Sejauh Mana Prestasi Veddriq Akan Memicu ”Booming” Panjat Tebing?
Apakah medali emas yang direbut Veddriq Leonardo akan memicu ”booming” panjat tebing di negeri ini?
Apa yang bisa Anda pelajari dari artikel ini:
- Bagaimana panjat tebing berkembang di Indonesia?
- Apa saja klub panjat tebing di Indonesia?
- Bagaimana prestasi panjat tebing Indonesia?
- Bagaimana emas Veddriq memicu anak-anak berlatih panjat tebing?
- Nomor apa saja yang umum dimainkan dalam olahraga panjat tebing?
- Apa saja yang dibutuhkan untuk terjun dalam olahraga panjat tebing?
- Berapa biaya yang perlu disiapkan untuk panjat tebing?
Baca Berita Olimpiade Paris 2024
Bagaimana panjat tebing berkembang di Indonesia?
Panjat tebing diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada 1988. Awalnya, olahraga menantang ini terbatas di kalangan pencinta alam. Setelah itu, panjat tebing berkembang di dunia prestasi ketika resmi dipertandingkan di PON XIV Jawa Timur tahun 2000. Seiring dengan kian moncernya prestasi atlet-atlet panjat tebing Indonesia di level regional dan dunia, olahaga ini makin populer. Dinding-dinding panjat dibangun di banyak sekolah, kampus, dan komunitas. Kejuaraan-kejuaraan panjat tebing makin banyak digelar.
Puncak popularitas pertama panjat tebing Indonesia terlihat setelah Asian Games 2018 Jakarta dan Palembang. Cabang ini menyumbang tiga medali emas. Sumbangan medali emas panjat tebing hanya kalah dari cabang pencak silat.
Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) saat itu mencatat ada ratusan anggota pada 2018. Jumlah ini meningkat menjadi lebih dari 1.200 orang pada 2022 dan diperkirakan masih ada lebih dari 4.000 orang. Demikian dituturkan Ketua Dewan Penasihat FPTI Sapto Hardiono pada 15 November 2022.
Di sejumlah daerah, panjat tebing memercik lagi. Klub-klub yang sempat mati suri bergeliat lagi. Klub-klub baru muncul. Dinding-dinding panjat makin banyak dibangun dan mulai hadir di sejumlah mal, bahkan perumahan warga kelas menengah. Perlahan tapi pasti, panjat tebing menjadi bagian dari olahraga penunjang gaya hidup, selain olahraga prestasi. Peminat olahraga ini pun makin meluas mulai kalangan pelajar, mahasiswa, pekerja, pengusaha, pensiunan, hingga pesohor.
Baca juga: Prestasi atlet pemicu panjat tebing jadi tren olahraga
Popularitas panjat tebing kian membubung tinggi setelah cabang ini menyumbang medali emas pertama bagi Indonesia di Olimpiade Paris 2024 melalui Veddriq Leonardo. Olahraga ini terus dibicarakan orang, terutama di media sosial.
Basuki Rachmat alias Abas, sesepuh panjat tebing dari Gresik, Jawa Timur, mengatakan, olahraga ini telah tumbuh menjadi industri dalam 10 tahun terakhir. Dengan keberhasilan Veddriq merebut emas Olimpiade, dia yakin olahraga ini akan mengalami booming di Indonesia.
Apa saja klub panjat tebing yang ada di Indonesia?
Saat ini, ada banyak klub panjat tebing yang diperuntukkan untuk umum dan anak-anak. Beberapa di antaranya adalah Nusantara Sports Climbing (NSC) milik mantan atlet panjat tebing Fitriyani dan suaminya, Sepdes Sinaga. Klub ini cukup terkenal dan biasa latihan Climbing Arena, Klebengan, Yogyakarta.
Saat ini, ada 48 anak yang berlatih di tempat itu setiap Senin, Rabu, dan Sabtu pukul 14.00-18.00 WIB. Untuk anak-anak yang tengah diarahkan menjadi atlet prestasi, jadwal latihan ditambah menjadi Senin, Rabu, Kamis, dan Sabtu dengan waktu yang sama.
