GWM Tank 500, Kawan Baru Para Penjelajah
Rasa penasaran untuk menjajal kemampuan ”off-road” mobil yang dijuluki ”Luxury Off-road SUV” ini tak bisa kami bendung.
Rasa penasaran memuncak sejak pertama melihatnya. Tidak hanya tampangnya saja yang mengingatkan pada Toyota Land Cruiser, tetapi mobil baru ini juga diklaim memiliki kemampuan off-road yang setanding dengan mobil legendaris itu. Apa benar demikian?
GWM Tank 500, nama mobil asal ”Negeri Panda” ini, pertama kali dipajang di GIIAS 2023, Agustus tahun lalu. Posturnya yang tinggi besar, warnanya yang hitam, dan ban cadangan yang tergantung di pintu belakang memang menyiratkan mobil yang punya karakter tangguh. Siap ditantang di segala medan.
Saat berkunjung ke pusat riset dan pabrik Great Wall Motor (GWM) di kota Baoding, China, awal Maret 2024, Kompas baru sekadar mencicipi secuil dari kemampuan mobil itu. Satu kali sebagai penumpang saat mobil diajak melibas tanjakan berkemiringan 50 persen di sirkuit proving ground GWM dan sekali mencoba mengemudikan mobil versi setir kiri memutari lapangan di tempat yang sama. Sama sekali belum menggambarkan kemampuan sejati Tank 500.
Tank 500 yang dimasukkan ke Indonesia ini telah mengadopsi sistem hibrida penuh ( hybrid electric vehicle/HEV), yang menjadikannya SUV berkemampuan off-road pertama dengan penggerak hibrida yang ditawarkan di Tanah Air.
Itu sebabnya saat tawaran melakukan uji kendara mobil seharga Rp 1,196 miliar ini datang setelah liburan Lebaran lalu, kami tak berpikir dua kali untuk menerimanya. Tak mau tanggung, mobil SUV ini Kompas bawa dalam uji jarak jauh menempuh rute Jakarta-Cirebon-Pangandaran. Pertimbangannya, rute itu menawarkan medan yang komplet, mulai dari jalan tol sepanjang lebih dari 200 kilometer (km) hingga rute jalan raya biasa dengan kontur penuh tanjakan dan turunan sekaligus tikungan-tikungan tajam di jalur Cirebon-Pangandaran via Kuningan dan Ciamis.
Selain untuk menjajal akselerasi, pengendalian, suspensi, dan hal-hal teknis lainnya, kami juga penasaran bagaimana sistem hibrida di mobil ini memberikan efisiensi konsumsi bahan bakar. Ya, Tank 500 yang dimasukkan ke Indonesia ini telah mengadopsi sistem hibrida penuh (hybrid electric vehicle/HEV), yang menjadikannya SUV berkemampuan off-road pertama dengan penggerak hibrida yang ditawarkan di Tanah Air.
Sedikit mengutip lembar spesifikasi, Tank 500 ini dilengkapi mesin bensin empat silinder berkapasitas 2.0 liter (1.998 cc) yang disokong turbo sekaligus sistem hibrida dari baterai 1,75 kWh. Tenaga gabungan yang dikeluarkan mencapai 346 HP dengan torsi puncak 615 Nm. Tenaga tersebut disalurkan ke empat roda sesuai kebutuhan di lapangan melalui transmisi otomatis 9 percepatan.
Saat kami berangkat pada hari Minggu (21/4/2024) sore menuju Cirebon, tenaga mesin terasa cukup enteng menghela kendaraan berbobot sekitar 2,5 ton ini. Perlu penyesuaian beberapa waktu sampai rasa berkendara didapatkan mengingat mobil ini berdimensi bongsor (panjang 5,078 meter, lebar 1,934 meter, dan tinggi 1,905 meter). Berada di kursi pengemudi yang berposisi tinggi dan commanding, mobil-mobil lain terasa berukuran kecil dan jalanan terasa kurang lebar.
