Babe Cabiita, Komika yang Gigih Itu Telah Berpulang
Babe Cabiita menunjukkan kegigihannya dengan menggarap materi hingga H-1. Ia bergadang sampai subuh dan jadi pemenang.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Babe Cabiita tutup usia setelah dirawat karena anemia aplastik di Jakarta, Selasa (9/4/2024), pukul 06.38 WIB. Komika, pranatacara, dan aktor bernama asli Priya P Pratama tersebut dikenal karena etos kerja dan leluconnya yang segar.
Produser Eksekutif Kompas TV Khasanah Nola, yang pernah menggarap Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) dan diikuti Babe, mengatakan, almarhum sebelumnya sudah lama dirawat. Nola mengikuti perkembangan Babe yang sakit sejak tahun 2023. Ia semula menunjukkan gejala serupa DBD.
Babe keluar masuk rumah sakit di Jakarta lalu dirawat di Penang, Malaysia, selama berbulan-bulan dan hendak menjalani transplantasi sumsum tulang. “Kakaknya mau donor, tapi enggak cocok sama Babe. Sempat pulang sebelum Ramadhan. Hari pertama atau kedua (bulan puasa) balik ke Penang,” ujar Nola.
Ia sempat berbincang-bincang dengan ayah Babe yang menjelaskan bahwa penyakit almarhum tergolong langka dan belum ditemukan obatnya. ”Dokternya juga konsultasi ke Singapura. Pulang dari Malaysia, kesehatan Babe drop terus masuk Rumah Sakit Mayapada (Jakarta).”
Ia dan Babe pernah mengikuti tur sekitar satu dekade lalu. Mereka pun terbiasa mengobrol ketika tugas sudah selesai. “Bisa sebulan enggak pulang jadi semua peserta dekat banget. Bareng-bareng nongkrong, tapi ibadah dan sikap almarhum tetap bagus,” tuturnya.
Nola mengenang Babe sebagai pejuang demi memenangi SUCI III tahun 2013. Ia menunjukkan kegigihannya dengan menggarap materi hingga H-1 dan tak segan introspeksi. “Memang layak jadi juara pertama karena sampai subuh saja masih begadang,” katanya.
Babe juga mengevaluasi pertunjukan-pertunjukan sebelumnya. Nola yang saat itu menjadi produser SUCI III menilai almarhum sangat menaati peraturan, rajin beribadah, dan patuh terhadap orangtua. Meski senantiasa terlihat jenaka, banyak rekannya yang tak mengetahui sensitivitas Babe.
“Kelihatan cengengesan, padahal orangnya pendiam dan sentimental. Pernah juga, rombongan komika tur ke 10 kota waktu Ramadhan, Babe tetap puasa,” ucap Nola. Almarhum mengusung keunggulan berakting dengan sangat lihai untuk menggenapkan kelucuannya.
“Aku ikut mengecek materi dan menyampaikan saran. Dikurasi. Kalau kurang, diperbaiki dan Babe serius merevisi. Almarhum juga sopan dan ramah,” tuturnya. Nola dikabari komika Indra Jegel mengenai Babe sekitar 1,5 jam setelah ia meninggal.
Atas nama Kompas TV, Nola menyatakan rasa sangat kehilangan salah satu komika SUCI terbaik yang selalu kreatif, fokus, dan berdedikasi tinggi. “Aku saksi mata kalau almarhum total saat tampil. Selamat jalan Babe dan rest in love (beristirahatlah dalam cinta),” ujarnya.
Chief Creative Officer Institut Humor Indonesia Kini Yasser Fikry cukup sering menikmati aksi Babe yang dipandangnya mampu menyampaikan lawakan segar. “Banyak komika bermunculan dari mana-mana. Almarhum mampu mempertahankan kekhasan Sumateranya. Gaya anak Medan,” katanya.
Yasser mengenang Babe yang sesekali juga memandu kontes pelawak tunggal. Almarhum memiliki istilah sendiri saat mendapati gurauan yang sangat lucu. “Kalau Indro Warkop bilangnya kompor gas karena begitu hot. Istilah Babe, lawakannya berserakan atau berarakan,” ucap Yasser.
Banyak komika bermunculan dari mana-mana. Almarhum mampu mempertahankan kekhasan Sumateranya. Gaya anak Medan.
Menurut komedian, penulis, dan aktor Soleh Solihun, Babe selalu menyenangkan dengan senyum khas dan keramahannya yang menularkan kehangatan. “Saya rasa semua teman stand up comedy (komika) bisa mengamininya. Belakangan, saya sangat terhibur dengan video-videonya,” katanya.
Selain sama-sama memulai kiprahnya dengan kompetisi komika, ia dan almarhum pernah bermain bareng dalam beberapa film seperti Viva JKT48, Comic 8, dan The Underdogs. ”Selain kocak, saya salut karena Babe lentur kalau menari,” ucap Soleh sambil tersenyum.