyataan Nicholls masuk akal. Oasis adalah band yang memunculkan histeria kaum muda pada dekade awal 1990-an. Para remaja di era ledakan Oasis ini berdandan seperti Noel dan Liam: mulai dari gaya rambut, pakaian, sampai gerak-gerik yang kalem, tapi congkak. Aplikasi pemutar musik Spotify mencatat, lagu Oasis didengar sebanyak 21 juta kali setiap bulan.
Tur Oasis diperkirakan bakal seramai pergelaran musik Taylor Swift, Harry Styles, atau Beyonce dalam hal pengumpulan penonton seperti yang terjadi belakangan ini.
Kabar rencana tur reuni itu disambut gegap gempita. Penggemar lekas-lekas berusaha memastikan mereka mendapat tiket. Penginapan murah di sekitar Manchester raib dari situs perjalanan. Situs resmi band sempat crash akibat kunjungan tiba-tiba. Padahal, tiket konser baru dijual mulai Sabtu pagi waktu Inggris.
Di Dublin, Irlandia, pencarian hotel melejit tajam dalam hitungan menit setelah pengumuman konser reuni. Berdasarkan data Google, sembilan dari dua belas hotel ternama di Dublin melipatgandakan harga kamar pada 16 dan 17 Agustus 2025—tanggal konser di kota itu.
Whitbread, pengelola jaringan hotel Premier Inn yang dekat dengan arena konser di Inggris, merasakan permintaan kamar yang meningkat dibandingkan hari biasanya pada tanggal konser, khususnya di London dan Manchester.
”Konser itu bukan ’mungkin’ lagi, tapi benar-benar terjadi. Penggemar musik dari segala penjuru heboh merespons kabar reuni Oasis. Sepertinya pertunjukan itu bakal jadi acara paling populer sepanjang masa,” kata juru bicara Whitbread.
Pemerintah Wales juga memperkirakan hal serupa. Konser itu akan menarik ribuan pengunjung ke Cardiff. Kunjungan penggemar Oasis ini bakal menaikkan perekonomian kota di sektor jasa, ritel, dan transportasi dengan nilai jutaan pound sterling. ”Membanggakan sekali Cardiff jadi tuan rumah pertama konser kembalinya Oasis,” ujar salah seorang juru bicara pemerintah.
Baca juga : Gigi Unjuk Gigi
Tur reuni akan dimulai pada 4 dan 5 Juli 2025 di Principallity Stadium di Cardiff, Wales. Berikutnya mereka akan ”pulang kampung” pada 11, 12, 19, dan 20 Juli untuk tampil di Heaton Park, Manchester, Inggris.
Dari sana, mereka akan ke London untuk tampil di Stadion Wembley pada 26 dan 26 Juli, serta 2 dan 3 Agustus. Beberapa hari kemudian, Oasis singgah di Stadion Scottish Gas Murrayfield di Edinburgh, Skotlandia, pada 8 dan 9 Agustus. Tur Inggris Raya itu berakhir di Croke Park di Dublin pada 16 dan 17 Agustus.
Manajemen Oasis membuka kemungkinan menambah jadwal perjalanan ke luar benua Eropa di pengujung tahun depan. Ini baru wacana. Manajemen belum membeberkan detailnya.
Sepertinya pertunjukan itu bakal jadi acara paling populer sepanjang masa.
Rekonsiliasi matang
Di kampung halaman Noel dan Liam bersaudara, warga—termasuk para lansia—ramai membicarakan konser ini. ”Sudah saatnya (bereuni),” kata Ralph Clare, yang duduk di kursi roda depan mural raksasa bergambar sosok Noel dan Liam. ”Itu kabar yang luar biasa, kabar terbaik yang pernah kudengar belakangan ini,” kata pensiunan berumur 82 tahun itu.
Clare tinggal di selatan Manchester, dekat dengan Burnage, tempat kakak-beradik Gallagher bertumbuh. Mural itu di gambar di tembok toko musik Sifters Records, tempat Noel dan Liam jajan musik ketika remaja. Mural itu digambar untuk memperingati 30 tahun album debut Oasis Definitely Maybe keluaran 1994. Oasis menceritakan toko itu dalam lagu ”Shakermaker”, dengan lirik yang kira-kira berbunyi, ”Mister Sifter menjual lagu-lagu padaku/Ketika aku baru berusia 16 tahun”.
Pemilik toko itu, Pete Howard alias Mister Sifter, setengah tak percaya dengan kabar reuni dua remaja yang ia kenal baik itu. Kabar itu datang tiba-tiba. “Pengunjung toko sering bertanya kepadaku, apakah mereka bakal baikan lagi? Aku selalu jawab, mungkin saja terjadi, setelah aku mati,” kata Howard yang berusia 76 tahun.
Baca juga: Oleh-oleh Lagu dari Bintang Indrianto
Clare berteori, bibit perdamaian antara Noel dan Liam muncul seiring bertambahnya usia mereka. Mereka semakin matang, mampu berdiskusi alih-alih adu jotos dalam menyelesaikan masalah. ”Rekonsiliasi ini juga membanggakan ibu mereka, Peggy Gallagher. Dia pasti bahagia sekali, melihat dua keturunannya akur lagi, berbagi talenta bersama,” ujar Clare.
Warga yang berusia ”sebaya” dengan personel Oasis, Michelle Locke, tak menyangka Noel dan Liam akan berdamai. ”Tak ada yang pernah menyangka bahwa mereka akan berbaikan setelah saling serang bertahun-tahun di media sosial. Orang-orang pesimistis, menduga mereka saling membenci,” kata Michelle (45) yang juga berpose di depan mural itu.
Kabar reuni ini juga memantik antusiasme pendengar muda. Ryan Quinn (24) bersedia mengeluarkan uang ratusan pound sterling demi tiket konser. Dia baru berumur sembilan tahun ketika band ini bubar.
”Ini seperti mendapat kesempatan kedua melihat mereka kembali. Aku tidak mengalami era kejayaan mereka dulu. Namun, bisa bangkit lagi setelah 15 tahun, dan melanjutkan perjalanan band selama tiga dekade, adalah hal tak mudah,” ucap Quinn.
Pendengar baru seperti Quinn tak sedikit. Lagu-lagu Oasis seperti ”Supersonic”, ”Talk Tonight”, dan “Roll with It” tak pernah benar-benar padam. Jangan lupakan pula bahwa nomor ”Wonderwall” dan ”Don’t Look Back in Anger” adalah lagu wajib di ruang-ruang karaoke sepanjang masa.
Bayangkan, lelah menunggu mereka kembali setelah 15 tahun, tapi kalah beli tiket oleh remaja berusia 21 tahun yang hanya ingin dengar ”Wonderwall ” secara langsung.
Meski begitu, ada juga pendengar lama yang sinis dengan kemunculan penggemar baru ini. Penggemar baru dianggap ”ancaman”, terutama karena kegesitan mereka berburu tiket konser. ”Bayangkan, lelah menunggu mereka kembali setelah 15 tahun, tapi kalah beli tiket oleh remaja berusia 21 tahun yang hanya ingin dengar ‘Wonderwall’ secara langsung,” kicau pengguna Twitter, Billy Corcoran.
Sinisme semacam itu tak perlu dibesar-besarkan. Kabar rekonsiliasi dua bersaudara Noel dan Liam lebih pantas dibicarakan. Bisa jadi, ini adalah kabar baik pertama dari tanah Inggris setelah kisruh bernuansa SARA beberapa pekan lalu. Salah satu pesan yang bisa dipetik, menyitir judul lagu mereka, jangan ”terjebak” pada amarah. (AP/AFP/REUTERS)