Rasa Mahal di Balik Haval H6
Mobil Haval H6 keluaran GWM dibanjiri fitur yang pantas dibanderol lebih mahal dibandingkan dengan harga jualnya.
Ungkapan bahwa penampilan dapat mengelabui rasanya mewujud dalam mobil SUV keluaran Great Wall Motor yang bernama Haval H6 HEV. Bentuknya tak terlalu menonjol, cenderung lempeng saja. Namun, mobil hibrida ini menyimpan tenaga besar dan kecanggihan teknologi yang menopang mobilitas sehari-hari.
Kompas menikmati keseharian bersama mobil ini selama satu pekan penuh pada awal Juni silam. Ragam aktivitas, seperti pergi ke kantor, meliput konser musik, hingga pergi ke luar kota ditemani mobil berkelir hitam ini. Konsumsi bahan bakar selama tujuh hari itu juga terbilang irit.
Fitur mobil ini melimpah sehingga perlu waktu lebih untuk mengeksplorasinya. Haval H6 ini dilengkapi 12 sensor dan ditambah teknologi radar. Ini memungkinkan melajukan mobil hampir otomatis. Kecanggihan teknologi ini yang tak terlihat dari luar.
Penampakan SUV ini tak mencolok. Garis bodinya tak buruk, tetapi biasa saja. Namun, bagi orang yang tak terlalu nyaman jadi pusat perhatian, rasanya mobil ini cocok. Satu hal yang membuat ia terlihat ”wah” adalah formasi unik gril berupa totol-totol krom, yang justru menjadikan identitas tersendiri.
Bentuk lampu depannya agresif, tetapi terkesan elegan seperti SUV keluaran Audi. Sementara itu, lampu belakangnya terasa lebih masa kini dengan model menyambung. Tulisan ”Haval” di bawah lampu belakang besar sekali, seperti mencoba mencuri perhatian.
Ketika meliput konser pemusik elektronik Alan Walker di kawasan Pantai Indah Kapuk 2, Haval H6 ini parkir bersanding dengan mobil-mobil mewah. Ternyata, tongkrongan mobil merek asal China ini tak kalah mentereng. Ia pantas dibawa gaul.
Kebersahajaan eksteriornya turun satu level begitu masuk ke kabin; lebih mewah. Joknya berlekuk-lekuk dan empuk, bisa menguarkan hawa dingin pula. Dasbornya berselaput kulit buatan yang lembut ditekan.
Baca juga: Haval dan Tank Melawat ke Bandung
Dasbor itu juga dihiasi lis berwarna perunggu yang mencakupi daun pintu. Ada dua layar yang terkesan mengambang di dasbor ini; satu di tengah sebagai panel informasi dan hiburan, serta yang lebih kecil di balik layar kemudi. Desain grafisnya enak dipandang.
Sebagai pengemudi, tampilan kedua layar itu tak perlu sering-sering ditengok. Sebab, informasi mendasar berupa angka kecepatan terpancar di kaca depan (head-up display/HUD). Keberadaan HUD ini menambah rasa mewahnya.
Demi keselamatan
Lebih lengkap lagi, Haval H6 dilingkupi fitur keamanan berkendara berbasis sensor dan radar dalam cakupan intelligent driving assistance. Bunyi peringatan akan terdengar jika sensor menangkap obyek yang membahayakan mobil ketika melaju, misalnya kendaraan lain yang tak terlihat saat hendak pindah lajur, atau jarak yang terlalu dekat dengan kendaraan di depan.
Lajunya bisa dijaga otomatis, dan mengikuti laju kendaraan depan (adaptive cruise control). Fitur ini telah banyak dipakai di kendaraan lain. Akan tetapi, di Haval H6, penyesuaian laju, terutama penambahan kecepatan, terasa sangat halus.
Kebalikannya, ketika mobil di depan mengurangi kecepatan, deselerasi mobil ini terkesan tergesa-gesa. Sepertinya, kecerdasan asistensi itu dirancang untuk menghindari tabrakan, alih-alih menyetir agresif.
Secara pasif, perlindungan bagi semua penghuni mobil disediakan dengan enam kantong udara. Kerangkanya diklaim memakai logam berkekuatan tinggi. Hal ini membuat Haval H6 meraih bintang 5—angka tertinggi—berdasarkan uji tabrak ANCAP di Australia pada tahun 2022. Kekokohan bodi terasa ketika mendengar suara bantingan pintu atau kap yang berat.
