Mengapa VW Tiguan Disukai?
VW Tiguan adalah SUV Volkswagen yang paling laris di Indonesia saat ini. Mengapa banyak orang yang menyukainya?
Tiguan adalah mobil SUV berukuran kompak keluaran Volkswagen yang hingga hari ini dirakit di dalam negeri. Generasi keduanya bersudut tajam yang cenderung konvensional dan kaku. Meski begitu, penggemarnya relatif banyak. Ia ibarat kanvas kosong yang bisa dipulas sesuai selera pemilik. Komunitas resminya, bernama Tiguan Indonesia, baru diresmikan.
Gempa Yudhawa (42) duduk santai di teras belakang sebuah kafe di kawasan Indonesia Design District, Pantai Indah Kapuk 2, Tangerang, Banten, Selasa (18/6/2024). Dia berbagi cerita dengan Abrar Fajar Ramadhan (27). Mereka menghadapi masalah yang sama: suspensi mobil masing-masing mengeluarkan bunyi ketika melintasi jalan bergelombang.
”Selain itu enggak ada masalah sama sekali, sih. Mobilnya masih enak, kok,” kata Gempa, pria asal Kabupaten Sukabumi, Jabar, ini. ”Kalau mulai keganggu sama bunyinya, volume musik di-gedeinaja, Om,” timpal Abrar. Mereka berdua terkekeh.
Makanya, ini harus masuk komunitas, supaya dapat informasi terkini, khususnya soal suku cadang.
Gempa dan Abrar sama-sama memiliki dan mengendarai VW Tiguan Allspace generasi kedua. Mobil Gempa keluaran 2020 akhir, sedangkan punya Abrar dibeli satu tahun kemudian. Sejak pertama membeli Tiguan, mereka membayangkan akan memakainya dalam waktu lama dan untuk penggunaan sehari-hari. Perasaan menyatu dengan tunggangan menjadi alasan utama.
”Makanya, ini harus masuk komunitas, supaya dapat informasi terkini, khususnya soal suku cadang,” kata Abrar. Menurut Abrar, ketersediaan suku cadang dan bengkel spesialis Volkswagen tak sebanyak merek asal Eropa lainnya. Kebetulan Abrar juga pengguna Mercedes-Benz CLC 200.
Baca juga: Menengok Kebaruan KIA Carnival
Hampir saban hari Gempa menyetir mobilnya dari rumahnya di daerah Cimanggis, Depok, Jabar, ke kantornya di Kalimalang, Jakarta Timur. Mobil berkapasitas lima penumpang jadi favorit keluarganya. Dia punya satu mobil lagi di rumah, model MPV berkapasitas tujuh penumpang.
”Tiguan lebih sering saya pakai, nih. Kalau pergi hanya dengan istri dan tiga anak, kabinnya masih lega banget. Dan yang lebih penting, tenaganya besar, bensinnya irit. Mobil satunya irit juga, tetapi seperti kurang kencang, gitu,” kata Gempa.
Versi standar Tiguan Allspace bertenaga 150 HP dengan torsi maksimum 250 Nm. Tenaga itu, kata Gempa, sangat mumpuni digeber di jalan bebas hambatan. Selain itu, dia menilai, Tiguan sangat stabil di tikungan meski dimensinya lumayan bongsor. Itu dia buktikan sendiri ketika melibas tanjakan berkelok-kelok menuju daerah Jampang di Sukabumi, Jabar.
Karena merasa puas dengan performa mesin, Gempa menjaga standar spesifikasi mesin. Dia hanya sedikit mengubah tampilan, yakni di sektor roda. Velg standar berdiameter 18 inci dia ganti dengan 17 inci. Kompensasinya, dia jadi punya ruang lebih untuk memakai ban segala medan (all terrain) yang lebih tebal. ”Suspensinya, kan, aslinya kaku. Pakai ban tebal rasanya jadi lebih empuk,” kata karyawan swasta ini.
Sejauh ini Gempa sudah merasa cukup dengan perubahan itu. Performa mesin ia kembalikan ke daya standarnya. Sebab, istrinya juga sering memakai Tiguan untuk mengantar jemput anak ke sekolah. Kebutuhan semacam itu tak memerlukan tenaga besar.
”Istri ngaku-nya lebih cocok pakai Tiguan dibanding mobil satunya lagi. Dia bilang ukurannya pas melewati jalan-jalan kecil. Kebetulan jalan di depan rumah cuma cukup untuk dua mobil saja. Dia juga suka kekedapan kabinnya,” kata Gempa yang mengaku Tiguan adalah mobil Eropa pertamanya.
Abrar ”terpaksa” membeli Tiguan ketika anak pertamanya lahir di tahun 2021. Sedan Mercedes-Benz yang dia pakai berpintu dua sehingga kurang praktis memasang kursi bayi. Ia memilih Tiguan di antara mobil SUV keluaran Eropa lainnya karena pertimbangan harga. Saat itu, rival sekelasnya macam Mercedes-Benz GLA atau BMW X1 harganya lebih mahal.
Abrar tak menyesal dengan pilihan itu. DI setiap tanggal ganjil, dia memakai Tiguan dari rumahnya di kawasan Bumi Serpong Damai ke kantornya di SCBD, Jakarta. Sekali jalan ke kantor dia membutuhkan waktu lebih dari satu jam.
”Posisi duduknya itu ergonomis, enggak bikin capek. Rasa menyetirnya itu enggak beda jauh dengan mobil satunya. Pengendaliannya stabil, enggak terlalu limbung. Beranilah untuk dipakai cornering,” kata Abrar. Dia takjub dengan kubikasi mesin yang tak terlalu besar, yakni 1.400 cc dengan turbo, bodi relatif besar, tapi tetap terasa lincah.
