Mazda MX-5, Dasar Filosofi ”Jinba Ittai”
Apa betul menyetir mobil ini akan memunculkan seutas senyum secara tiba-tiba di bibir Anda.
Setiap mobil buatan Mazda dibanggakan memiliki filosofi dasar jinba ittai, yang artinya bersatunya penunggang kuda dan kudanya dalam pertempuran. Namun, di antara sekian banyak model besutan Mazda, ada satu yang menjadi cikal bakal filosofi tersebut.
Ialah Mazda MX-5, atau populer dengan panggilan Mazda Miata, yang mengejawantahkan filosofi ini untuk pertama kalinya. Filosofi ini diterapkan sejak MX-5 generasi pertama dengan kode model NA.
”Pada waktu itu, di internal tim kami, kami menggunakan istilah jinsha ittai, yang dalam aksara China bermakna kesatuan antara mobil dan pengemudinya. Lalu suatu hari, Toshihiko Hirai, Manajer Program MX-5 generasi pertama, mulai mencantumkan istilah jinba ittai, yang berarti kesatuan antara kuda dan penunggangnya, di kartu namanya. Saya kira itulah bagaimana istilah itu dikenal secara eksternal,” tutur Tetsu Kasahara, yang turut membidani kelahiran MX-5, terutama di bidang dinamika sasisnya.
Baca juga: Mazda Semakin Tancap Gas dengan New CX-3
Sejak awal, lanjut Kasahara, seperti dikutip dari laman resmi Mazda, pengembangan MX-5 tak bertujuan membuat mobil sport yang mengutamakan kecepatan di sirkuit. Alih-alih, mobil itu dirancang untuk memunculkan rasa gembira dan bahagia saat mengendarainya.
Kasahara mengenang, setiap hari dia mengendarai purwarupa MX-5 berulang-ulang mengitari sirkuit pengujian Miyoshi Proving Ground yang berkelok-kelok untuk menguji pengendalian (handling) mobil tersebut. Dia berulang kali mengubah setting mobil, mengukur temperatur telapak ban, dan mengumpulkan berbagai data lainnya.
”Lalu suatu ketika, ada sebuah momen di saat saya mengemudikan mobil itu, di mana saya tak lagi merasakan keberadaan mobil. Saya tidak lagi merasakan ’rasa asing’ dari mobil. Saya berpikir, inilah dia,” kenang Kasahara saat pertama kali menemukan ”kesatuan” antara pengemudi dan mobilnya pada purwarupa mobil roadster ini.
Rasa menyatu dan sensasi berkendara yang menyenangkan dan memunculkan senyum bahagia itu masih dipertahankan hingga MX-5 generasi terbaru (kode model ND). Mobil yang diluncurkan secara global sejak 2016 itu hingga kini masih dipasarkan oleh PT Eurokars Motor Indonesia (EMI) dan menjadi salah satu pajangan utama Mazda di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024, Juli lalu.
Lalu suatu ketika, ada sebuah momen di saat saya mengemudikan mobil itu, di mana saya tak lagi merasakan keberadaan mobil. Saya tidak lagi merasakan ’rasa asing’ dari mobil. Saya berpikir, inilah dia.
Tahun lalu, tepatnya pada hajatan Gaikindo Jakarta Auto Week 2023, PT EMI resmi meluncurkan varian bertransmisi manual dari MX-5 RF (Retractable Fastback). Ini adalah varian basic yang menjanjikan wujud dasar dari filosofi jinba ittai tersebut.
Setelah menunggu hampir setahun lamanya, Kompas akhirnya mendapat kesempatan menjajal MX-5 manual ini dengan leluasa pada awal Agustus 2024. Selama sekitar tujuh hari, mobil ini dijajal di berbagai variasi jalanan, mulai dari rute dalam kota Jakarta yang selalu diwarnai macet, dibawa dalam kecepatan tinggi di jalan tol yang panjang dan lurus, hingga di rute berkelok-kelok dan menanjak di kawasan Ciater-Lembang, Jawa Barat.
Semuanya dilakukan untuk membuktikan sendiri kemasyhuran MX-5 sebagai salah satu mobil dengan pengendalian terbaik di jagat otomotif dan apa betul menyetir mobil ini akan memunculkan seutas senyum secara tiba-tiba di bibir Anda.
Awalnya ada rasa sangsi, terutama saat pertama kali memasuki kabin kemudi mobil ini. Posisinya sangat rendah dengan kaki cenderung selonjor untuk dapat menekan pedal kopling dan pedal rem hingga mentok. Posisi khas mobil sport ini bisa memunculkan rasa tidak nyaman dan asing, apalagi untuk mengemudi sehari-hari di jalanan kita yang membutuhkan pandangan lapang dan luas.
