Voice of Baceprot Menggebrak Glastonbury
Keberadaan Voice of Baceprot semakin diakui di jajaran musik dunia saat tampil di Festival Glastonbury, Inggris Raya.
Band metal asal Garut, Jawa Barat, Voice of Baceprot (VOB), kembali menggebrak dengan tampil di event bergengsi internasional. Kali ini di Festival Glastonbury, yang berlangsung di Pilton, Somerset, Inggris Raya.
Dalam situs resmi Glastonburyfestivals.co.uk tertulis VOB dijadwalkan tampil di panggung utama, Woodsies Main Stage, Jumat (28/6/2024) malam waktu setempat. Dalam laman tersebut, VOB dipuji sebagai ”Artis baru, mapan, dan fantastis, band rock Wanita Indonesia, Voice of Baceprot, yang akan memulai debutnya pada Jumat pagi.”
VOB terdiri dari tiga personel perempuan muda berhijab, yaitu Firdda Marsya Kurnia (vokal dan gitar), Widi Rahmawati (bas), dan Euis Siti Aisyah (drum). Kehadiran VOB sekaligus menjadikan mereka sebagai band Indonesia pertama yang tampil di salah satu festival musik terbesar di Eropa tersebut.
Baca juga: Suara Lantang dari Pinggir
Mereka tercatat sebagai salah satu band yang hadir bersama beberapa penampil utama di festival yang berlangsung selama lima hari (26-30 Juni) di tahun 2024 ini, seperti Coldplay dan Dua Lipa. Selain Coldplay dan Dua Lipa, panggung Glastonbury tahun ini juga dimeriahkan oleh ratusan nama lainnya, seperti Cyndi Lauper, SZA, Shania Twain, Idles, Camila Cabello, Masego, James Black, dan Peggi Gou.
Mengutip laman Mirror.co.uk, dalam festival besar yang sudah rutin digelar lebih dari setengah abad lalu itu, kali ini juga dihadiri oleh salah satu anggota Kerajaan Inggris, Putri Beatrice. Kehadiran sang putri, yang masuk dalam jajaran urutan kesembilan garis suksesi takhta itu, terdeteksi media saat dia terlihat tengah nongkrong di salah satu bar VVIP yang tak bisa diakses sembarang orang.
Bingung dan degdegan
Dalam kesempatan terpisah, sang vokalis Marsya mengaku bingung harus bagaimana saat pertama kali tahu VOB diundang tampil di festival bergengsi itu. ”Karena kami tidak tahu betapa serunya (festival) ini. Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan selanjutnya,” ujar Marsya seperti dikutip laman BBC.com.
Keberadaan VOB di pentas panggung dunia terutama untuk aliran musik cadas tidak bisa dipandang sebelah mata. Dalam beberapa kesempatan berbeda, beberapa musisi rock dan heavy metal dunia secara terang-terangan memuji keahlian mereka bermusik dalam beberapa kesempatan berbeda.
Karena kami tidak tahu betapa serunya (festival) ini. Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan selanjutnya.
Pujian datang antara lain dari pentolan band Rage Against the Machine, Tom Morello, dan bassis grup punk besar, Red Hot Chilli Peppers, Flea. Dalam salah satu cuitannya, Flea beberapa waktu lalu menyebut, ”Saya sangat minder dengan Voice of Baceprot”. Sementara Morello mengaku sangat terpesona setelah menonton salah satu video VOB sebanyak 10 kali berturut-turut.
Selain sempat degdegan tampil di festival besar dunia itu, laman Aljazeera dalam wawancaranya yang dimuat pada Senin (24/6/2024) juga menyinggung kecemasan ketiga personel VOB soal cuaca dan makanan. ”Kami dengar di Inggris sering turun hujan atau setidaknya gerimis? Prihatin (juga) dengan makanannya,” ujar Siti terlihat sedih.
VOB berdiri pada tahun 2014 di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Wilayah ini dikenal sebagai salah satu kawasan konservatif di provinsi tersebut. Selama bersekolah, ketiga murid perempuan ini kerap dianggap bangor alias nakal dan pemberontak.