Di Gresik, ada Rock Hobbies Center yang didirikan Basuki Rachmat alias Abas, sesepuh panjat tebing dari Gresik. Ada 40-50 anak yang berlatih panjat setiap hari Senin-Jumat pukul 16.00-20.00 WIB. Di Surabaya, ada Phyxius Climbing Gym dan Pataga Climbing School Universitas 17 Agustus (Untag). Di Malang, terdapat Mupat Climbers Club, Kawi Sport Climbing, dan Tumpang Climber Club (TCC) 99. Ada juga Aspar Jaelolo Climbing Club yang berdiri di Donggala, Sulawesi Tengah. Di Kota Bekasi ada Aspar Jaelolo Climbing Club (AJCC).
Selain itu, sejumlah sekolah memiliki ekstrakurikuler panjat tebing, seperti di SMP Negeri 21 Surabaya dan SD Muhammadiyah 4 Kota Malang.
Belakangan, panjat tebing masuk ke mal, taman, dan perumahan. Di Plaza Semanggi, Jakarta, ada Climb On Indoor Climbing Gym, sementara di Mal FX Sudirman dan Lippo Mall Kemang, Jakarta, ada IndoClimb.
Bagaimana prestasi panjat tebing Indonesia?
Panjat tebing Indonesia telah melahirkan sejumlah atlet yang berprestasi di level dunia, terutama di nomor speed atau kecepatan. Pada awal 2000-an, muncul nama Etti Hendrawati yang malang melintang di kejuaraan level dunia. Pada seri Kejuaraan Dunia di Valle Daone, Italia, tahun 2004, dia menjadi perempuan pemanjat tercepat di dunia dengan catatan waktu 27,45 detik untuk nomor kecepatan, dinding setinggi 20 meter. Pada tahun berikutnya, ia mempertajam rekor dunia menjadi 26,93 detik. Ia tercatat sebagai juara Asia 2005 dan dua kali meraih perak pada seri kejuaraan dunia.
Prestasi Etti dilanjutkan oleh perempuan pemanjat lainnya, antara lain Aries Susanti Rahayu. Ia meraih medali emas nomor kecepatan putri pada Kejuaraan Dunia Federasi Pemanjat Tebing Internasional (IFSC) di Chongqing, China, 2018. Pada tahun yang sama, ia merebut dua medali emas Asian Games 2018 dari nomor kecepatan putri dan estafet kecepatan putri bersama Puji Lestari, Rajiah Sallsabillah, dan Fitriyani.
Tahun 2019, Aries meraih emas Piala Dunia Panjat Tebing seri Xiamen, China, sekaligus mencetak rekor sebagai pemanjat putri yang bisa menembus batas 7 detik, dengan catatan 6,995 detik. Setelah itu, tongkat estafet prestasi atlet putri diemban Desak Made Rita Kusuma Dewi, Rajiah Sallsabillah, dan lain-lain.
Pada periode yang lebih kurang sama, atlet putra Indonesia juga menunjukkan dominasinya di berbagai kompetisi dunia. Nama-nama seperti Aspar Jaelolo, Kiromal, Rahmad Adi Mulyono, dan Veddriq Leonardo secara bergantian menjadi juara di berbagai seri dunia nomor kecepatan. Mereka juga mematahkan rekor-rekor baru dunia.
Prestasi panjat tebing Indonesia kemudian meledak pada Olimpiade Paris 2024 lewat Veddriq yang merebut medali emas pertama Indonesia. Inilah puncak prestasi panjat tebing Indonesia hingga 2024.
Baca juga: Eempat Detik Veddriq untuk selamanya
Bagaimana emas Veddriq memicu anak-anak berlatih panjat tebing?
Raihan emas Veddriq Leonardo di Olimpiade Paris 2024 membawa angin segar bagi dunia panjat tebing. Prestasi ini rupanya memacu semangat anak-anak berlatih panjat tebing di klub masing-masing. Para peminat baru juga bermunculan. Fitriyani dari NSC mengungkapkan, makin banyak yang menanyakan kesempatan berlatih di klubnya.
Ekskul panjat tebing juga diincar oleh para pelajar. Di SMP Negeri 21 Surabaya, pelatihnya kini ditambah karena jumlah peserta ekstrakurikuler mencapai 40 anak. ”Pengin bisa seperti Mas Veddriq. Walau aku lebih suka main lead, Mas Veddriq kan speed, aku mau bisa punya prestasi sampai Olimpiade,” ujar Renjana Suluh Arcapada (9), siswa NSC Yogyakarta.
