Apa yang Dicari Pengunjung GIIAS 2024?
Saban hari GIIAS 2024 ramai dikunjungi, terlebih akhir pekan. Ada yang pelesir, banyak yang niat serius beli mobil.
Belakangan ini ada kecenderungan orang membeli mobil tak terlalu memedulikan mereknya, tetapi kesesuaian antara harga dan teknologi yang didapat, layanan purnajual, dan kecocokan hati. Merek baru mencuri perhatian calon pembeli dengan fitur terkini dan kenyamanan dikendarai.
Sejumlah pengunjung ajang pameran dan bazar otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 yang berlangsung pada 18-28 Juli di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten, mengungkapkan hal tersebut. Sejak hari pertama hingga Sabtu (27/7/2024) sore, pengunjung masih berduyun-duyun mendatangi arena.
Kemacetan lalu lintas tak terhindarkan dengan antrean pengemudi yang berburu tempat parkir kosong. Sistem buka-tutup pun diberlakukan jika pelataran tertentu sudah penuh untuk mengalihkan para pengendara. Ada lahan kosong yang disiapkan jika kebutuhan parkir tak terbendung. Luar biasa. Di dalam gedung ada pameran menjual mobil baru, sementara kemacetan terjadi di sekitarnya.
Sejak merayapi jalan menuju tempat parkir, memarkir kendaraan, sampai memasuki aula pameran dibutuhkan setidaknya 30 menit. Di dalam, situasinya sudah ramai betul. Jangankan aula, sisi-sisi koridor ditempati mereka yang mengaso dengan duduk berlesehan. Tak jauh dari stan-stan makanan, banyak konsumen yang bersantap dengan duduk di lantai karena tak kebagian kursi. Dunia otomotif rupanya membuat orang-orang rela mengisi libur akhir pekan mereka membaur di keramaian.
Mereka mengarungi 11 aula yang dipakai pameran berisi anjungan dan stan 55 merek otomotif, 30-an di antaranya untuk mobil penumpang. Hampir semua merek memamerkan produk baru, bahkan lebih dari satu. Ada juga yang menampilkan versi penyegaran dari produk yang sudah ada. Ada juga jenama yang sengaja memajang produk yang belum dipasarkan untuk memantik respons pengunjung.
Tercatat, setidaknya ada 58 model mobil baru beraneka merek. Itu belum lagi model primadona yang masih menjadi incaran konsumen. Untuk melihat semua mobil itu, pengunjung pameran berjalan kaki lebih dari 5 kilometer menjelajahi segala arena seluas 120.000 meter persegi, lebih luas dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca juga: GIIAS 2024, Ajang Pertempuran yang Kian Riuh
Mencermati fitur
Di antara pengunjung stan Mitsubishi yang sedang ramai, Ira Azham (47), terlihat menjajal kabin New Pajero Sport. Ia mematut-matut dirinya di kursi pengemudi. Konsultan mode itu tak ragu bertolak dari kediamannya di Surabaya, Jawa Timur, untuk menyambagi GIIAS.
Ira serius menyimak penjelasan staf penjualan Mitsubishi. Namun, ia masih ragu-ragu untuk membeli mobil tipe SUV tersebut. ”Pengin ganti mobil yang baru, tetapi fitur-fitur kurang lebih sepertinya masih sama. Belum signifikan,” ujarnya.
Ia masih menimbang-nimbang antara memilih New Mitsubishi Pajero Sport atau mengubek-ubek anjungan lain. Sebelum ke Mitsubishi, ia sudah mengamati Hyundai Palisade. ”Habis ini mau ke Toyota. Saya, sih, sudah pakai Pajero (Sport). Memang, sudah selera,” ujar Ira yang datang bersama keluarganya.
Dengan mencoba duduk di Pajero Sport baru, bisa jadi Ira tergolong pengguna mobil yang memedulikan merek. Namun, dia juga mendambakan inovasi yang dikembangkan merek tersebut. Penyematan fitur terbaru jadi pertimbangan selanjutnya. Beberapa pengunjung lainnya juga merasa fitur adalah poin pertimbangan.
Teguh Ramadhani (47) singgah ke GIIAS 2024 setidaknya untuk sekadar menambah wawasan. Ia menimba informasi dari sales promotion girl (SPG) terkait kelebihan suatu produk. Perkembangan mobil listrik yang pesat, tampilan, dan persaingan yang begitu sengit menarik untuk dicermati, tetapi ia tak tertarik membelinya.
Teguh memandang masifnya penggunaan mobil listrik belum disertai jumlah stasiun pengisian baterai yang memadai. ”Saya melihat, kebanyakan pemilik mobil juga masih konvensional. Di kota-kota besar (mobil listrik) memang mantap, tetapi infrastrukturnya di daerah belum memadai,” katanya.
Teguh menyambangi antara lain stan BYD, Nissan, dan MG. Warga Pondok Melati, Bekasi, Jawa Barat, itu memperhatikan stan dan tampang mobil yang kian menarik.
Anggaran sebenarnya tersedia, tetapi Teguh tak memprioritaskan untuk membeli mobil baru, apalagi yang mahal. Ia masih menggunakan SUV lamanya yang bermesin bakar. ”Asal mobilnya enggak merepotkan saja,” ujar pengusaha pertambangan tersebut sambil tertawa.
