Meremukkan Botol, Meremukkan Amarah
Akuilah kemarahan, lalu mencari tahu mengapa marah. Kemudian identifikasi penyebabnya. Smeoga lega.
Wajah Gita (26) semringah seusai memukul 15 botol kaca di Breakroom Bandung pada Rabu (31/7/2024). “Hati plong. Legaa sekali, sudah tak marah lagi,” katanya ketika keluar dari kamar di Breakroom Bandung.
Tempat itu menyediakan kamar penghancuran barang guna melepas rasa amarah, khawatir dan takut yang menguasai tamunya. Gita sengaja datang dari Surabaya ke Bandung untuk melepas amarahnya di tempat itu.
Keluar dari kamar penghancuran, wajahnya cerah, seperti tak punya masalah. Padahal tiba di breakroom wajahnya muram dan tak banyak cakap. Setelah memakai baju pelindung warna orange, helm serta sepatu bot karet, Gita langsung masuk ke ruang penghancuran barang.
Sejurus, dari dalam ruangan terdengar suara prang-prang, pertanda ada barang pecah. Sempat hening sebentar, kemudian terdengar lagi barang pecah. Ia kembali memukul dan melempar botol-botol kaca hingga pecah berkeping-keping.
Psikolog menyarankan saya datang ke breakroom. Saya lalu cuti. Sekarang beneran sudah plong
Usai melampiaskan amarah dan keluar dari ruang khusus itu, Gita menyambut sapaan dengan senyum, bahkan menceriterakan masalahnya walau tak detil. Ia mengaku bermasalah dengan pacar yang sekarang sudah mantan. Perpisahan itu menyisakan amarah pada Gita. Ia khawatir hal itu berdampak ke kinerjanya di kantor serta memengaruhi kesehatan mental dan fisiknya.
Ia sudah konsultasi ke psikolog di Surabaya. Walau sudah berganti-ganti psikolog tetapi amarah masih ada. “Psikolog menyarankan saya datang ke breakroom. Saya lalu cuti. Sekarang beneran sudah plong,” ujar alumnus Jurusan Sastra Indonesia Unair itu.
Karyawati tersebut merasakan memukul botol dengan besi sampai pecah membuatnya nyaman. Tapi yang paling membuatnya terbebas dari amarah adalah ketika ia melempar botol-botol beling ke dinding dengan sepenuh tenaga. “Enaaak, melegakan. Aku lihat botolnya pecah berantakan saat nabrak tembok,” ujarnya tertawa. Remuknya botol-botol kaca, ternyata juga meremukkan amarahnya hingga sirna tak tersisa.
Baca juga: Marahlah dengan Tepat
Tak hanya bisnis
Keberadaan Breakroom Bandung sejak empat bulan lalu pun tak lepas dari kisah pemiliknya. Wajharnas (29) yang nyaris putus asa karena tertipu kawan bisnis hingga rugi sekitar Rp 4 miliar. Tak hanya itu. Wijas, panggilannya, masih harus membayar utang ke pihak lain sebesar Rp 1,3 miliar.
“Saya sudah habis-habisan. Rumah, mobil, emas milik istri sudah terjual. Cerita ke keluarga, bukan dibantu, malah kena marah. Waktu itu saya benar-benar tak berdaya,” katanya.
Suatu hari, ia ingin membuka usaha lagi dengan membuka penyewaan tempat penyelengaraan podcas. Ketika membuka media sosial untuk mencari tahu, ia melihat video breakroom di luar negeri. Seketika ia ingin mencoba buat dirinya sendiri.
“Awalnya saya pukul-pukul botol, hati enakan. Tapi lalu nyoba mukul tv tabung bekas. Wah itu beneran puas sekali lihat tabungnya meledak. Lega, rasa marah saya hilang tak bersisa. Ya sudah akhirnya saya ganti buka ini, “ ujarnya. Empat bulan lalu ia membuka Breakroom Bandung di kawasan Kopo.
Niat Wijas mendirikan breakroom tak melulu bisnis tetapi juga untuk menyediakan tempat bagi siapapun yang sedang frustrasi, marah, khawatir, bingung yang tak berujung. Ia memasang harga mulai dari harga Rp 50.000 (mendapat 15 botol untuk dipukul selama 30 menit) hingga paket bertiga menggunakan ruang penghancuran selama 80 menit dengan waktu istirahat 10 menit, mendapat 50 botol seharga Rp 300.000. Pihaknya juga menyediakan tabung gallon, DVD, TV bekas dengan harga Rp 45.000- Rp 150.000/buah.
Wijas menyediakan ruang kecil dan lebih besar untuk menampung sampai tiga tamu karena ada tamu yang hanya memukul sedikit barang tetapi ia lebih banyak menangis histeris, berteriak kencang, lalu terdiam di pelukan kawan yang menemaninya dalam ruangan. “Karena saya pernah berada di posisi mereka, maka saya paham rasa dan kebutuhan tamu-tamu saya,” tambahnya.
Tamu berdatangan dari Bandung dan luar kota seperti Indramayu. Netizen yang membanjiri akun media social Breakroom Bandung minta Wijas membuka breakroom di Yogyakarta, Semarang, Depok, Malang. Breakroom Depok segera dibuka. Ia membuka breakroom karena ingin membantu orang menghilangkan kemarahannya sembari mengedukasi soal kesehatan mental. Ke depan ia berencana mengadakan diskusi tentang kesehatan mental, serta membuat perpustaan yang menyediakan buku khusus soal kesehatan mental.