Baca juga: Perjalanan Menengok Dapur Great Wall Motor di China
Namun, begitu kami memasuki jalan tol layang MBZ, rasa percaya diri dalam mengendalikan mobil mulai tumbuh seiring dengan makin ”menyatunya” pengemudi dengan kendaraannya. Rasa limbung tak bisa hilang sepenuhnya mengingat mobil berisi tujuh tempat duduk ini berkonstruksi body on frame (masih menggunakan rangka sasis baja sebagai tulang punggung utama struktur mobil). Namun, rasa limbung itu masih teredam cukup baik oleh suspensi mobil yang menggunakan sistem double cross arm independent suspension di poros roda depan dan suspensi belakang multi-link.
Bermanuver menyalip mobil-mobil lain di jalan tol pun bisa dilakukan dengan percaya diri dan mantap. Kesempatan menempuh jalur Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) yang cenderung rata dan lurus digunakan untuk memperhatikan lebih mendetail interior mobil yang dirakit di Rayong, Thailand, ini.
Kami terkesan dengan kualitas grafis yang tampil di layar panel instrumen berukuran 12,3 inci dan layar sentuh infotainment utama di tengah dasbor dengan ukuran 14,6 inci. Tampilan animasi diiringi suara audio yang megah dari 12 speaker di dalam mobil mengiringi setiap mobil di-start. Kualitas audio besutan Infinity juga cukup baik menemani kami sepanjang perjalanan.
Mengingat bobot dan kemampuan mobil, konsumsi BBM Tank 500 bisa dibilang irit.
Kursi berlapis kulit Nappa menopang tubuh dengan nyaman. Berbagai perlengkapan di interior mobil ini, mulai dari paddle shifter untuk memindahkan transmisi secara manual, pengatur posisi setir (tilt dan telescopic) elektrik, atap kaca panoramic sunroof, kursi berventilasi yang mengembuskan udara AC, hingga sistem AC multi-zona, semuanya mencirikan mobil berkelas premium.
Hanya saja plastik pelapis dasbor yang berpenampilan seperti panel kayu warna coklat muda dan hiasan berornamen bintang-bintang di atas laci dasbor terasa ”murah”. Agak mengganggu kesan premium yang sudah bertebaran di interior mobil ini.
Keluar jalur aspal
Setelah bermalam di Cirebon, esok paginya kami mulai menempuh perjalanan menuju Pangandaran. Seperti disebutkan sebelumnya, rute ini penuh tanjakan karena menyusuri kaki Gunung Ciremai, gunung tertinggi di Jawa Barat. Faktor pengendalian dan stabilitas mobil diuji betul di jalur ini. Dan terbukti mobil melalui jalur berkelok-kelok itu tanpa masalah hingga kami tiba di Ciamis.
Dengan medan kombinasi ini, panel instrumen Tank 500 menunjukkan konsumsi bensin sebesar 10,9 liter per 100 km, atau sekitar 9,1 km per liter. Bensin yang dibutuhkan pun cukup beroktan (RON) 92. Mengingat bobot dan kemampuan mobil, konsumsi BBM ini bisa dibilang irit.
Namun, pengalaman membawa mobil di medan menantang itu masih terasa kurang hingga kami tiba di kawasan wisata Pantai Pangandaran di sudut tenggara Jawa Barat. Rasa penasaran untuk menjajal kemampuan off-road dari mobil yang dijuluki ”Luxury Off-road SUV” ini tak bisa kami bendung.
Untunglah kami menemukan penyedia jasa wisata off-road di dekat kawasan Pantai Batukaras, sekitar 20 km sebelah barat Pantai Pangandaran. Dalam paket wisata off-road ini, biro jasa tersebut menyediakan mobil pemandu berupa mobil buggy Komodo berpenggerak empat roda dan satu orang pemandu ikut di mobil kami untuk mengarahkan ke rute off-road.
Pihak penyedia jasa wisata ini berjanji akan mengarahkan mobil ke medan yang tak terlalu berat, sekadar cukup untuk menjajal sistem penggerak empat rodanya. Mendengar janji itu, rasa percaya diri pun bergelora. Tak sabar rasanya segera membawa mobil menempuh jalur off-road itu.