Perlombaan panjat tebing tingkat kelompok umur pun kebanjiran pendaftar. Festival Panjat Tebing Anak Nusantara 2024 di Yogyakarta diikuti 400 peserta dari seluruh Indonesia. Jumlah itu belum termasuk yang masuk daftar tunggu untuk ikut mencapai lebih dari 100 anak.
Tahun sebelumnya, festival ini mewadahi 350 anak unjuk kebolehan memanjat. Kejuaraan daerah kelompok umur dan Pekan Olahraga Daerah juga selalu menjadi incaran anak-anak panjat tebing menapaki jenjang prestasi agar bisa seperti Veddriq.
Baca juga: Spiderman Cilik Pengin Koyo Mas Veddriq
Nomor apa saja yang umum dimainkan dalam olahraga panjat tebing?
Apabila empat atlet Indonesia yang berlaga di Olimpiade Paris 2024 bermain di nomor kecepatan atau speed, maka sesungguhnya ada nomor lain juga, yaitu boulder dan lead. Ketika panjat tebing resmi dipertandingkan di ajang Olimpiade, yakni Olimpiade Tokyo 2020, cabang ini memainkan nomor kombinasi, yakni speed-boulder-lead.
Lalu, apa perbedaan ketiga nomor tersebut? Speed, seperti yang sudah diketahui, adalah memanjat di jalur lurus atau top rope dengan adu kecepatan. Sementara boulder merupakan panjat dinding tanpa pengaman tali dengan ketinggian maksimal 4 meter. Lead adalah panjat dengan pengaman tali. Untuk nomor lead, bisa dilakukan secara perorangan ataupun beregu.
Apa saja yang dibutuhkan untuk terjun dalam olahraga panjat tebing?
Untuk mengikuti olahraga panjat tebing, tentunya harus memiliki fisik dan mental yang prima. Meski dilengkapi pengaman, olahraga yang melibatkan ketinggian ini memerlukan mental dan keberanian. Dari sisi fisik, otot tangan, kaki, core, hingga pikiran mesti padu agar bisa kokoh meraih poin berbatu dan mencapai puncak. Latihan fisik, seperti lari dan pull up menjadi menu utama sebelum memanjat.
Selain kebutuhan dalam diri, peralatan menjadi hal yang penting. Bagi pemula, alat biasanya dipinjamkan oleh klub tempat berlatih. Namun, untuk yang sudah memilih serius di bidang panjat tebing dan rutin mengikuti kompetisi, peralatan seperti sepatu memanjat, harness, tali, hingga sabuk kantong bubuk magnesium carbonate wajib dimiliki.
Kemampuan teknik, mengenali medan panjat, hingga penguasaan prosedur keselamatan juga merupakan kebutuhan utama bagi seseorang yang berminat menjadi pemanjat.
Baca juga: Panjat tebing, anak kota merayapi mimpi
Berapa biaya yang perlu disiapkan untuk latihan panjat tebing?
Panjat tebing sebenarnya merupakan olahraga yang memakan biaya besar karena berkaitan dengan keselamatan diri. Untuk itu, semua peralatan harus sesuai standar. Herdita Sulistyorini, ibu dari GodBless You yang merupakan pemanjat, menuturkan, biaya untuk peralatan anaknya mencapai jutaan rupiah. Untuk sepatu saja, harganya sekitar Rp 1,8 juta dan harness Rp 1 juta.
”Sebenarnya ada buatan lokal yang harganya Rp 600.000-Rp 700.000-an, tapi (mesti) pesan dan cukup lama, ya,” ungkap Dita.
Di luar alat, biaya klub juga perlu diperhitungkan. NSC Yogyakarta mematok biaya trial selama tiga kali sebesar Rp 25.000. Jika berlanjut, siswa wajib membayar iuran bulanan Rp 200.000. Iuran ini untuk keperluan operasional klub serta perawatan dan pengadaan alat-alat untuk siswa berlatih di klub. Di Rock Hobbies Center Gresik, biayanya Rp 60.000 per bulan. Jika bukan anggota klub, dikenai biaya Rp 10.000 per orang per hari.