Sederhana Itu Rumit dan Sulit, tapi Indah
Baju model sederhana mudah dibuat? Ternyata tidak. Desainer Irsan memamerkan baju yang cara pembuatannya rumit.
Baju model sederhana mudah dibuat? Ternyata tidak. Desainer Irsan memamerkan baju yang cara pembuatannya super-rumit dan sulit, sebab justru dalam kesederhanaan, potongan dan jahitan harus tak bercacat agar tetap mampu menampilkan persona pemakainya.
Pada peragaan busana di akhir tahun 2023 di Teras Lakon di Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Banten, Irsan bersama Lakon Indonesia mempersembahkan 85 koleksi baju baru bagi perempuan dan lelaki yang menjadi contoh guna melayani pesanan khusus (made to order) bagi pelanggannya.
Yang menarik, semua baju dibuat 100 persen dengan tangan dan selaras dengan judul pergelaran The Tailor Made 01, Irsan’s 1st Prive Collection for Lakon Indonesia.
Peragaan busana dengan tata cahaya berona merah itu sekaligus menjadi penanda kelahiran Teras Lakon yang menjadi bagian dari ekosistem Lakon Indonesia. Acara diadakan di lantai dua gedung megah yang ramah lingkungan karya aristek Adi Purnomo dari Mamo Studio. Tempat tersebut sekaligus menjadi wadah mempertemukan sejumlah ahli dan insan kreatif budaya Indonesia yang bersama-sama bergerak melestarikan budaya Indonesia.
Tema ”The Tailor Made 01” sangat berkait dengan keberadaan Teras Lakon tersebut. Tersirat dengan jelas, Irsan yang lebih suka menyebut dirinya sebagai penjahit daripada desainer menunjukkan karya terampil tangan pada era masa lalu yang ia bawa ke zaman sekarang dengan dibungkus secara modern.
Baju-baju perempuan dan lelaki karyanya berwarna merah menyala, emas, hijau, dan putih. Yang menarik perhatian, semua bajunya bermodel sederhana, misalnya model X- line yang menonjolkan siluet tubuh. Ia juga membuat baju model A-line yang menyempit di bagian atas, melebar di bagian bawah.
Baju-baju karyanya punya potongan yang sangat tajam sehingga jika dipotong, lalu dijahit dengan tidak benar, akan kelihatan buruk saat dikenakan. Ia mengatakan, mereka yang paham pola pembuatan baju pasti tahu potongan sangat tajam itu amat sulit mengingat tidak ada penutup atau pembungkus kecacatan pada baju itu.
Ia tak memberi tambahan aksesori pada baju. ”Sebenarnya (membuatnya) sangat lebih susah daripada gaun yang supermeriah. Baju bermodel sederhana itu ’sangat telanjang’ sebab padanya tidak ditempel sesuatu, seperti aplikasi berupa hiasan daun-daun, bordir, dan lainnya,” ujar Irsan pada Rabu (17/1/2024).
Ia menambahkan, itulah sebab busana karya Giorgio Armani sangat sulit dibuat karena bermode sederhana, tanpa tambahan aksesori pada baju tersebut. ”Aplikasi itu sebenarnya dibuat untuk menutupi kecacatan dalam banyak hal. Ia ditempel untuk menutupi ’noda’ kekurangan pada baju tersebut. Kita bayangkan jika tak ada aksesori, maka tampilan baju itu harus sempurna,” tambahnya.
Baca juga: Beragam Pernyataan Blazer
Tanpa bantuan
Berbeda dengan koleksi sebelumnya yang menggunakan kain lurik yang dibuat secara khusus, batik lukis ciprat pada kaus, dan kain katun lain, kali ini Irsan memakai bahan tule, sutra tebal, katun, benang sutra, dan jacquard. Selain itu, dia juga menggunakan kain khusus dari daur ulang botol plastik bekas karya perajin di Jakarta yang tergabung dalam jenama Fuguku.
Upaya mengembalikan keahlian kriya tangan, antara lain, ditunjukkan Irsan pada terusan merah dan putih yang bagian bawahnya mekar seperti gaun putri raja pada film animasi buatan sutradara Amerika Serikat. Acap kali gaun bermodel seperti itu dibuat dengan bantuan kurungan ayam atau bahan kaku (crinoline). Irsan menghilangkan bantuan tersebut.
Ia membuat bagian bawah dua gaun tersebut dengan cara diplisket, tetapi sampai ke dalam bagian baju. Alhasil, dari bawah rok akan tampak kain tule yang tertata apik dengan teknik plisket. Untuk membuat gaun dari luar tampak megar dengan indah saat pemakainya berjalan, butuh keterampilan memotong kain secara benar yang dihitung ukurannya dengan cermat. Selain itu, penataan kain yang jatuhnya tampak indah membutuhkan kerja keras dan keterampilan tingkat tinggi.
