Menerawang Napas Terakhir
”Napas Terakhir” memiliki perpaduan seni instalasi dan video animasi dari hasil perekaman aktivitas fitoplankton sebagai preparat mikroskopis. Video mikroskopis itu dari hasil pembesaran 400 kali.
Pengalaman kesulitan menghirup oksigen ketika terserang Covid-19 di awal 2020 menginspirasi perupa Indah Arsyad (58) menciptakan karya seni media baru yang cukup unik. Ini berawal ketika Indah membayangkan bumi tanpa oksigen. Indah pun menerawang napas terakhir makhluk di bumi.
Hal pertama yang dikerjakan Indah yaitu berusaha mengetahui asal muasal oksigen. Pengetahuan umum kita menunjukkan oksigen sebagai hasil fotosintesis tumbuhan di darat. Indah terus merisetnya. Ternyata oksigen dari tumbuhan di darat hanyalah mengisi 20 persen atau seperlima oksigen di bumi. Selebihnya, 80 persen oksigen dihasilkan dari fotosintesis fitoplankton di laut.
Indah terperangah. Ia mulai membuat riset yang lebih serius. Ia mengirim proposal dan mendatangi lembaga resmi milik pemerintah yang memiliki tugas dan kompetensi di bidang kelautan. Ia berharap bisa mengetahui lebih jauh tentang kehidupan fitoplankton itu. Dari situlah Indah berpijak membuat karya seni untuk menunjukkan kepeduliannya pada persoalan lingkungan hidup.
Lahirlah karya seni instalasi dan video animasi yang diberi judul Ultimate Breath (Napas Terakhir). Durasinya enam menit. Indah menyertakan karya ini pertama kali pada 2022 untuk pameran bersama 10 perempuan perupa di Galeri Nasional Indonesia, Indonesian Women Artists (IWA) #3: Infusions Into Contemporary Art.
”Saya tidak tahu ketika dipamerkan di Galeri Nasional ternyata ada pengunjung yang merekam karya saya dan dikirim ke Vienna, Austria. Akhirnya, ada pihak dari Austria yang menginginkan karya saya diputar di salah satu museum di Vienna pada 2023 ini, kemudian juga akan ditampilkan di Climate Change Biennale di Vienna pada 2024,” ujar Indah ketika ditemui di ruang pamer Galeri Cemara 6, Jakarta, Selasa (11/4/2023).
Indah saat ini menampilkan kembali karya Napas Terakhir di pameran tunggalnya, Ocean’s Whispers, di Galeri Cemara 6. Pameran itu berlangsung dari 8 hingga 30 April 2023. Pameran di Galeri Cemara 6 sekaligus untuk persiapan penampilannya di Vienna. Beberapa karya terbaru turut disertakan.
Pembesaran 400 kali
Napas Terakhir memiliki perpaduan seni instalasi dan video animasi dari hasil perekaman aktivitas fitoplankton sebagai preparat mikroskopis. Video mikroskopis itu dari hasil pembesaran 400 kali. Selain itu, Indah melengkapi animasi video dengan gambar-gambar yang dibuatnya berdasarkan mitologi Jawa.
Dalam Napas Terakhir, ada video animasi dengan figur Bathara Kala sebagai Sang Waktu. Kemudian gunungan wayang kulit dengan gambar pohon Kalpataru sebagai pohon kehidupan bagi satwa liar harimau dan naga bersayap. Di gunungan digambarkan pula pendapa sebuah kerajaan yang adil dan makmur. Di bagian paling bawah, video animasi dengan gambar gelombang samudra.
Semuanya memiliki makna keselarasan yang saling mengait. Mitologi Jawa ini memiliki pandangan yang relevan, jika ingin mempertahankan masa depan makhluk bumi harus saling selaras. Tidak saling menguasai satu sama lain.
Indah yang berdarah Ambon dari keturunan ibu dan ayah dari Blitar, Jawa Timur, berusaha melekat dengan budaya Jawa. Ia pernah menuntaskan studinya di Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti, Jakarta, pada 1991.
Indah kemudian memilih jalan berkesenian dan konsisten mengikuti banyak pameran di dalam negeri. Kurator pameran Agung Hujatnikajennong menyebut Indah sebagai salah satu seniman yang suka mewawancara narasumber untuk melahirkan sebuah karya, termasuk meriset sesuatu untuk karya-karyanya.
”Ini suatu keberhasilan bagi perempuan perupa Indonesia dalam menghadirkan karya seni rupa kontemporer dunia dengan seni media baru,” kata Agung.
Di Galeri Cemara 6 siang itu, Indah menceritakan pengalaman setelah terserang Covid 19 pada awal 2020. Dari keadaan yang sulit menghirup oksigen waktu itu, pikiran Indah selalu membayangkan jika oksigen di bumi ini benar-benar tidak ada atau menghilang.
Setelah mengetahui 80 persen oksigen di bumi ternyata dihasilkan fitoplankton laut, Indah melayangkan proposal penelitian ke suatu lembaga penelitian oseanografi milik pemerintah. Beberapa bulan proposalnya tidak direspons, hingga suatu hari ada seorang peneliti oseanografi membaca proposalnya.