Baca juga: Mazda Iconic SP, Konsistensi Menjaga Spirit Legendaris
Serba bersahaja
Tidak ada pengatur ketinggian kursi. Kursi hanya bisa sedikit direbahkan atau ditegakkan dan dimaju-mundurkan secara manual. Tak ada pengaturan kursi elektrik di mobil seharga Rp 935,5 juta (on the road Jakarta) ini. Satu-satunya mekanisme elektrik hanya untuk membuka dan melipat atap mobil.
Namun, memang seperti ada kesengajaan untuk membuat mobil ini serba bersahaja. Panel instrumennya masih analog dengan jarum penunjuk angka. Hanya ada layar multiinformation display (MID) kecil di sebelah kiri, yang menyajikan data jarak tempuh (trip meter), konsumsi BBM, temperatur pendingin mesin, dan info kapan mobil harus diservis.
Tidak ada head-up display yang bahkan sudah lazim di model-model Mazda terbaru lainnya. Bahkan, tak ada tampilan layar kamera mundur. Layar monitor kecil di tengah seolah hanya berfungsi untuk terkoneksi dengan telepon pintar melalui Apple CarPlay atau Android Auto guna menampilkan aplikasi navigasi atau hiburan audio dari pelantar musik yang Anda suka.
Fitur modern untuk menopang keselamatan berkendara pun hanya ada blind spot monitoring (BSM) dan lane departure warning system (LDWS).
Demikian juga di balik kap mesin. Tak ada turbo, tak ada sistem penggerak hibrida. Yang tampak hanyalah mesin bensin Skyactiv-G empat silinder 2,0 liter (1.998 cc) yang telanjang tanpa penutup plastik dalam posisi membujur ke belakang. Tenaga maksimum 181 HP dan torsi puncak 250 Nm disalurkan apa adanya ke roda belakang melalui transmisi manual 6 percepatan.
Kok tenaganya ”kecil”? Seperti disebutkan di atas, MX-5 memang tak berorientasi kecepatan di trek balap. Namun, saat tenaga itu ditugaskan untuk menggerakkan mobil yang hanya seberat sekitar 1 ton, sudah lebih dari cukup untuk memunculkan sensasi akselerasi mobil sport. Apalagi dengan transmisi manual, Anda memiliki kemerdekaan untuk memilih level penyaluran tenaga sesuai selera dan kebutuhan Anda sendiri di jalanan yang dilewati.
Baca juga: Mazda CX-30, Sensasi Mazda 3 dalam Kemasan SUV
Itulah yang dirasakan selama menguji mobil ini. Akselerasi ringan, pengendalian yang sangat presisi, ditambah dimensi yang kompak (panjang 3,915 meter; lebar 1,730 meter; tinggi 1,235 meter; dan jarak antarsumbu roda 2,310 meter), membuat mobil seolah-olah selalu siap diajak bermanuver apa saja seperti yang kita mau.
Saat mobil melewati kawasan wisata Ciater dan memasuki jalur berliku menanjak di lereng Gunung Tangkuban Parahu, mobil terasa lincah dan mulus tanpa ada kekagokan dan hambatan. Tiba-tiba tanpa disadari, tersungging senyuman di bibir. Ya, mengendarai mobil ini memang menggembirakan!
Akhirnya dipahami mengapa mobil ini dibuat sebersahaja mungkin seperti dipaparkan di atas. Kesenangan mengendarai mobil ini bukan terletak pada kekayaan fitur dan kembang-kembang teknologinya, tetapi ada pada rasa berkendaranya. Sebuah sensasi mentah (raw) dan murni saat kita mengendarai mobil.
Memang, konsekuensinya, kesenangan ini kadang hanya bisa dinikmati oleh sang pengendara. Teman yang duduk di kursi penumpang berkomentar, mobil ini memiliki bantingan suspensi yang terlalu keras untuk dinikmati. Selain itu, menguar udara panas dari transmisi yang terasa hingga konsol tengah di kabin.
Baca juga: Mazda CX-30 Menembus Pasar SUV Indonesia
MX-5 juga jauh dari kepraktisan, apalagi saat hendak dibawa dalam perjalanan jarak jauh. Ruang bagasinya hanya mampu memuat satu koper berukuran kabin pesawat dan satu tas backpack. Sementara untuk keluar masuk mobil diperlukan posisi duduk khusus agar kaki dan perut tidak tertekuk-tekuk sedemikian rupa.
Namun, inilah mobil perwujudan dasar filosofi Mazda. Pabrikan yang berpusat di Hiroshima itu bekerja keras untuk memastikan agar sensasi mengendarai MX-5 ini masih bisa dirasakan ke seluruh model mobil yang diproduksinya.
Kadang upaya itu tak sepenuhnya berhasil, tetapi bisa dikatakan sebagian besar Mazda yang pernah Kompas coba masih mengedepankan filosofi jinba ittai itu dalam setiap gerak gerik dan karakter berkendaranya. Entah itu dalam bentuk sedan kompak ataupun SUV berukuran besar sekali pun.