Tren ”Skincare” dalam Gaya Hidup Generasi Muda
”Skincare” menjadi pilar kesadaran penampilan sekaligus kultur di kalangan anak muda.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F05%2F30%2F95559ea2-b85a-46dc-9143-6e02a80a853d_jpg.jpg)
Anggota tim pemasaran Koperasi Produsen Inovasi Nilam Aceh (Inovac) menunjukkan produk parfum, sabun, dan produk perawatan kulit.
Bagi generasi muda, skincare bukan lagi sekadar rutinitas, melainkan sebuah kultur yang menandai kesadaran akan perawatan diri dan penampilan optimal.
Diva Afifah, 23 tahun, pernah merasa tidak percaya diri dengan kulit wajahnya kala duduk di bangku sekolah menengah pertama. Tipe kulit yang cenderung berminyak membuatnya mudah ditumbuhi jerawat. ”Apalagi kalau sudah berkeringat terus kena debu, itu gampang banget muncul jerawat,” kisahnya kepada Kompas, Kamis (4/7/2024).
Terus tiba-tiba enggak pakai lagi, terus jerawat makin banyak dan itu susah banget hilangnya.
Ia pun mencoba berbagai cara mulai dari menggunakan obat yang diracik dokter kecantikan. Pertama, hasilnya memuaskan. Namun, produk yang digunakannya makin lama membuat kulit Diva ketergantungan. ”Terus tiba-tiba enggak pakai lagi, terus jerawat makin banyak dan itu susah banget hilangnya,” ungkapnya.
Ia juga sempat hanya menggunakan sabun muka dan pelembap. Namun, ternyata itu tidak cukup. Kulitnya dehidrasi. Media sosial kemudian memberitahunya bahwa ada sebuah produk mendasar yang wajib hadir dalam rangkaian perawatan kulit, seperti pembersih muka, sabun pencuci muka, toner, serum, moisturizer, hingga tabir surya. Ia pun mempraktikannya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F01%2F22%2F5706d60f-64c2-402b-a556-34eb88efdd77_jpg.jpg)
Beragam produk skincare.
Rangkaian perawatan kulit tersebut kemudian bertahan Diva lakukan hingga kini. Kulitnya menjadi sehat dan sulit ditumbuhi jerawat. Ia kerap panen pujian. ”Sering banget dapat pujian gitu dari teman-teman kantor kayak katanya, ’Pakai skincare apa, sih?’ gitu kan,” katanya.
Namun, tak cuma kulit yang ia perhatikan, tetapi juga lingkungan. Diva tak membuang cuma-cuma cangkang setiap produk perawatan kulit yang telah habis. Ia akan menukarnya pada salah satu toko produk kecantikan ternama.
Baca juga: Perawatan Tepat untuk Kulit Sehat
Toko tersebut bersedia memberikan voucer belanja bagi siapa pun yang mau menukarkan cangkang kosong produk kosmetik dan perawatan kulit pembeli. ”Botol-botol produk-produk skincare yang sudah kita enggak pakai itu bisa didaur ulang dan bisa ditukarkan poin,” ujarnya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F01%2F14%2F0b6fc46c-c165-45a5-8968-b18093c99903_jpg.jpg)
Staf bagian analis riset menganalisis karakteristik wajah konsumen dengan alat MPA6 di Klinik Nusatic di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (14/1/2023). Pelayanan analisis microbiome (mikroba baik) kulit di klinik ini dapat mengetahui kebutuhan kulit yang sesungguhnya dan memilih produk perawatan kulit sesuai kebutuhan dengan tepat.
Sementara itu, Alina Putri (19) memiliki cerita serupa dalam perjalanan merawat kulitnya. Awalnya, Alina memulai perawatan skincare saat masih duduk di bangku sekolah menengah atas. ”Pas kelas 10 tuh awalnya kayak cuma moist sama sunscreen, belum terlalu banyak yang dipakai,” ujarnya, Rabu (3/7/2024).