Perjalanan pun dimulai dengan memasukkan mobil ke jalur jalan tak beraspal yang lebarnya hanya cukup dilalui satu mobil. Jalan berlapis batu dan pasir berkerikil itu ternyata membawa kami masuk ke hutan. Di beberapa titik, kami harus membelah rimbunnya tetumbuhan yang ada di kanan, kiri, dan bagian bawah mobil.
Namun, rasa percaya diri tetap tinggi mengingat mobil ini memiliki tinggi kolong (ground clearance) 224 milimeter (mm). Mobil pun terus melaju semakin jauh ke tengah hutan dan kadang-kadang harus melahap tanjakan cukup panjang. Mode berkendara cukup diposisikan di mode 4H, di mana empat roda berputar serentak dengan rasio gigi transmisi tinggi, karena permukaan jalan di lantai hutan itu masih kering dan relatif rata.
Sekitar setengah jalan menempuh rute ”wisata” ini, tiba-tiba indikator pemantau tekanan angin ban (Tire Pressure Monitoring System/TPMS) berkedip-kedip warna merah menunjukkan ban kiri belakang mulai kehilangan tekanan. Belum habis rasa kaget kami, beberapa meter berikutnya, giliran indikator di ban kiri depan juga menyala merah berkedip-kedip.
Entah apa yang baru saja digilas ban-ban tersebut, rerumputan di bawah mobil terlalu rimbun untuk mengetahui obyek yang dilindas itu. Yang jelas saat mobil tiba di sebuah tempat terbuka di tengah hutan, terlihat dinding dua ban ini telah sobek. Perjalanan pun harus terhenti di sini.
Pengalaman ini menjadi pengingat berharga bahwa meski mobil memiliki kemampuan off-road, jenis ban yang digunakan harus diperhatikan betul sebelum membawa mobil menerabas medan non-aspal. Pasalnya, dalam kondisi standar, Tank 500 hanya dilengkapi ban spesifikasi jalanan aspal, yakni ban Continental CrossContact RX berukuran 265/50R20.
Rasa penasaran untuk membuktikan kemampuan off-road Tank 500 terpaksa harus kami simpan sementara. Untung saja, 7-8 Mei 2024 lalu, pihak GWM Indonesia mengundang media untuk melakukan uji kendara, termasuk uji di medan off-road buatan di Bandung, Jawa Barat.
Trek off-road dirancang sedemikian rupa di kompleks Pusat Kesenjataan Kavaleri, daerah Lengkong, Kota Bandung. Dua unit Tank 500 dibawa bergantian mengitari jalur tanah dengan beberapa rintangan; gundukan tanah dan jalur terendam air sedalam sekitar 40 sentimeter. Bisa dibilang ini adalah ”ujian ringan” bagi Tank 500 karena lapisan tanahnya sedang kering.
Salah satu keunggulan mobil ini adalah kelenturan suspensinya, yang disokong ruang roda (arch wheel) yang besar. Suspensi itu bisa menekuk tajam dan tetap bergerak bahkan saat dua ban di sisi berlawanan menggantung. Pada rintangan lainnya, mobil bisa berjalan di sudut kemiringan yang membuat badan penghuni doyong. Di arena tes, kami membuat mobil miring sampai 23 derajat.
Baca juga: Haval dan Tank Melawat ke Bandung
Mobil ini dilengkapi tujuh mode berkendara off-road, yakni Mud (lumpur), Sand (pasir), Rock (bebatuan), mode 4H, Snow (salju), mode 4L, dan mode Expert. Fitur itu masih ditambah fitur yang memudahkan mobil berputar di tempat yang sempit melalui fitur Tank Turn, off-road cruise control system, dan sistem kamera yang menunjukkan bagian bawah mobil di medan yang dilewati.
Kini yang masih perlu dibuktikan GWM Indonesia adalah daya tahan mobil pada jangka panjang dan layanan purnajual yang mumpuni untuk membuat mobil terus terawat dengan baik dan benar.