Liburku Sayang, Inginnya Lebih Panjang….
”Post-holiday blues” umumnya dialami masyarakat urban pascaliburan. Ada perasaan tak rela ketika mesti kembali ke kehidupan nyata yang penuh tekanan. Inginnya libur saja....
Euforia libur Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 sudah usai. Waktunya kembali bangun pagi dan berkutat dengan setumpuk tanggung jawab yang tertunda. Tak semua orang siap menghadapinya, lalu mengalami post-holiday blues. Rasanya masih ingin libur.…
Post-holiday blues atau kesedihan setelah liburan sebetulnya bukan kondisi langka. Hampir semua orang yang pernah berlibur pernah mengalaminya. Gejala atau keparahannya saja yang berbeda pada tiap-tiap orang.
Saat libur, orang-orang cenderung senang, tenang, dan santai. Namun, saat liburan usai, hati jadi cemas, sedih, dan kalut. Tak siap rasanya harus kembali ke rutinitas harian, bertemu dengan bos yang menyebalkan, klien yang rewel, atau dosen yang pelit nilai. Belum lagi ada proyek ini itu yang mesti jalan tahun ini. Pusing!
Bahkan, ada orang-orang yang saat liburan pun sudah stres lantaran masih harus bekerja atau mengerjakan tugas. Orang menyebutnya holiday blues, kesedihan saat liburan. Perancang busana Didiet Maulana mungkin masuk kategori ini.
Saat liburan selama 12 hari di akhir tahun 2023, benak Didiet tak juga lepas dari pekerjaan. Ada saja yang mesti dikerjakan, baik untuk bertemu klien maupun berkoordinasi dengan rekan kerjanya. Alhasil, ia tak bisa sepenuhnya menikmati liburan tanpa pekerjaan. Padahal, ia merasa amat butuh istirahat untuk melepas lelah fisik dan psikis. Ketika sadar, musim liburan telah berlalu.
Untuk mengungkapkan isi hatinya, ia mengunggah foto di media sosial yang memperlihatkan wajahnya yang kucel, tanda tak berbahagia saat berlibur. Foto itu tampak lucu, tetapi juga ironis.
Beberapa tahun lalu, Didiet masih suka merasa nelangsa, melankolis, sedih karena tak bisa menikmati liburan yang ia idamkan. Apalagi saat harus kembali menyiapkan diri untuk bekerja. Badan dan pikirannya terasa berat, belum rela.
”Dulu aku mengidap post-holidayblues tahap sedang. Aku ini kan introver. Liburan menjadi waktu yang sangat kurindukan karena aku bisa menikmati kesendirian yang kubutuhkan setelah hampir setiap hari bertemu banyak orang,” ujar Didiet, di Jakarta, Jumat (5/1/2024).
Baca juga: Bersiap Kembali Bekerja Tanpa ”Post Holiday Blues”
Tetapi, ia sadar yang dirasakan ini akan merugikan dirinya sendiri. Walau sangat butuh libur yang biasa diambil 2-3 kali setahun, tetap ada masa ia harus bekerja di tengah liburan. Didiet pun mengajak dirinya menerima keadaan.
”Ya sudahlah, memang harus begitu, jalani saja. Aku berusaha untuk realistis saja. Sering kukatakan ke diri sendiri, toh nanti bisa kembali ke sana lagi,” tutur Didiet.
Ia juga menguatkan diri dengan memupuk rasa tanggung jawab ke klien. Desainer yang sudah berkarya selama 15 tahun ini juga membuat hal yang bisa menarik dirinya untuk kembali bekerja, misalnya dengan membuat suasana tim kerja yang menyenangkan.
Ia juga menyiapkan tiga hari untuk sedikit bermalas-malasan dan menata hati sebelum kembali tancap gas. Cara itu efektif baginya.
Karyawan di Yogyakarta, Dyantika Putry (28), pun tak bisa benar-benar menikmati masa liburan karena dibayangi pekerjaan yang belum selesai. Ia bertanggung jawab atas sebuah proyek yang masih berjalan hingga tahun ini. Niat untuk tidur-tiduran melepas penat pekerjaan pun tak sukses-sukses amat.
”Mungkin karena pas liburan enggak benar-benar in the moment, tapi kepikiran dan stres, jadi itu yang ngebuat pas hari kerja beneran jadi anxious (cemas),” katanya.
Mesti bersiasat
Walau sedih karena libur telah usai, bukan berarti orang-orang membiarkan dirinya tenggelam dalam sedih. Hidup harus tetap berjalan.
Kurator di Galeri Nasional Indonesia, Bayu Genia Krishbie (37), dibayangi rasa malas setelah liburan akhir tahun lalu. Kesegaran selama wisata di alam bebas Bandung serasa terbang hilang begitu saja. Belum lagi jika ia membayangkan penatnya suasana kota di Jakarta.
