Ketika Sheena Jatuh Hati pada Xena, Si Anabul Telantar
Kondisi anabul di jalanan ketika pertama kali ditemukan umumnya memprihatinkan. Mereka punya luka fisik dan luka batin.
Kisah sejumlah anjing dan kucing yang sebelumnya telantar berubah di ajang Indonesia International Pet Expo (IIPE) 2024. Di sana, mereka bertemu dengan ”keluarga baru” yang akan menjamin hidup mereka selanjutnya.
IIPE berlangsung di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang Selatan, Banten, dari Jumat (6/9/2024) hingga Minggu (8/9/2024). Acara yang berlangsung di ruang pameran seluas 24.300 meter persegi itu dihadiri ribuan pengunjung. Sebagian dari mereka membawa hewan peliharaan yang mereka perlakukan seperti anaknya sendiri.
Sebagaimana pameran hewan peliharaan, banyak pengunjung yang datang sekadar untuk melihat-lihat; membeli pakan hewan, pakaian, perlengkapan hewan; berkonsultasi dengan dokter hewan; atau sekadar memanjakan hewan kesayangan mereka. Di luar itu, ada yang datang dengan niat ”mulia”, yakni mencarikan keluarga baru bagi hewan peliharaan yang telantar. Hal ini dilakukan oleh organisasi Animal Defenders Indonesia dan Shelter Rumah Singgah TPP.
Hari itu, Sabtu siang, Animal Defenders Indonesia menyerahkan seekor anjing ras campuran bernama Xena kepada Sammy Rehatta (44). Sammy yang datang bersama istri dan kedua anaknya bersedia menjadi ”orangtua” baru bagi Xena yang sebelumnya telantar dan diselamatkan oleh Animal Defenders.
Uniknya, tidak ada transaksi dalam serah-terima Xena. Sammy tak perlu mengeluarkan uang. Namun, lebih dari itu, dia harus meyakinkan Animal Defenders Indonesia bahwa keluarganya kompeten serta memiliki komitmen untuk mengadopsi. Xena pun dipilih oleh Sammy karena anak perempuannya jatuh hati pada anak bulu (anabul) tersebut, sebutan lazim untuk anjing dan kucing kesayangan.
”Anakku yang paling kecil ini namanya Sheena, sudah lama minta anjing. Amazingly hari ini, dia melihat anjing namanya Xena,” tutur Sammy menekankan kemiripan pelafalan nama antara Sheena dan Xena.
”Jadi, enggak pakai lama-lama lagi langsung diurus. Pertimbangannya bukan karena gratis, melainkan karena nasib Sheena ketemu Xena, mudah-mudahan dia jadi sayang,” lanjutnya.
Setelah menerima Xena, Sammy kemudian meminta Sheena (9) menggendong anabul barunya. Peristiwa ini menunjukkan bahwa memelihara anabul tidak selalu harus dengan membeli, tetapi adopsi juga merupakan opsi.
Untuk mengejawantahkan tujuan mulia perlindungan satwa, beberapa penampungan hewan membuka adopsi di IIPE 2024.
Rehabilitasi anabul
Aktivis pencinta hewan sekaligus pendiri organisasi Animal Defenders Indonesia, Doni Herdaru, membawa enam dari 250 anabul yang berhasil diselamatkannya ke IIPE 2024. Hingga Sabtu sekitar pukul 18.00, sudah ada empat anabul yang mendapatkan keluarga baru. Aktivitas ini, kata Doni, merupakan salah satu program utama organisasinya.
”Rescue, rehab, rehome, education. Jadi, kami rescue dari jalanan, dari laporan masyarakat, dari kondisi yang tidak baik. Lalu, kami rehabilitasi baik secara fisik maupun psikisnya agar nanti siap untuk di-rehome, seperti yang kami lakukan sekarang ini. Mencarikan rumah baru untuk mereka,” terangnya.
Kondisi para anabul di jalanan ketika pertama kali ditemukan umumnya sangat memprihatinkan. Doni menceritakan, ia kerap kali mendapatkan laporan dari masyarakat mengenai anabul yang dianiaya atau bahkan telantar di rumah kosong. Para anabul ini, jelas Doni, memiliki luka baik secara fisik maupun batin.
Baca juga: Gaya Hidup Anjing-anjing Metropolitan
Luka fisik dapat dengan mudah terlihat. Dokter di klinik hewan dapat memeriksa dan memberikan obat untuk para anabul yang memiliki luka fisik. Namun, kondisi batin yang tidak baik juga tak boleh luput pada proses penyelamatan anabul.
