Dua talenta piano klasik Indonesia mendunia di IIPC 2024, Michael dan James. Apa saja prestasi membanggakan mereka?
Oleh
WISNU DEWABRATA
·4 menit baca
Jemari Michael Anthony Kwok (21) mampu ”menghipnotis” para tamu undangan dan penonton yang hadir. Dia tunanetra dan mengidap autisme. Lagu ”Danzas Argentinas”, Opus 2 karya Alberto Ginastera, yang dibawakannya terasa hidup dan mengalun memenuhi Usmar Ismail Hall, Minggu (14/7/2024) malam.
Karya salah satu komposer Amerika Latin terkemuka abad XX itu dipilih Michael. Dia keluar sebagai pemenang pertama kategori Profesional Senior di Indonesia International Piano Competition (IIPC) 2024. Selain medali dan piala, dia juga berhak mendapat hadiah uang senilai Rp 25 juta.
”Senang aja, ya. Senang banget kalau didoain (mau) ikut lagi, ya, Koh. Happy kalau bisa ikutan lagi (apalagi) kalau dapat angpau (hadiah), ya,” ujar Michael dengan bercanda dan diikuti derai tawa orangtua dan kedua gurunya.
Saya pilih lagu itu karena memang favorit dan kegemaran saya untuk memainkan karya-karya Liszt.
Permainan piano tak kalah mengagumkan juga ditampilkan James Napoleon Lai (17), juara pertama kategori Profesional Junior IIPC 2024. Pada malam itu dia memainkan ”Hungarian Rhapsody No 12”, karya Franz Liszt, selama 10 menit.
Lagu sama juga mengantarkannya lolos audisi Beasiswa Royal Conservatoire of Scotland (United Kingdom) tahun ini. Sebelumnya, alumni Sekolah Menengah Kejuruan Swasta (SMKS) Methodist Charles Wesley, Kota Medan, juga lolos beasiswa sekolah-sekolah musik bergengsi di tiga negara lain, seperti Singapura, Amerika Serikat, dan United Kingdom.
”Saya pilih lagu itu karena memang favorit dan kegemaran saya untuk memainkan karya-karya Liszt. Secara umum, lagu itu memasukkan banyak tema, yang Liszt dengar di negara asalnya, Hongaria, serta yang dia yakini sebagai musik rakyat,” ujar James yang asal Medan, Sumatera Utara.
Baik Michael maupun James sama-sama punya kiprah panjang di kompetisi piano dalam dan luar negeri. Seperti pernah diwartakan Kompas, bahkan saat usia 14 tahun, Michael pernah tampil di sebuah resital tunggal ”The Miracle of Sounds” di Utzon Room, Sydney Opera House, Australia.
Sementara James sendiri juga berpengalaman memenangi sejumlah kompetisi piano internasional di beberapa negara, seperti Malaysia, Singapura, dan Jepang. Kompetisi empat tahunan IIPC 2024 yang digelar kali ini juga termasuk yang diperhitungkan secara internasional.
Menurut Helen Gumanti, Presiden sekaligus pendiri Yayasan Cipta Pribadi Unggul, setelah sukses dengan edisi pertamanya tahun 2019, IIPC kembali digelar tahun ini dengan skala lebih besar. Pada tahun ini kompetisi diikuti 130 peserta yang berasal dari sejumlah negara, seperti Jepang, Vietnam, Australia, Korea Selatan, Thailand, Kanada, AS, dan Selandia Baru.
Juri-juri yang dilibatkan memberi penilaian pun berasal dari delapan negara. Ada 11 juri, beberapa dari luar negeri, seperti Andreas Frölich (Jerman), Pascal Nemirovski (Inggris), dan Rachel Naomi Kudo (AS) dari Amerika Serikat.
Dalam acara pengumuman dan penampilan pemenang juga hadir sejumlah tamu kehormatan, seperti Duta Besar Austria Thomas Loidl, Dubes Argentina Gustavo Ricardo Coppa, dan Dubes Jepang untuk ASEAN Kiya Masahiko.
Tolok ukur keberhasilan kami bukan di kuantitas, melainkan kualitas.
Menurut Helen, jumlah negara asal peserta yang terlibat kali ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan saat IIPC pertama kali digelar tahun 2019 lalu. Pada tahun 2019, tambah Helen, jumlah negara peserta yang ikut mencapai lima negara, sementara tahun ini ada sekitar 10 negara. Para juri berasal dari delapan negara.
”Lonjakannya sangat besar. Berarti IIPC semakin dikenal dan dianggap serius. Kami juga memutuskan kompetisi digelar seperti olimpiade, empat tahunan, sehingga persiapan benar-benar matang. Tolok ukur keberhasilan kami bukan di kuantitas, melainkan kualitas,” ujar Helen.
Dalam kategori profesional, baik junior maupun senior, para peserta juga dinilai dengan bermain bersama orkestra lengkap dari Jakarta Concert Orchestra (JCO) pimpinan Avip Priatna. Hal itu diyakini menunjukkan IIPC mampu menunjukkan pencapaian baru di tingkat lebih tinggi, baik secara pendidikan maupun kualitas penyelenggaraan kompetisi piano di taraf internasional.
Helen lebih lanjut juga meminta dukungan, terutama dari pemerintah, terkait dengan penyelenggaraan kompetisi-kompetisi berskala internasional sejenis, seperti digelar IIPC kali ini, demi kemajuan musik dan musisi klasik, terutama di Tanah Air. Selain itu, diharapkan juga keberadaan kompetisi skala dunia tadi mampu berdampak mendukung dan terintegrasi ke sektor-sektor pariwisata lain di Indonesia.
Lebih lanjut nama-nama pemenang lain di kategori Professional Senior (18-32 tahun), Viona Natalie Sanjaya untuk posisi kedua. Sementara untuk peringkat III terdapat dua nama, Ayunia Indri Saputro serta Jovine Freia Iskandar. Sementara mendampingi James di kategori Junior Profesional, usia di bawah 18 tahun, adalah Jacqueline Wan Ning Wang di posisi II dan Michael Ethan Hoo di posisi III.
Selanjutnya, untuk para pemenang kategori Senior (di bawah 18 tahun), antara lain, ialah Faervilui Fievel Xia dan Lucas Franklin Lai (peringkat II) serta Serene Patricia (peringkat III). Untuk kategori Junior (di bawah 15 tahun) hanya ada dua pemenang, Maria Avril Zhuang (juara I) dan Michael Phillipe Andree (peringkat II). Untuk kategori Intermediate (di bawah 13 tahun) berturut-turut Callista Kertalesmana (juara I), Chatarina Chloe Prasetyo Handojo (peringkat II), dan Flavian Jestin Wijaya (peringkat III).