Film tidak hanya sebagai wahana hiburan. Namun, bisa juga untuk meningkatkan potensi ekonomi dan kunjungan pariwisata lewat promo yang terintegrasi.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA, REGINA RUKMORINI
·4 menit baca
AP/EMRAH GUREL
Cappadocia di Turki.
”It’s my dream, not her. My dream, Mas.”
Dialog dari serial Layangan Putus ini sangat fenomenal pada akhir 2021. Ungkapan ini keluar ketika Kinan yang dimainkan Putri Marino mendapati suaminya yang diperankan Reza Rahadian pergi ke Cappadocia, Turki, bersama perempuan lain. Padahal, perbukitan Cappadocia dengan pemandangan balon udara warna-warni itu adalah impian terbesar Kinan yang pernah disampaikan kepada suaminya.
Dari serial ini, warganet pun berbondong-bondong mencari tahu mengenai Cappadocia. Terpukau keindahannya dari foto di internet, sebagian orang pun memutuskan membuktikan sendiri untuk berangkat ke Turki.
”Sekarang, udahlah, setiap orang telepon saya. Temen-temen cerita, ’Mas, it’s my dream to go to Cappadocia’. Jadi, pengin (mereka) datang ke Cappadocia gara-gara Layangan Putus ini. Semua mau datang ke sini,” kata Duta Besar RI untuk Turki Lalu Muhammad Iqbal ketika acara Kompas Talks bertajuk ”Silaturahmi Virtual Diaspora: Melihat Terang di Tahun Mendatang”, Kamis (29/12/2022).
Dalam acara ini, hadir juga Duta Besar RI untuk Australia Siswo Pramono, Kepala Indonesian Trade Promotion Center Sydney Christophorus Barutu, dan Kepala Sekolah Ekspor Handito Joewono.
Selanjutnya, Iqbal mengungkap adanya pertumbuhan wisatawan dari Indonesia ke Turki karena dipicu serial Layangan Putus itu. Dari sekitar 120.000 pada 2019, angkanya pada tahun ini diprediksi naik.
”Saya perkirakan tahun ini kita menunggu statistik terakhir dari Turki, sudah at least 200.000 orang per tahun atau bahkan lebih,” ujarnya.
Sementara jumlah kunjungan pelancong Turki ke Indonesia berjumlah sekitar 20.000 pada 2019 dan diperkirakan menjadi sekitar 30.000 wisatawan pada tahun ini. Peningkatannya lebih disebabkan orang-orang yang menjalankan umrah. ”Turki seperti tanah suci ketiga. Sebelum atau sesudah umrah, mereka akan ke Turki dulu untuk berwisata,” ujar Iqbal.
AFP/YASIN AKGUL
Seorang pedagang asongan melintas saat hujan salju di alun-alun Eminonu, di depan Yeni Camii (Masjid Baru), di Istanbul, Turki, Selasa (16/2/2021).
Namun, ada juga faktor lain yang berdampak pada meningkatnya minat wisata ke Turki. ”Pertama, karena faktor Turki menjadi negara pertama yang membuka diri. Jadi, sejak Juni 2020, Turki sudah membuka border-nya. Sementara hampir semua negara lain masih tutup pada saat itu. Jadi, udah nyolong start dia,” ujarnya.
Faktor kedua, menurut Iqbal, karena pola promosi di Turki terintegrasi dengan maskapai, industri perfilman, dan industri pariwisata. ”Semua integrated (dalam) melakukan promosi,” ujar Dubes Iqbal.
Pemaparan Iqbal ini tepat. Pola promosi yang terintegrasi ini perlu dilakukan untuk mendongkrak sektor pariwisata yang berpotensi menyokong pertumbuhan ekonomi. Penggunaan budaya pop, dalam konteks ini adalah film ataupun serial berdampak signifikan.
Bukan hal baru
Cara ini sesungguhnya bukan hal baru. Bali yang sudah populer di mata wisatawan mancanegara kian terkerek daya tariknya ketika Eat, Pray, and Love (2010) yang dibintangi Julia Roberts mengambil latar tempat di ”Pulau Dewata” ini.
Kunjungan wisatawan mancanegara pun tembus 2,5 juta orang, melebihi prediksi sebesar 2,3 juta orang pada 2011. Pantai Padang-padang yang menjadi salah satu lokasi juga mendadak ramai kunjungan hingga saat ini.
Fenomena ini terjadi di banyak negara. Di London, misalnya, latar tempat film Harry Potter yang berada di studio bahkan bisa menjadi wahana wisata baru. Begitu pula di Selandia Baru dengan Hobbiton yang digunakan shooting trilogi The Hobbit dan The Lord of The Rings. Sayangnya, di Indonesia, cakupannya masih pada wisatawan skala nasional, kecuali imbas dari Eat, Pray, and Love dengan Bali.
DOKUMENTASI ANGGARA MAHENDRA
Para seniman sedang berlatih untuk pertunjukan seni bertajuk Taksu Ubud”. Pertunjukan itu hasil kerja sama Titimangsa Foundation dengan Direktorat Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pertunjukan ini disiarkan secara daring di di kanal Youtube Budaya Saya mulai Selasa (6/7/2021) hingga 12 Juli 2021. Pertunjukan yang diproduseri Happy Salma ini melibatkan sejumlah aktor dan seniman, seperti Reza Rahadian, Christine Hakim, Cok Sri, dan Agung Oka Dalem.
Contohnya, Bukit Rhema dan Candi Ratu Boko yang mendadak kebanjiran pengunjung, bahkan muncul paket wisatanya setelah Rangga dan Cinta bereuni hingga jatuh cinta lagi dalam Ada Apa dengan Cinta 2 (2016).
Ada juga Laskar Pelangi (2008) yang mengangkat pariwisata Bangka dan Belitung. Film Bumi Manusia (2019) dengan latar di studio Gamplong, Yogyakarta, kini juga mulai menjadi salah satu tujuan wisata.
ARSIP NETFLIX
Film The Big 4 garapan Timo Tjahjanto.
Menteri Pariwisata dan Perekonomian Kreatif Sandiaga Uno memanfaatkan kolaborasi dengan Netflix dilakukan untuk membawa film Indonesia bisa lebih mudah melakukan penetrasi global dan menaikkan jumlah wisatawan mancanegara sekitar 5 persen pada 2023 dan 2024 hingga 7,4 juta orang.
Hingga 2024, ada delapan konten film lewat program WNI yang ditayangkan di Netflix. Nyatanya, talenta Indonesia mampu bersaing, seperti film The Big 4 (2022) yang populer di Asia pada akhir tahun ini.
Budaya pop dan pariwisata memiliki ikatan kuat tak terlepaskan. Promo terintegrasi dengan karya yang mumpuni ini bisa solusi. (EGI/Z17)