Teguh mengaku bukan penggila kendaraan-kendaraan terbaru. Ia mengutamakan daya tahan dengan pertimbangan mobil sebagai sarana transportasi. ”Enggak ada yang mau dicari-cari (untuk dibeli). Ke GIIAS 2024 enggak serius. Santai saja sambil jalan-jalan,” ujarnya. Bagi Teguh, GIIAS adalah wahana hiburan, sama halnya dengan mendatangi mal.
Tertarik mobil elektrik
Sementara Natalia Pudjiastuti (47) mendatangi GIIAS 2024 untuk mencari referensi mengenai mobil listrik dulu yang cocok untuk anaknya. ”Cuma lihat-lihat model terbaru, apalagi mobil listrik sedang happening (jadi sorotan). Anakku indekos, tetapi bingung juga mengisi baterainya,” ujarnya diikuti gelak tawa.
Belinda datang dari Jakarta Barat pada Jumat menjelang sore bersama ibunya. Karyawan swasta ini hendak mencari mobil dengan ground clearance relatif tinggi dengan kabin relatif lega. Dia menghampiri anjungan Jetour, jenama pendatang baru di Indonesia yang memasarkan dua model SUV.
Baca juga: Menjawab Nilai Kekeluargaan Indonesia, BYD Luncurkan MPEV M6
Belinda (40) mencoba duduk di kursi pengemudi karena dia yang akan lebih sering mengendarai mobil itu. ”Duduknya, sih, sudah nyaman, ya. Kabinnya juga lega, dan ini mobil cukup besar. Namun, saya kira ini ada varian listrik, tahunya enggak,” katanya. Rupanya, Belinda hendak mencari mobil listrik sebagai pelengkap van tujuh penumpang bermesin bakar di rumahnya.
Dia mempertimbangkan memiliki mobil listrik karena rute dari rumah menuju kantor lebih ringkas melalui jalur yang terkena aturan nomor pelat ganjil-genap. Terbebas dari aturan itu adalah privelese pemilik mobil listrik. Alasan ini lebih praktis ketimbang cita-cita besar mengurangi polusi udara.
Dia lantas berencana mendatangi anjungan BYD dan AION yang semua produknya bertenaga listrik. Anggarannya tak besar, yang tak bersedia dia sebutkan persisnya. Namun, beberapa model mobil listrik masuk di situ. Belinda merasa, banyaknya pilihan mobil di GIIAS kali ini memberinya lebih banyak pilihan dengan anggaran yang ada.
Anjungan BYD adalah salah satu yang teramai. Pendatang baru ini memajang mobil listrik untuk keluarga berkapasitas tujuh penumpang bernama M6. Karakter seperti inilah yang laris di Indonesia. Harganya terentang mulai dari Rp 379 juta hingga Rp 429 juta. Daya tariknya jadi berlipat-lipat.
Di arena uji kendara, BYD M6 seperti tak pernah berhenti berkeliling. Peminatnya rela mengantre untuk merasakan 10 menit mengendarainya. Orang yang mencoba mobil ini umumnya mengajak keluarganya.
Luther T Panjaitan, Head of Marketing Communication PT BYD Motor Indonesia, mengakui antusiasme pengunjung pada model ini terbilang besar. ”Kami menyediakan lima unit tes M6 dan setiap harinya orang mengantre. Rata-rata dalam satu hari ada 150-an orang yang ikut test drive,” ujarnya di pekan pertama GIIAS.
Selain mobil listrik fungsional, seperti M6 atau AION Y Plus, mobil listrik mewah dan bertenaga besar juga cenderung diminati. Di level merek premium, terlihat betapa BMW XM dan BMW i5 sering diuji coba. Hal serupa juga terjadi di Mercedes-Benz. Pramistya Irawati, Public Relations Mercedes-Benz Indonesia, menyebut model EQS yang sering dijajal pengunjung.
Model lainnya yang tampak wira-wiri adalah jenama KIA, khususnya EV9 Earth dan Grand Carnival HEV, yang baru diluncurkan di GIIAS ini. Sementara mobil pencuri perhatian, Volkswagen ID Buzz, dikabarkan telah dipesan sekitar 50 unit. Mobil-mobil listrik mewah ini harganya di atas Rp 1 miliar.
Baca juga: Banyak yang Baru di GIIAS 2024
Demikianlah ajang GIIAS 2024 yang berusaha lepas dari ”jebakan satu juta unit” penjualan mobil yang sedang terjadi saat ini, seperti diakui Yusak Billy. ”Pasar sedang turun. Kami berharap pasar lebih baik dengan diselenggarakannya GIIAS 2024,” kata Sales and Marketing and After Sales Director PT Honda Prospect Motor itu.
Di lain sisi, pengunjung berduyun-duyun dengan beragam motivasi: mengikuti perkembangan teknologi, memilih mobil sesuai kebutuhan, atau sekadar mengisi waktu senggang. Bagi pengunjung, datang ke pameran dan bazar otomotif tak selalu berarti membeli. Mungkin mereka sadar, kemacetan semakin menjadi-jadi.