Tak bisa menolak
Ikhwal penyebab amarah, sebenarnya bisa datang dari manapun, bisa juga dari diri sendiri karena merasa apa yang dia terima tak sesuai ekspektasi. Vidanithya, Emotional Healing and Trasformation Life Coach dan Tiara Eve, Law of Attraction, Inner Healing Meditation, Facilitators & Musician yang berbicara di Plaza Indonesia Wellness Festival (PIWF) 2024 pekan lalu menyatakan, emosi marah, takut dan hal negative lain bisa muncul kapanpun, namun kita tak bisa menolaknya. “Tapi kita bisa mengontrolnya sehingga tak memunculkan reaksi marah-marah berlebihan,” kata Vida.
Menyambung pendapat itu, dokter spesialis jiwa Andreas Kurniawan yang juga berbicara di PIWF, yang penting bagaimana kita mengendalikan amarah dan jenis emosi negatif lain tersebut. Sebenarnya apapun pemicunya, Andreas menilai, marah itu tidak masalah. Yang bermasalah adalah jika kemarahan tersebut berlebihan.
Saat seseorang marah, bagian otak yang berfungsi berpikir logis meredup. Otak lantas didominasi oleh bagian yang berfungsi mengelola emosi. Itu sebabnya, orang yang sedang marah-marahnya seperti gelap mata. Mereka tak segan melakukan kekerasan, merusak barang, hingga menyakiti orang lain maupun diri sendiri.
Pengelolaan amarah (anger management) pun jadi penting. Andreas menjelaskan bahwa proses terjadinya kemarahan dalam kurva yang menanjak naik, lalu turun. Mula-mula, individu terpapar oleh pemicu yang memantik emosi. Emosinya lantas memanas dan membawa individu ke titik kritis, yakni saat kemarahannya meledak. Inilah saat seseorang bisa gelap mata.
Setelah marah, emosi individu biasanya mereda, akhirnya ia tenang. Penyesalan lantaran sudah marah biasanya datang saat individu sudah bisa berpikir logis kembali. Anger management diterapkan agar individu tak mencapai titik kritis saat marah.
Cara pertama untuk mengelola emosi adalah mengenali tanda kemarahan pada tubuh. Tanda ini bisa berbeda pada setiap orang, seperti berdebar-debar, sakit kepala, telapak tangan menjadi dingin, atau perasaan tak nyaman di anggota tubuh. Apapun gejalanya, itulah cara tubuh berkomunikasi.
Cara lain untuk mengolah kemarahan ialah dengan metode STOP. Huruf S berarti stop whatever you’re doing (hentikan apapun yang sedang Anda lakukan). T adalah take a step back atau mundur agar berjarak dengan emosi.
Huruf O berarti observasi situasi di dalam dan luar diri Anda. Terakhir, P berarti proceed mindfully atau bertindaklah dengan penuh kesadaran, bahkan jika akhirnya Anda memilih untuk tetap marah. “Kalaupun marah meledak-ledak tidak sesuai denganmu, carilah bentuk marah versimu sendiri,” tambah Andreas.
Anak kecil pun bisa diajari mengelola emosi sejak dini. Anak tantrum, misalnya, bukan serta-merta sedang marah, melainkan sedang mengalami letupan emosi. Anak kecil belum punya kosakata yang cukup untuk menyampaikan perasaan sehingga keluar dalam bentuk letupan emosi.
Dalam sebuah sesi di PIWF 2024, dokter spesialis anak Dimple Nagrani mengatakan, tantrum umumnya terjadi pada anak berusia di atas satu tahun dan mencapai puncaknya di atas usia dua tahun. Reaksi anak terhadap tantrum bisa berbeda-beda, tergantung lingkungan, karena anak meniru orang-orang di sekitarnya.
Tantrum adalah soal regulasi emosi. Ini bukan berarti anak berhenti marah, tapi menyadari marahnya. Solusinya adalah diajari bernapas. Ini akan menjadi habit (kebiasaan) hingga anak dewasa,
“Tantrum adalah soal regulasi emosi. Ini bukan berarti anak berhenti marah, tapi menyadari marahnya. Solusinya adalah diajari bernapas. Ini akan menjadi habit (kebiasaan) hingga anak dewasa,” kata Dimple.
Latihan napas yang dimaksud mengajak anak menarik napas dalam empat ketukan, lalu menahannya selama empat ketukan, dan diembuskan dalam empat ketukan. Latihan itu diajarkan saat anak tenang. Ketika anak tantrum, ia dapat dibimbing untuk mengingat dan mempraktikkan latihan napas tersebut.
Dari sisi pengendalian dan menghilangkan marah, emosi negative lain, Tiara menawarkan upaya mengakui kemarahan dan emosi negatif lain, lalu mencari tahu mengapa marah, mengidentifikasi penyebabnya. Untuk melepaskannya bisa dengan menceriterakan rasa amarah dengan menulis isi perasaan kita di buku dengan tulisan tangan, sebaiknya tak menulis di telepon seluler atau komputer karena menulis tangan memberi efek kepada pelepasan masalah.
Cara lain, menangis keras dan berteriak sekencangnya berulang kali, bisa di dalam ruangan, mobil jika menyetir sendiri, atau pergi ke ruang semacam breakroom atau tantrum room untuk memukul keras benda seperti botol kaca, televise bekas dan lainnya. Cara itu efektif melepas, menghilangkan semua rasa marah tersebut. Selain itu, bisa pula dengan meditasi untuk mengingat kembali masa kecil sampai masa sekarang dengan menangis keras dan berteriak sekencang-kencangnya. Arrgggghhhh!