Keselamatan adalah keniscayaan bagi mobil yang dirancang mampu melintasi ragam medan. Apalagi, mobil ini menyimpan tenaga yang besar dari sistem hibridanya.
Mesin bakar empat silindernya berkubikasi 1.499 cc dengan turbo yang menghasilkan tenaga maksimum 150 PS dan torsi 230 Nm. Sementara motor listrik yang ditenagai baterai 1,69 kWh menghasilkan tenaga 177 PS dan torsi 300 Nm.
Torsi yang tergolong besar itu bisa didapat dari putaran mesin rendah. Tarikannya memang tidak setangkas mobil listrik. Dorongan turbo menghampiri beberapa detik kemudian setelah pedal gas diinjak dalam. Meski tidak instan, tenaganya datang berderap-derap. Ini berguna ketika harus menyalip kendaraan di jalan tol yang menanjak menuju Bandung.
Perjalanan menuju Bandung harus kami tempuh dalam waktu sesegera mungkin demi menjenguk kolega yang sakit. Tenaganya menyokong itu. Kestabilan suspensinya membuat kami tak ragu menghela di jalan layang MBZ. Dalam rentang kecepatan sekitar 80 kilometer per jam, batas antarsambungan jalan tak mengguncang kabin. Kekedapannya juga mumpuni, hanya sedikit terdengar desau angin dari arah bawah.
Baca juga: Perjalanan Menengok Dapur Great Wall Motor di China
Berkemudi cenderung agresif di jalan tol membuat konsumsi bahan bakar agak boros meskipun Haval H6 bertenaga hibrida. Dengan medan agak mendaki, mobil ini membakar bensin sebanyak 12,9 kilometer per liter. Saat melewati rute pulangnya yang didominasi turunan, angkanya sekitar 17 km per liter.
Angka itu di bawah klaim GWM yang menyebut konsumsi bensinnya bisa mencapai 19,6 km per liter. Namun, dengan mengisi penuh tangki berkapasitas 61 liter, kami tak perlu menambah bensin selama seminggu penggunaan di sekitar Jakarta, termasuk pergi-pulang ke Bandung. Bahkan, di hari ketujuh, sisa bensin masih cukup untuk menempuh jarak sekitar 100 kilometer berdasarkan angka di layar. Layak disimpulkan bahwa konsumsi bensinnya cukup irit, apalagi ia bisa memakai bensin minimal beroktan 92.
Fitur mahal
Di dalam kota Jakart ada kemewahan lain yang semestinya tidak ada di mobil seharga Rp 648,3 juta ini. Mobil ini mampu mundur sendiri mengikuti trek sepanjang 50 meter terakhir. Fitur bernama auto reversing assist ini dicoba ketika ”tersesat” mencari pintu keluar parkiran di sebuah kampus yang padat.
Hasilnya mengesankan. Pengemudi tak perlu susah payah memutar setir atau memainkan pedal. Ia mengingat semua putaran setir sebelumnya. Ia bahkan bisa mengerem jika jalurnya terusik obyek lain. Fitur ini sebelumnya dipopulerkan BMW yang harganya dua kali lipat dari harga Haval H6.
Fitur ”mahal” lainnya adalah mencari spot parkir, dan otomatis mengisinya. Namun, fitur ini sepertinya perlu disempurnakan lagi. Dari beberapa percobaan mencari parkir di rubanah apartemen, mobil cenderung menemukan spot parkir paralel, padahal maunya seri.
Ketika menemukan spot parkir seri, tak jarang posisinya ganjil, misalnya menindih garis pembatas. Jarak dengan mobil sebelah memang aman, tetapi tampak kurang rapi saja. Daripada membuang waktu mencoba-coba, lebih praktis memanfaatkan bantuan kamera di layar yang visualnya detail itu.
Posisi duduk pengemudi yang cenderung tinggi juga meningkatkan wibawa. Akan tetapi, kondisi ini juga bisa merepotkan. Meski berdimensi sedang, panjang sekitar 4,6 meter, duduk di jok pengemudi memunculkan kesan berada di dalam mobil besar. Terlebih lagi, pandangan ke depan agak terganggu ”gundukan” di sisi samping kap mesin.
Secara umum, mengemudikan Haval H6 untuk keperluan sehari-hari cukup menyenangkan. Performa, desain interior, dan kelengkapan fitur layak dibanderol harga lebih tinggi. Sementara tampilannya yang cenderung kalem atau sleeper menambah kenyamanan batin. Sayangnya, ketenangan batin tersebut terusik dengan suara detak lampu sein yang terlalu bising.