Luka batin pada anabul, lanjut Doni, memang tak terlihat, tetapi bisa dirasakan melalui perilaku. “Ini bisa kita beresin. Untuk menangani psikis, kami ahlinya” katanya.
Maka dari itu, sebelum dicarikan rumah baru, para anabul yang baru diselamatkan dari kondisi tidak baik harus melalui rehabilitasi terlebih dahulu. Doni menceritakan, salah satu golden retriever bernama Argo yang diberikan kepada Animal Defenders Indonesia karena menggigit pemiliknya, setelah direhabilitasi ternyata berubah. Perilaku Argo yang agresif berubah total menjadi anabul ramah.
“Jadi value added-nyabanyak. Dia jadi tenang, makannya gampang, well-socialized enggak anti-sosial, ketemu anjing lain santai. Karena itu tataran kami agar mereka mudah mendapatkan adopter,” imbuh Doni sembari menunjuk Argo yang perutnya sedang dielus beberapa pengunjung.
Tak hanya untuk pengadopsi, Animal Defenders Indonesia membuka rehabilitasi psikis untuk seluruh pemilik anabul. Para pemilik yang ingin anabulnya sembuh dari trauma atau mengubah watak galak bisa meminta bantuan pada organisasi ini.
“Sudah banyak yang kita bantu. Bisa hubungi kami di media sosial atau via WhatsApp,” pungkas Doni.
Syarat adopsi
Sebelum mengadopsi anabul, terdapat beberapa tahap yang perlu dilalui calon pemilik. Pengadopsi dari Animals Defenders Indonesia misalnya, wajib mengisi formulir, melewati tahap wawancara, hingga survei rumah.
Jika benar-benar berminat, calon pemilik harus mengedukasi diri terkait cara mengasuh anabul. Sebab, pada tahap pengisian formulir dan wawancara, pengetahuan calon pemilik seputar pelayanan anabul akan diuji sebagai syarat mengadopsi.
“Karena kami akan memilih adopter dari jawaban mereka di formulir, lalu kita wawancara juga tingkat skill-nya, mengerti dokter atau enggak, itu masuk penilaian,” ungkap Doni.
Baca juga: Ketika Anabul-anabul Sibuk Spa dan Luluran
Serupa dengan Animal Defenders Indonesia, penampungan bernama Rumah Singgah TPP juga memiliki syarat untuk para calon pengadopsi. Pendiri Rumah Singgah TPP, Ting Ping Ping mewajibkan para pengadopsi menyejahterakan anabulnya antara lain anabul yang diadopsi tidak boleh dijadikan kado atau dipindahtangankan.
Selain itu, pengadopsi harus memelihara anabul hingga hewan itu mati. Jika anabul yang diadopsi sakit, pengadopsi harus mengupayakan pengobatan. Anabul yang diadopsi juga harus divaksin dan disteril. Vaksin dan sterilisasi, kata Ting, diperlukan untuk mencapai tujuan shelter, mengurangi populasi anabul telantar.
“Jadi anjingnya enggak boleh diberanakin lagi. Kalau sudah dewasa, biasanya anjing di tempat saya sudah divaksin dan disteril. Kalau masih bayi biasanya belum. Kalau adopsi dari bayi nanti waktu umur 7 bulan balik ke shelter lagi untuk disteril,” jelasnya.
Kelayakan tempat tinggal dan makanan anabul yang diadopsi pun masuk sebagai syarat. Untuk menghindari stres, pengadopsi tidak boleh mengikat anabul lebih dari tujuh jam dalam sehari. Ting juga melarang meletakkan anabul di halaman depan. Anabul harus memiliki tempat di dalam rumah para pengadopsi. Makanan harus memenuhi standar, tak boleh bekas manusia.
“Terus kalau sudah adopsi tidak boleh menghalangi saya mengunjungi anjing yang diadopsi dan wajib kirim kabar tiga-empat bulan sekali tentang kondisi anjingnya,” tutur Ting.
Syarat-syarat ini mengajarkan orang yang ingin memiliki anabul bahwa tugas mengasuh adalah perkara serius yang harus dipertimbangkan dengan matang. Rumah singgah mengajarkan masyarakat bahwa memelihara hewan bukan sekadar hiburan, tetapi juga punya konsekuensi memikul tanggung jawab mensejahterakan anabul.
Anda bersedia?
Catatan: artikel ini merupakan kolaborasi dengan peserta magang harian Kompas, Andrei Wilmar, mahasiswa Jurusan Jurnalistik, Universitas Multimedia Nusantara.