Mobil Abrar masih standar. Kosmetiknya belum banyak berubah. Dengan wajah keluaran pabrik saja, Abrar merasa tampilannya sudah ”ganteng”. Fasia dengan garis lurus itu justru menguarkan karismanya tersendiri. ”Tampilannya enggak malu-maluin, lah. Dibawa nongkrong gitu masih pantas banget,” katanya. Dia berencana mendandani wujud mobilnya, misalnya mengganti velg atau memasang palang atap (roof rail).
Komunitas resmi
Abrar dan Gempa adalah dua dari sekitar 25 orang yang datang pada acara inaugurasi komunitas Tiguan Indonesia disingkat Tiguan.id. Komunitas ini sejatinya tumbuh sejak 2021 lewat jejaring Instagram dan Whatsapp. Acara pada Selasa lalu adalah ajang ”kopi darat” resmi yang didatangi juga oleh PT Garuda Mataram Motor, agen pemegang merek Volkswagen di Indonesia.
Komunitas ini diinisiasi oleh dua anak muda bernama Christian Halim (32) dan Sam Kevin (32). Sebelumnya mereka tak saling kenal. Christian dan Sam mengobrol di dunia maya terkait modifikasi yang dilakukan pada Tiguan mereka. ”Banyak orang menghubungi kami minta masukan soal modifikasi. Akhirnya kami putuskan saja bikin akun Instagram Tiguan.Id dan grup Whatsapp,” kata praktisi teknologi informasi ini.
Diskusi di grup itu rata-rata tentang modifikasi. Hanya sebagian kecil yang membicarakan kendala dan solusinya.
Menurut Chris, saat ini anggota di grup tersebut sekitar 50 orang. Mereka mengkhususkan pada VW Tiguan Allspace Mark 2 yang resmi masuk Indonesia pertama kali pada 2020. Selain bentuknya, pembeda utama dari Tiguan generasi pertama dan kedua adalah penggunaan kopling. Kopling pada Tiguan generasi pertama memakai kopling kering (dry clutch), sedangkan generasi kedua kopling berpelumas (wet clutch). Setiap generasi punya karakteristik masing-masing. Oleh karena itu, komunitas Tiguan.Id berfokus pada generasi kedua saja.
”Diskusi di grup itu rata-rata tentang modifikasi. Hanya sebagian kecil yang membicarakan kendala dan solusinya. Berbagi pengalaman sesama pengguna Tiguan itu masih berlangsung sampai sekarang,” kata Christian yang memakai Tiguan keluaran 2021.
Tiguan milik Christian adalah salah satu yang paling berubah dan rapi. Warna abu-abu yang selalu terlihat basah. Setahun setelah memakai, dia banyak memodifikasi mobilnya. Kebetulan, saat itu, Christian sering pergi-pulang Jakarta-Surabaya mengurusi bisnisnya. Kabin yang lega dipakai mengangkut barang.
”Saya mau bikin mobil saya senyaman mungkin karena sebagian besar waktu dihabiskan di dalam mobil. Saya ganti tata suara mobil. Speaker (pelantang) saya ganti dengan merek Dynaudio yang high-end. Sebenarnya di luar negeri ada varian Tiguan yang pakai Dynaudio juga, tapi yang low-end,” katanya. Dia menunjukkan daftar perubahan tata suara mobilnya yang kalau ditotal mencapai Rp 150 juta.
Selain meningkatkan aspek hiburan, dia juga mempercantik tampilan mobilnya dengan ragam aksesori orisinal Tiguan Type R, tipe tertinggi model ini yang tidak masuk resmi di Indonesia. Di divisi keamanan, Christian mengubah kaliper rem dengan merek Brembo serta melengkapi fitur asistensi keamanan (ADAS) dan navigasi.
Perubahan yang dilakukan Christian sebenarnya mengikuti varian tertinggi Tiguan yang ada di luar negeri. Jika dihitung-hitung, perubahan itu memakan modal setara dengan satu mobil Tiguan bekas, tetapi dia mampu dan senang. Hidupnya yang lebih banyak di jalanan tak menjemukan.
Sam Kevin juga mengubah mobilnya. Dia punya prinsip, mobil tunggangannya harus ceper dengan velg palang lima. Posisi mobil yang turun dinilai mengurangi kesan limbung (body roll). Itulah yang dia lakukan pada Tiguan keluaran 2020 miliknya. Jarak ban dengan lengkung fender menyisakan tiga jari saja.
Baca juga: Terentak di Mobil Listrik Ioniq 5 N
Orangtuanya membelikan mobil itu tak lama setelah Tiguan resmi dirilis di Indonesia, tepatnya April 2020, dalam keadaan standar. ”Tampilan standarnya sudah bagus. Pantas dibawa nongkrong ke Senopati, misalnya. Nah, bentuk standarnya itu ibarat kanvas kosong yang bisa diwarnai dengan karakter kita. Ciri khas mobil saya, ya, begitu, ceper, velgnya palang lima. Masih keren,” ujar wirausaha di bidang properti ini.
Sam sebenarnya tertarik dengan model Scirocco, sedan hatchback dua pintu berperforma gesit. Tampilan Sam yang modis itu juga terasa lebih pas dengan model tersebut. Namun, dia mencintai Tiguan. ”Saya pakai Tiguan untuk mengantar kedua orangtua ke gereja. Mobil ini enggak bakal saya jual karena ini mobil terakhir yang dibelikan orangtua,” ujarnya.