Aroma Tubuhku, Kepribadianku
Siapa saja berhak untuk tampil wangi. Aroma tubuh yang sedap menambah percaya diri dan menonjolkan karakter diri.
Aroma tubuh adalah hal unik yang didapat setiap orang ”dari sononya”. Aroma itu bisa direkayasa dengan ragam wewangian sesuai selera. Tujuannya agar tidak menguarkan ”polusi” bau badan dan menambah rasa percaya diri. Pilihan aroma memperkuat kepribadian seseorang.
Wewangian adalah makanan bagi indera penciuman. Menghirup aroma sedap ibarat makan dengan bumbu lengkap dan berkualitas. Sebaliknya, aroma tak sedap seperti memakan makanan kedaluwarsa; berisiko dan mengganggu. Oleh karena itu, menghirup aroma tertentu melengkapi kesan yang diterima indera lainnya.
Masih terekam di ingatan betapa wanginya konser tunggal penyanyi Frau alias Leilani Hermiasih di Gedung Kesenian Jakarta pada 20 Januari 2016. Konser itu bertajuk Tentang Rasa. Lani, panggilan Leilani, menyuguhkan lagu bagi indera pendengaran, dan tata lampu memukau untuk indera penglihatan.
Dua hal itu lumrah di pertunjukan musik mana pun. Tapi Lani melengkapinya dengan menebarkan wewangian, seperti lavender dan kayu manis, menyesuaikan tema lagunya ke seantero gedung dengan bantuan embusan pendingin ruangan. Penyelenggara juga memberi minuman sari buah aneka rasa. Impresi rasa ditangkap utuh oleh sekitar 400 hadirin.
Ketika itu, Lani beralasan, dia sering mendengar musik sambil mengendarai motornya. Aroma jalanan, dan wangi buah serta sayur-mayur saat melintasi pasar seperti menyatu dengan lagu yang sedang dia dengar. Kesan itu diperkuat dengan pendaran lampu jalan. Pengalaman holistik itu yang ia usung ke panggung.
Baca juga: Mengapa Lirik Lagu Kian Lugas dan Teramat Gamblang?
Andaikata Frau tak memakai wewangian, toh konser itu tetaplah sebuah pertunjukan bagus. Namun, yang jelas, wewangian menguatkan lagu-lagu Frau di panggung. Ingatan indera penciuman pada momen itu juga bersemayam lama pada pengunjungnya.
Alasan itu pula yang membuat Azisah (37) merasa perlu menyemprotkan wewangian ke tubuhnya. Manajer di bidang komunikasi ini menganggap parfum atau sebangsanya sebagai pelengkap penampilan. ”Yang lebih penting, tuh, kostum yang serasi. Parfum pelengkap aja. Asal jangan bau ketek aja, sih,” kata penyuka aroma bunga dan buah-buahan ini.
Parfum harus sesuai dengan kepribadian. Aku cenderung introvert. Dandanan dan attitude agak tomboi, tapi aku merasa feminin juga. Nah, pilihan parfum beraroma bunga itu mengeluarkan sisi femininku.
Setiap pagi sehabis mandi, dia pasti pakai deodoran di ketiak. Baginya, itu sudah cukup menghalau bau tak sedap. Tapi, dia melengkapinya dengan semprotan parfum, yang biasanya berbau mawar, kenanga, atau jeruk. Jika agendanya sampai malam, misalnya makan malam bisnis, dia bakal menyemprot area belakang telinga, bahu, atau lengan bagian dalam dengan parfum beraroma lebih kuat, seperti kekayuan (woody) di sore hari.
”(Pilihan) parfum harus sesuai dengan kepribadian. Aku cenderung introvert. Dandanan dan attitude agak tomboi, tapi aku merasa feminin juga. Nah, pilihan parfum beraroma bunga itu mengeluarkan sisi femininku,” kata penyuka parfum Yves Saint Lauren seri Libre, yang sekarang harganya Rp 3,3 juta per 90 mililiter ini.
