Motif Reben terinspirasi keindahan pita, sedangkan motif Yayi dari keindahan gebyog, dinding kayu rumah khas Jawa.
Oleh
SOELASTRI SOEKIRNO
·3 menit baca
Desainer Sapto Djojokartiko menyuguhkan busana baru untuk perayaan tahun baru Imlek 2024 yang jatuh pada Sabtu (10/2/2024) dalam warna gelap dan terang. Yang berbeda dari koleksi sebelumnya, baju-baju dalam edisi terbatas bertajuk One-Off Lunar 2024 itu punya kekhasan kerah baju, baik kerah tinggi maupun pendek yang bisa dilepas dan pasang.
Dengan demikian, kerah-kerah cantik berwarna merah marun itu bisa dipasangkan pada baju lain dengan warna dan model baju berbeda. Sebuah ide segar yang membuat baju tampak unik.
Sapto tetap menyajikan warna dasar tampilannya berupa warna pastel seperti krem, coklat, peach, oyster yang merupakan warna khasnya. Akan tetapi, ia juga membuat baju berwarna hijau tua dan coklat tua.
Model baju terusan atauoun atasan di koleksi ini rata-rata masih mengacu pada pola dasar baju cheongsam. Sapto yang menetapkan diri berkarier sebagai desainer fashion sejak tahun 2004, terutama mengambil bagian kerah dan lengan model u can see yang sesuai untuk mengunjungi orangtua dan acara kumpul keluarga pada hari raya.
Alumnus Esmod tersebut pernah bekerja sebagai perancang kostum, perancang gaya, ilustrator, dan seniman rias sebelum dengan tegas memutuskan berkarier di dunia mode pada tahun 2004.
Tak hanya membuat baju dengan lengan terbuka, ia pun menyajikan terusan dengan lengan berpotongan lebar hingga siku. Koleksi itu, antara lain, ada pada terusan warna hijau tua yang sejuk di mata serta luaran berwarna putih dengan bordir merah marun.
Ikhwal kerah-kerah lepas pasang, baik dalam ukuran besar dan lebih tinggi maupun kecil dan lebih rendah, Sapto mencontohkan penggunaannya pada baju u can see warna putih dan peach. Warna lembut pada kedua look, menjadi ”hidup” berkat tambahan dobel kerah sekaligus menjadi bis (pinggiran) lengan yang memanjang ke belakang tubuh hingga menjadi tali pemanis baju warna marun yang amat kontras.
Dobel kerah, sekaligus bis dan tali panjang itu dihias bordir cantik. Semua koleksi untuk hari raya Imlek tersebut pernah Sapto tampilkan dalam Private Trunk Show pada 24-27 Januari lalu di Hong Kong.
Aneka model baju simpel itu berbahan tipis yang ringan sehingga nyaman dikenakan di badan. Hiasan berupa bordir mempercantik koleksi tersebut. Untuk kesempatan ini, Sapto memberikan motif-motif bordir bernama Reben dan Yayi.
Motif Reben dibuat berdasarkan inspirasi Sapto dan tim pada keindahan pita. Sedangkan inspirasi motif Yayi berasal dari keindahan gebyog, karya seni kayu tradisional suku Jawa yang biasa digunakan sebagai pintu utama, dinding rumah kayu atau pemisah ruangan di rumah tradisional Jawa.
Sapto sejak 1997 sudah menunjukkan ketertarikan yang kuat pada dunia mode. Alumnus Esmod tersebut pernah bekerja sebagai perancang kostum, perancang gaya, ilustrator, dan seniman rias sebelum dengan tegas memutuskan berkarier di dunia mode pada tahun 2004.
Tahun 2007, ia meluncurkan jenama Sapto Djojokartiko. Penghargaan yang pernah ia raih antara lain Fashion Designer of the Year dari Elle Style Award pada tahun 2011 dan Best Pattern Maker dari Esmod.
Sapto yang lahir dan besar di Solo, Jawa Tengah, sangat mencintai budaya Nusantara, terutama budaya Jawa. Ia juga senang mempelajari budaya di banyak negara. Selain membuat baju, Sapto dengan tim juga membuat sepatu, kacamata, tas, dan lainnya.