”Rok itu butuh 600 meter bahan yang ditumpuk menjadi lebih dari 100-150 lapisan sehingga bahan menjadi tebal sekali agar memunculkan efek megar,” kata Irsan.
Ia juga memamerkan mohair bulu-bulu berwarna hijau untuk menambah chic tampilan terusan ngepas di badan warna senada. Bulu-bulu tersebut dibuat dari benang sutra yang ditata satu per satu dengan tangan oleh 15 orang agar membentuk mohair yang indah.
Cara yang hampir sama dilakukan untuk membuat kain berbentuk rumbai pada gaun terusan warna merah menyala berlengan panjang. Bedanya, rumbai sepanjang sekitar 2 meter dibuat dari benang bordir. Butuh 100-125 gulung benang untuk diurai. ”Satu dress dikerjakan 15 orang dengan kecepatan tinggi karena kami harus mengejar target pembuatan baju untuk koleksi yang lain,” ujar ”penjahit” asal dari Sumatera Utara tersebut.
Baju kurung
Untuk baju para lelaki, Irsan memilih yang berpotongan simpel dengan alasan kita butuh kesederhanaan sebagai pengontrol dan agar proporsional dengan model baju bagi para perempuan. Kemeja, jas, celana panjang, dan celana pendek dari katun warna putih dan merah yang beberapa di antaranya dihias lukisan bunga warna merah itu tampak bersahaja.
Pada bagian lain, untuk tetap menampilkan sesuatu yang kental keindonesiaannya, ia membuatkan setelan kebaya model baju kurung yang menjadi baju khas perempuan Padang atau Sumatera pada umumnya. Irsan memilih warna keemasan untuk baju kurung dari bahan sutra tebal atau jacquard dengan aksen pada lengan pendek yang dibuat bergelembung (puffy) serta tambahan lipatan kain di bagian belakang kebaya.
Kehadiran setelan kebaya masa lalu yang dibuat dengan rasa modern sangat terasa. Apalagi, kebaya itu sengaja dibuat tanpa aksesori. Rok panjang model sarung juga dibuat simpel, hanya dengan satu sambungan. Biasanya rok atau sarung dibuat dengan tiga sambungan.
Menurut Irsan, potongan kebaya mengacu pada model di masa lalu, yang dibuat tanpa kancing, resleting, atau hiasan lain karena pada zaman itu semua serba terbatas. Begitu pula dengan rok panjangnya. Sederhana, tanpa aksesori, namun tetap indah dan modern berkat cara memotong kain yang tepat oleh para tangan terampil.
Baca juga: Semburat ”Peach Fuzz” Jadi Tren Warna 2024
”Saya bilang ke Ibu Thres (Thresia Mareta, pendiri Lakon Indonesia), kita akan mempresentasikan lebih banyak kerajinan dan teknik yang terlupakan,” kata Irsan.
Untuk bahan kain baru hasil daur ulang karya Foguku yang pernah dibawa inkubator Pintu ke Paris, Irsan membuat terusan warna putih-abu yang terinspirasi ikan buntal. Menurut Irsan, kain motif unik tersebut sebenarnya adalah model plisket terbaru milik Foguku.
Irsan mengatakan, sebenarnya kain itu amat ruwet, tetapi ketika jadikan baju dengan cara ditarik, tampilan busana dari kain tersebut menjadi indah dan unik.
Tak mudah bagi Irsan dan tim yang berjumlah lebih dari 100 orang (baik di Lakon Indonesia maupun tenaga tambahan) untuk mewujudkan koleksi yang seharusnya dibuat delapan bulan, tetapi harus mereka selesaikan hanya dalam tiga minggu itu.
Semua anggota tim harus bekerja cepat, keras, dan tepat serta tentu saja begadang setiap hari. Namun, kelelahan mereka terbayar ketika karya-karya itu tampil elok di landas peraga dan kini dipamerkan di Teras Lakon.
Usaha melestarikan keterampilan tangan yang langka seperti Thresia Mareta inginkan pun sudah berjalan lewat model busana karya Irsan. Dialah yang menghimpun artisan ahli sulam tangan, pengukuran, pemotongan, aneka teknik menjahit, bordir, serta keterampilan tangan lain yang mulai langka terus berkarya sambil mengajarkannya kepada generasi muda yang akan melestarikan keterampilan tersebut.
Jadi, kesederhanaan memang kadang rumit dan sulit. Apalagi jika yang dikejar dari kesederhanaan itu adalah keindahan.