Penampilan paripurna; kostum yang serasi dan badan wangi, menambah percaya dirinya ketika berjumpa klien. Citra adalah hal penting dalam pekerjaan yang dia tekuni. Tabu baginya citra tercoreng gara-gara salah kotum atau bau badan tak sedap. Ini juga dia tujukan pada lawan bicaranya.
”Malas ketemu orang yang bau badannya nggak enak, bikin bad mood. Enggak apa enggak pakai parfum selama badannya enggak bau. Kalau bau, ya, berusaha sedikitlah ngatasinnya,” ujarnya. Menurut dia, mengontrol aroma tubuh diperlukan di situasi dan kondisi tertentu.
Segar terus
Cynthia Anastasia (29), pekerja di perkantoran kawasan mentereng Sudirman Central Business District (SCBD), menyimpan parfum di laci kubikelnya. Ada juga satu botol kecil yang selalu dibawa di dalam tas. ”Untuk cadangan saja, atau kalau bosan pakai yang di rumah. Berangkat kerja enggak parfuman, sampai kantor baru semprot-semprot,” katanya.
Aroma andalannya adalah wangi bebungaan yang cenderung manis. Hari itu, tubuhnya beraroma melati berpadu dengan cendana (sandalwood); manis sekaligus lembut. Sementara parfum yang dia simpan di laci kantor beraroma mawar dengan sentuhan samar musk, yang sekilas seperti bau bedak.
Dia suka wangi bunga karena mengingatkannya pada kebun kecil milik omanya di Bandung. ”Aku enggak suka wangi yang strong banget, malah bikin pusing. Karena suka bunga dan ingat masa kecil, aku selalu pilih parfum yang floral dan manis. Feminin bangetlah,” ujar pekerja di bagian pemasaran ini.
Pekerja lainnya, Mario Reynaldo (27), suka juga dengan wewangian segar. Preferensi aromanya adalah jeruk (citrus), atau yang menyerupai bebauan angin laut. ”Istilahnya, Aqua gitu, ya. Ada jeruk-jeruknya juga. Intinya, sih, wanginya seperti habis mandi. Segar terus,” katanya yakin.
”Segar terus” adalah aroma yang diperlukan Mario. Dia menumpang transportasi umum Transjakarta saban pagi dari rumahnya di Cempaka Putih ke SCBD. Sesampainya di kantor, semprotan parfum ”memperbaiki” bau badannya.
Wangi itu harus. Gue pilih yang aroma seperti ini karena bawaannya segar, serasa habis mandi terus.
Seperti Azisah dan Cynthia, ritual semprat-semprot parfum ini adalah keniscayaan bagi Mario. Pekerjaan mereka menuntut bertemu dengan orang-orang necis lainnya. ”Ya, kalau ketemu klien terus badan kita bau, bisa lari dia. Gagal deal, deh. Ha-ha-ha,” gurau Cynthia.
”Wangi itu harus. Gue pilih yang aroma seperti ini karena bawaannya segar, serasa habis mandi terus. Apalagi, kerja di SCBD kalau enggak wangi rasanya ada yang salah,” kata Mario. Di waktu senggang di luar kerjaan, Mario juga tetap wangi.
Baca juga: Marahlah dengan Tepat
Penyanyi Danilla Riyadi (34) suka dengan parfum beraroma rempah yang membuatnya rileks. Sesekali dia juga pakai parfum aroma bunga, yang katanya memancarkan kecantikan. Aroma itulah yang biasa menemaninya bernyanyi di panggung, yang sayangnya tak bisa terendus penontonnya.
Pelantun lagu ”Berdistraksi” ini menganggap parfum bisa membantu membangun suasana hati untuk menyokong penampilan panggungnya. ”Parfum ibarat lagu soundtrack. Ketika lagunya slow, kita bisa terbawa mellow. Bisa juga bikin energik,” katanya. Penyanyi ini gemar juga mencampur beberapa parfum sehingga memunculkan aroma baru.