Namun, semakin ia terpapar dengan informasi tentang perawatan kulit yang lebih komprehensif, Alina mulai eksplorasi dengan rangkaian produk skincare yang lebih lengkap saat memasuki kelas 12 bangku SMA.
Baca juga: Demi Kulit nan Sehat
Motivasi awalnya adalah keinginan untuk meningkatkan rasa percaya diri dan mengatasi masalah kulit yang membuatnya tidak nyaman. ”Dari SMP terus masuk SMA tuh ngelihat kayak pada beda banget, pada cantik-cantik, dan pasti kan enggak mau paling buluk sendiri,” ungkap Alina. Dengan tekun, dia mengikuti rutinitas skincare yang meliputi moisturizer, eye cream, sunscreen, toner, serum, hingga eksfoliasi dan masker wajah secara teratur.
Disisi lain, Raditya Akbar (21) baru-baru ini mulai menjalani perawatan kulit lebih serius setelah menyadari pentingnya merawat kulit wajahnya dari efek paparan sinar matahari dan polusi. Setelah menggunakan skincare secara rutin, Radit mengamati perubahan signifikan pada kulitnya.
”Lebih enak dilihat kali ya? Dulu kayak kusam aja apalagi banyak aktivitas, terus muka udah enggak keurus banget deh pokoknya,” ungkapnya, Jumat (5/7/2024).
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F01%2F21%2F73eddddf-3c4b-4bdb-871c-1ada6a899852_jpg.jpg)
Klien menggunakan masker anestesi menunggu giliran perawatan wajah dengan laser di klinik kecantikan kulit Bening's Clinic di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (20/1/2022).
Lebih lanjut, Radit mengaku bahwa kesadaran akan pentingnya skincare dan perawatan tubuh muncul saat ia aktif berkegiatan di luar rumah. ”Habis lari atau futsal gitu, sampai rumah muka udah enggak karu-karuan, dekil, dan gosong karena belum kenal sunblock waktu itu,” tuturnya.
Lain halnya dengan Radit, meskipun masih belia, Alina bahkan sudah menggunakan retinol dan merasakan perubahan signifikan pada kulitnya. Terlebih lagi, pengaruh dari orang di sekelilingnya juga membuatnya ikut menggunakan bahan aktif tersebut dalam rangkaian skincare-nya.
Pake retinol pas malam, paginya kulit halus, mulus, kencang.
Retinol merupakan senyawa yang dikenal dengan kemampuannya merangsang pergantian sel kulit dan mengurangi tanda penuaan. Namun, melansir dari berbagai sumber, retinol sebaiknya baru digunakan pada usia 25 tahun ke atas. Penggunaan retinol pada usia di bawah 25 tahun seharusnya masih memerlukan pengawasan dan batasan.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F01%2F21%2Ff31bf97e-c665-4376-958a-67408d1a53b8_jpg.jpg)
Perawatan wajah klien di klinik kecantikan kulit Bening's Clinic di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (20/1/2022).
Alina menggunakan retinol karena melihat sejumlah testimoni di media sosial yang mengatakan bahwa retinol dapat membuat kulit lebih halus dan mulus. ”Pake retinol pas malam, paginya kulit halus, mulus, kencang,” ujarnya menirukan testimoni yang dilihatnya di media sosial.
Tentang biaya, Radit mengatakan bahwa pengeluarannya untuk skincare dalam sebulan bisa mencapai lebih dari Rp 300.000, tergantung dari kebutuhan dan frekuensi pembelian produk.
Sementara itu, Alina memperkirakan pengeluarannya untuk skincare mencapai Rp 500.000 hingga Rp 600.000 per bulan. Meskipun demikian, ia melihatnya sebagai investasi untuk kesehatan kulit jangka panjang. Alina juga tidak ragu untuk menyesuaikan rutinitas perawatannya seiring dengan perkembangan kebutuhan kulitnya.
Catatan:Artikel ini merupakan kerja sama dengan peserta magang harian Kompas, Daffa Almaas Pramesthy, mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jakarta.