Jenama asal China berdatangan di Indonesia karena tergiur pasar besar. Ekspansi ini juga terjadi di banyak negara.
Oleh
HERLAMBANG JALUARDI, DWI BAYU RADIUS
·4 menit baca
Ekspansi jenama mobil asal China terasa makin gencar dalam satu tahun belakangan. Jenama Wuling, DFSK, Chery, atau MG—merek kelahiran Inggris yang diakuisisi perusahaan China, SAIC Motor—sudah terlebih dulu wara-wiri di jalanan Indonesia. Kuartal pertama 2024 dipastikan ada empat jenama yang siap masuk, yakni BYD, Great Wall Motor, Jetour, dan BAIC. Ekspansi ini juga terjadi di pasar global.
Kemunculan pemain baru asal China mulai kuat terendus pada pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) pada Agustus 2023. Saat itu, jenama Neta memunculkan dirinya. Selain itu, ada pula jenama Haval, Tank, dan Ora, yang kelak tergabung dalam payung Great Wall Motor (GWM).
Neta, dengan model Neta V, mulai mengaspal di jalanan Indonesia pada akhir tahun itu. Sementara GWM resmi mengenalkan model Tank dan Haval pada Februari 2024. GWM akhirnya meresmikan diler pertamanya di Pondok Indah Mall, Jakarta Selatan, pada 22 Maret silam.
Pada ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) yang digelar Februari 2024, jenama BYD—singkatan dari Build Your Dream—resmi menjual tiga modelnya, yakni Dolphin, Atto 3, dan Seal. Ketiganya bertenaga listrik murni. Merek ini menempati anjungan terluas dibanding peserta pameran lainnya.
Perhatian pengunjung tersorot pada BYD. Selain anjungannya yang gemerlap, harga mobilnya juga relatif murah. BYD Dolphin yang berbentuk hatchback perkotaan dijual seharga Rp 425 juta. BYD Atto 3 berbentuk SUV kompak harganya Rp 515 juta. Sementara model termahal, yakni BYD Seal, yang tergolong sedan sport, harganya Rp 629 juta dan Rp 719 juta.
Kualitas produk dan desain ketiga model itu terbilang bagus. Jarak tempuh berdasar kapasitas baterainya diklaim melebihi 400 kilometer. Baterai BYD Seal varian Performance bahkan bisa menjangkau 650 kilometer dalam kondisi terisi penuh. Sedan ini juga bisa mengebut. Akselerasi dari 0-100 kilometer per jam diklaim tuntas dalam waktu 3,8 detik. Kegesitan itu bisa jadi setara dengan banyak sedan sport dengan harga di atas Rp 1 miliar.
Jenama BYD inilah yang terbilang paling gencar berekspansi di pasar global. Ia jadi bintang di ajang pameran otomotif ternama Munich Car Show, Jerman, pada September 2023. Jenama BYD, mengutip dari AFP, akan membuka pabrik di kota Szeged, Hongaria, untuk memenuhi pasar Eropa.
Di Rusia, merek-merek China seperti Haval, Chery, dan Geely mengambil alih pasar otomotif yang ditinggalkan merek asal Eropa terkait boikot pascaserangan ke Ukraina dua tahun silam. Ekspor mobil China ke Rusia selama periode Januari hingga Oktober 2023 bernilai 9,4 miliar dollar AS atau berlipat sembilan kali dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan Reuters, harga BYD yang relatif murah membuat jenama Tesla ketar-ketir di AS. Jenama mobil listrik milik Elon Musk itu bahkan diberitakan membatalkan proyek pengembangan model Tesla berharga murah. Pasar Australia juga diramaikan dengan BYD dan merek-merek China lainnya.
Penjualan BYD di Australia meningkat enam kali lipat pada 2023. ”Kami perlu memasuki pasar (otomotif) arus utama karena berhasil menjual mobil di level pemula, juga kepada peminat mobil listrik,” kata David Smitherman, Direktur EVDirect, distributor BYD di Australia, kepada Reuters pada Maret 2024.
Pasar yang ”gurih”
Alasan peluang pasar juga menjadi pertimbangan merek-merek ini memasuki pasar Indonesia. Penjualan mobil sebanyak 1,1 juta unit di tingkat grosir pada 2023 menurut data Gaikindo adalah pasar yang gurih. Jenama Jetour, yang telah menjual produknya di Arab Saudi dan Meksiko, adalah salah satu yang siap bertarung. Riuhnya jenama asal China di Indonesia tak menyurutkan niat mereka.
”Sebagai anggota keluarga merek China, masuknya Jetour ke Indonesia mewakili kemakmuran bersama dan bertumbuh bersama dengan merek otomotif lainnya. Langkah ini menandakan kemajuan dan perkembangan bersama,” kata Yang Fan, General Manager Jetour Indonesia, Maret lalu, di Jakarta.
Jenama yang berdiri pada 2018 ini akan mengusung dua model, yakni Jetour X70P dan Jetour Dashing. Dua-duanya berbentuk SUV. Fan mengatakan, Jetour berencana merakit, memproduksi, dan menjual produknya di Indonesia—termasuk membangun jaringan purnajual.
Jetour mengklaim telah menjual lebih dari satu juta unit kendaraan, menjadikannya sebagai SUV dengan perkembangan paling pesat di China. Kemjauan signifikan mereka catatkan pada tahun 2023 dengan menjual 315.167 unit atau meningkat 75 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Akhir Maret lalu, perusahaan Beijing Automotive Group memastikan membawa merek andalan mereka, yakni BAIC, ke Indonesia. Mereka akan membawa dua model, yaitu BJ-40 Plus dan X55-II, dua-duanya berbentuk SUV, bermesin bakar. Penjualan merek ini dikelola PT JIO Distribusi Indonesia (JDI).
Fedy Dwi Parileksono, Head of Public Relation JDI, mengatakan, pasar SUV di Indonesia sangat menjanjikan meski rivalitasnya ketat. ”Termasuk pasar paling besar di Indonesia, kan, SUV. Sejauh ini, kami melihat masih ada peluang mengisi kelas SUV medium dan off-road,” kata Fedy.
Meski belum dipastikan, Fedy menyebut rentang harga model X55-II antara Rp 400 juta dan Rp 450 juta. Sementara model BJ-40 Plus dengan mesin 2.000 cc berturbo rencananya dibanderol Rp 800 juta hingga Rp 850 juta. ”Ke depan kami mungkin juga akan meluncurkan kendaraan listrik seperti di China,” katanya.
Berdekatan dengan BAIC, perusahaan GAC Aion New Energy Automobile menjalin kerja sama dengan Indomobil Group untuk menjual mobil listrik GAC Aion. Distribusi, penjualan, dan layanan purnajual merek ini akan dikelola PT Indomobil Energi Baru. Sebelum memasuki pasar Indonesia, jenama ini telah berinvestasi dan membangun perakitan di Thailand.