Selain menyokong pembawaan diri di panggung, baginya parfum adalah hal krusial. Parfum merek tertentu hanya pas dipakai di momen khusus. Danilla menjadikan parfum sebagai hadiah untuk dirinya sendiri.
”Ada parfum khusus yang kalau habis akan aku beli lagi. Itu aku anggap sebagai reward untuk diriku karena telah bekerja keras sekian waktu. Pakainya diirit-irit supaya enggak rugi, soalnya harganya mahal. Baunya sangat cewek dan beraroma manis,” katanya.
Wangi cara mahasiswa
Urusan wangi badan tak cuma diperhatikan para pekerja profesional. Mahasiswa pun punya triknya untuk ”menyembunyikan” bau alami tubuh, yang kadang kurang sedap. Jika parfum terlalu mahal bagi mereka, wewangian lainnya juga bisa jadi pertimbangan.
Tiara Ramadanti (21), mahasiswa, berpendapat bahwa wangi tubuh bukan hanya soal penampilan luar, melainkan juga tentang bagaimana seseorang memproyeksikan diri dan membangun kepercayaan diri. ”Kalau kasih kesan baik ke badan, itu jadi bikin interaksi lebih nyaman karena enggak ada gangguan bau, ya,” tuturnya.
Minyak telon itu wangi. Ada efek sedikit hangat di badan gue. Apalagi, gue gampang gatal-gatal, kan. Jadi, lebih cocok pakai minyak telon itu.
Alih-alih pakai parfum, Tiara lebih suka minyak telon. Alasannya, aroma parfum justru sering bikin dia pusing. Harganya juga bikin kantong mahasiswa seperti dirinya jebol. Menurut dia, aroma minyak telon yang lembut itu memiliki daya tarik personal.
”Minyak telon itu wangi. Ada efek sedikit hangat di badan gue. Apalagi, gue gampang gatal-gatal, kan. Jadi, lebih cocok pakai minyak telon itu,” ujarnya.
Dia melumuri tubuhnya dengan minyak setiap habis mandi, ketika badannya mengering. Di suhu dingin seperti di Bandung, Tiara merasa cukup pakai minyak telon dan losion badan. Tapi ketika kembali ke Jakarta dengan hawa lebih gerah, dia memadukan minyak telon dengan parfum.
Tiara juga pakai deodoran. Supaya maksimal, dia harus mengetahui ketiaknya cocok dengan tipe deodoran seperti apa. ”Gue pakai yang deodoran bentuk bedak karena enggak cocok dengan deodoran basah. Kita harus ngenalin, tuh, tipe ketiak atau keringat kita, sih. Terus kalau keringatan, jangan langsung ditimpa parfum biar enggak bau apek,” katanya.
Emiliano Nugroho (23), mahasiswa asal Magetan, Jatim juga kerap memadukan parfum dengan losion untuk memaksimalkan aroma yang diinginkannya. Agar awet wangi, dia punya titik khusus target semprotan parfum, yaitu di atas sikut, leher, dan perut. ”Dengar-dengar itu area hangat di badan, jadi parfum itu lebih menyerap dan menyebar,” katanya.
Wewangian bagi Emil juga berguna menenangkan pikiran. Untuk fungsi ini, dia membakar dupa. ”Saya suka yoga dan meditasi. Jadi, sepertinya dupa itu membantu saya,” ujarnya.
Tips dari Tiara dan Emil bermanfaat bagi yang ingin tampil wangi tapi dana terbatas. Parfum, deodoran, atau losion bisa dipilih untuk menghalau bau badan. Tapi bagaimana caranya menutup bau kolonialisme dan bau nepotisme?
Catatan:Artikel ini hasil kolaborasi dengan mahasiswa magang, yakni Daffa Almaas Pramesthy (Hubungan Internasional, Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”, Jakarta) dan Rilanda Virasma Meiprita (Sastra Indonesia, Universitas Diponegoro, Semarang)