Berawal dari ketidakcocokan mereka saat pada kegiatan teater sekolah yang mereka ikuti, salah satu guru mereka, Ersa, menyarankan ketiganya untuk mencoba beralih ke musik. Lewat laptopnya, anak-anak yang sebelumnya dikategorikan pemberontak itu kemudian berkenalan dengan musik heavy metal.
Baca juga: Band Rock yang Memetik Buah Manis Era Internet
Mereka tertarik dan mulai mempelajari instrumen musik seperti gitar, bas, dan drum. Saat itu, usia Ketiganya masih 14 tahun. Dengan rajin, mereka juga mengunggah penampilan dan permainan mereka saat mengikuti beberapa festival musik lokal ke akun-akun media sosial.
Suara-suara bawel
Mengutip artikel Kompas bertajuk ”Raungan Metal Putri Garut” yang terbit pada Jumat (7/6/2017), kegiatan mereka semakin sibuk setelah video penampilan panggung yang dipasang di Facebook dan Youtube menjadi viral di dunia maya. Beberapa media massa nasional mulai mengendus keberadaan mereka pada April 2017.
Pada bulan itu pula, Voice of Baceprot, yang bisa diartikan sebagai suara-suara bawel, main di acara televisi Dahsyat yang juga disimak secara langsung oleh personel band Nidji. Kiprah mereka pun tertangkap oleh kantor berita Inggris, Reuters.
Saya mencarikan diksi yang enak untuk dipakai di dalam lagu.
Sejak itu, trio ini bolak-balik Garut ke Jakarta untuk tampil di studio televisi ataupun radio nasional. Setiap main, mereka betul-betul tampil live, bukan minus one atau lip sync. Mereka antara lain membawakan lagu ciptaan sendiri, ”The Enemy of Earth is You” dan ”Jalan Kebenaran”, serta menjawab wawancara di studio Kompas TV.
Selain dua lagu itu, mereka juga punya dua lagu orisinal lain, yaitu ”School Revolution” dan ”Age Oriented”. Mereka bertiga mengaransemen musiknya dengan supervisi dari Ersa. Sementara departemen lirik disusun Esra berdasarkan curhatan dan tulisan-tulisan mereka. ”Saya mencarikan diksi yang enak untuk dipakai di dalam lagu,” kata Esra.
Lagu ”The Enemy” yang jadi singel pertama itu bercerita tentang kemunafikan. ”Lagunya untuk orang-orang atau oknum yang mencitrakan diri sebagai pembela kemanusiaan, pembela alam, penyebar kebaikan. Padahal, mah, mereka menebar kebencian, menciptakan perang,” repet Firda panjang lebar.
Lagu ”School Revolution” bercerita tentang kehidupan mereka sebagai pelajar dan kekecewaan terhadap sistem pendidikan. Sementara lagu ”Jalan Kebenaran” mereka anggap sebagai lagu religius. Lantas lagu ”Age Oriented” tentang apa?
Kami kecewa waktu enggak boleh main di sebuah acara yang ada batasan usianya, padahal itu event besar yang kami impikan. Orientasi usia itu seolah menganggap bahwa kami masih anak-anak; jangan berkarya dulu; nantilah kalau lebih tua. Itu pengalaman sendiri.
”Kami kecewa waktu enggak boleh main di sebuah acara yang ada batasan usianya, padahal itu event besar yang kami impikan. Orientasi usia itu seolah menganggap bahwa kami masih anak-anak; jangan berkarya dulu; nantilah kalau lebih tua. Itu pengalaman sendiri,” ucap Firda sambil memegang ujung kerudung hitamnya. Dua teman lainnya juga pakai kerudung berwarna sama.
Pada tahun 2021, VOB kembali merilis singelnya berjudul ”God, Allow Me (Please) to Play Music”. Dalam liriknya, VOB mengkritik bila mereka bukanlah penjahat atau musuh lantaran yang mereka inginkan hanyalah bermusik dan menyanyikan lagu untuk menunjukkan jiwa mereka. ”Tuhan, tolong izinkan aku bermain musik,” begitu salah satu penggalan liriknya.
Kini, trio yang pernah mengkritik karena batasan usia itu bahkan telah berhasil menaklukkan Glastonbury. Bravo VOB!