Peneliti itu pernah melihat karya seni Indah dipamerkan di Galeri Nasional pada 2019. Ia kemudian menghubungi Indah dan menanyakan, apakah Indah Arsyad adalah peserta pameran di Galeri Nasional waktu itu.
Indah mengiyakan. Peneliti itu akhirnya memberi tahu Indah tentang cara-cara supaya bisa mengakses aktivitas riset oseanografi di lembaganya, khususnya berkaitan dengan penelitian fitoplankton. Pada 2021, Indah diterima untuk menggunakan fasilitas laboratorium penelitian fitoplankton di lembaga penelitian tersebut. Ia didampingi beberapa peneliti.
Baca juga: Pengalaman Mendekati Kematian
”Para peneliti itu memberi tahu tentang kondisi laut di Indonesia. Mereka bahkan mengibaratkan laut di Indonesia sudah seperti bom atom yang siap meledak, karena sudah dipenuhi racun kimia akibat pencemaran dari darat,” ujar Indah.
Kematian fitoplankton secara meluas di permukaan laut di bumi diprediksi bisa terjadi secara serentak. Ibarat bom atom yang meledak, ini berpotensi menimbulkan kematian banyak makhluk hidup.
Setidaknya, pencemaran terhadap fitoplankton saat ini sudah menimbulkan gangguan keseimbangan oksigen. Dari peristiwa pandemi Covid 19 yang lalu, bisa untuk menengarai adanya dampak dari perubahan keseimbangan tersebut. Varian virus baru yang mematikan menjadi lebih mudah bermunculan.
Indah meneliti air laut di Teluk Jakarta, pesisir Cirebon, dan pesisir Lampung. Fitoplankton di kawasan itu sering tercemar cukup parah. Fitoplankton memiliki beberapa jenis dan saling bersimbiosis. Pada saat terjadi pencemaran kuat, berbagai jenis fitoplankton akan mati. Ketika hanya tinggal satu jenis yang kuat dan bisa bertahan, maka terjadilah blooming atau berkembang dengan masif.
Fitoplankton yang blooming justru akan menyerap oksigen. Oksigen di permukaan laut bisa sirna. Ikan-ikan yang memiliki habitat hidup di permukaan laut pun mati. Fitoplankton yang blooming juga menyerap racun. Fitoplankton ini juga dimakan kerang, dan beberapa jenis kerang di antaranya biasa dikonsumsi manusia.
”Peristiwa manusia keracunan karena makan kerang beracun sebetulnya sering terjadi. Namun, hal ini jarang diperhatikan,” ujar Indah, yang menyertakan tata suara detak jantung dan suara napas manusia sebagai musik pengiring animasi video Napas Terakhir.
Lebih rentan
Melalui karya video animasi berjudul Ratu, Indah ingin mengingatkan adanya pernyataan suatu lembaga di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa perubahan iklim memberi dampak kerentanan 14 kali lebih berat kepada perempuan terutama di negara-negara berkembang dalam upaya bertahan hidup.
”Di dalam karya video animasi Ratu ini saya mengambil figur Ratu Majapahit, Tribhuwana Tunggadewi, ibunya Hayam Wuruk. Bahwa perempuan itu harus kuat seperti Tribhuwana Tunggadewi,” katanya.
Akses perempuan untuk mendapatkan hak hidup atau makanan saat ini jauh lebih rentan. Indah memilih tokoh Ratu Tribhuwana karena di balik perempuan yang rentan itu ada kekuatan besar yang tersimpan.
Video animasi Napas Terakhir yang sebelumnya ditampilkan dengan proyektor di layar lebar, juga dibuat dengan tampilan layar monitor. Indah memberinya judul Jagad. Ia menyasar perhatian dunia terhadap masalah pencemaran air laut yang bisa meledak dan mematikan seperti bom atom itu.
Di ruang lantai dua Galeri Cemara 6, Indah juga menampilkan seni instalasi dan video animasi dengan enam layar hologram dan sebuah layar lebar di paling belakang. Karya itu diberi judul Glory of The Land berdurasi 16 menit.
”Konteks karya ini lebih kepada identitas kenusantaraan kita. Saya memulainya dari peristiwa terjadinya jalur rempah,” ujar Indah.
Indah memulai dengan tampilan rekaman debur ombak di pantai Parangtritis, Yogyakarta. Teknik animasi ditempuh sehingga deburan ombak seperti titik-titik putih yang bergerak menyatu dan memecah, bertemu dan berpisah, dan seterusnya. Teknik animasi ini juga dikerjakan untuk gambar tokoh-tokoh Nusantara dari hasil sketsa Indah.
Indah juga menggambarkan perjalanan orang China, India, Timur Tengah, dan Eropa, memasuki wilayah Nusantara. Ada figur orang Banda yang digambarkan untuk mewakili sumber rempah yang dicari berbagai bangsa di dunia tersebut. ”Ratu Majapahit Tribhuwana Tunggadewi dan Raja Sriwijaya Baladewa juga ada di dalam video animasi tersebut. Ini dua tokoh kebesaran Nusantara yang pernah ada,” ujar Indah.
Begitu pula, Panglima Cheng Ho dari China turut dihadirkan. Indah menunjukkan betapa besar toleran dan harmonis Nusantara pada suatu masa. Kejayaan Nusantara menjadi kenangan masa lalu. Akankah napas terakhir itu segera datang?