”(Post) Holiday blues sudah seperti menjadi problem bagi masyarakat perkotaan. Rasa malas terus membayang dan saya mengatur strategi supaya tidak mengganggu pekerjaan ketika kembali ke Jakarta,” kata Bayu.
Strategi Bayu adalah melarutkan diri ke pekerjaan utamanya. Ia membongkar-bongkar target personal yang dirancang dalam jangka panjang untuk kantornya. ”Target saya masih harus menyelesaikan rancangan desain interior untuk pameran tetap di bulan Mei 2024 nanti,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala SD Indonesia Life School di Cibubur, Johannes de Deo (31), mengalihkan kecemasan di awal tahun dengan meditasi, berdoa, serta menulis di blog dan buku harian. Berbagai emosi negatif yang ia rasakan ditulis, lantas dievaluasi. Ia juga menulis apa-apa saja yang ingin dilakukan di 2024.
Ada beberapa hal yang ingin ia wujudkan tahun ini, seperti menjadikan lembaga pelatihan yang ia dirikan menjadi perusahaan. Rencana ini tertunda bertahun-tahun karena banyak alasan. Johannes sempat bertanya-tanya apa rencana ini bisa diwujudkan, apalagi dengan hati yang masih berduka.
Tahun 2023 bisa dibilang tahun yang cukup berat dihadapi Johannes. Ayahnya meninggal dunia. Pernikahannya juga tertunda. Ia merasa sendirian. Dunia jadi tampak sangat menantang ketika ia mesti berdiri di atas kaki sendiri.
Johannes menghibur dan menguatkan diri dengan banyak hal, salah satunya membaca kembali novel-novel yang pernah ia baca. Ia mengumpulkan kalimat-kalimat baik di novel itu untuk penguatan.
”Aku juga baca buku Henry Manampiring yang Filosofi Teras soal filsafat Stoa,” kata Johannes. ”Ada beberapa literatur yang bilang itu (stoisisme) belum bisa menenangkan pikiran. Tapi, ini cocok untukku. Aku cukup mengendalikan apa yang bisa dikendalikan,” ucapnya.
”Penyakit” masyarakat urban
Menurut psikolog Universitas Katolik Atma Jaya, Eunike Sri Tyas Suci, post-holiday blues biasanya dialami masyarakat urban yang tinggal di kota. Besarnya tekanan hidup di kota membuat liburan menjadi pelarian dari stres.
Ritme hidup yang cepat di kota seakan berhenti sebentar. Manusianya diajak menikmati waktu, melepas kaku, dan tak kesusu. Santai saja. Lupakan sebentar pekerjaanmu dan nikmatilah hidup.
Namun, liburan rupanya membuat sebagian orang terlena hingga tak ingin kembali ke realitas. Dalam teori psikologi perilaku, situasi menyenangkan cenderung ingin terus diulang, sementara situasi tak nyaman (seperti pekerjaan dan sekolah) cenderung dihindari.
”Setelah merasakan euforia liburan dan kembali ke realitas, itu tidak mudah transisinya bagi setiap orang,” ucap Eunike. ”Tetapi, manusia adalah makhluk dengan kemampuan adaptasi yang tinggi. Kita hanya butuh waktu untuk masuk hidup normal lagi setelah liburan,”
Formula transisi itu tak sama bagi setiap orang. Ada yang mesti menyiapkan hari khusus untuk bermalas-malasan sebelum mulai bekerja. Ada pula yang bertransisi sembari bekerja. Kuncinya adalah mengenali diri sendiri, lalu merancang rencana transisi yang paling sesuai dirinya.
Eunike mencontohkan agar orang yang terbiasa memasak untuk memesan makanan di luar, atau memesan katering agar tak kelelahan habis liburan. Ia juga menyarankan agar yang terbiasa olahraga untuk kembali rutin berolahraga.
Baca juga: Beragam Wajah Perayaan Tahun Baru di Dunia
”Rutinitas sebelum liburan mulai dipikirkan. Apa yang mesti diaktifkan pelan-pelan. Masing-masing punya preferensi sendiri agar semua tanggung jawab tidak langsung brukkk sekaligus,” ucapnya.
Menurut dia, rata-rata orang membutuhkan waktu 1-2 minggu untuk beradaptasi dengan kehidupan normal pascaliburan. Jika dua minggu sudah lewat dan individu tak kunjung bisa beradaptasi dan terus merasa sedih, orang tersebut butuh bantuan profesional.
”Kalau tidak bisa adaptasi sampai dua minggu, something’s wrong. Pasti ada kondisi psikologi tertentu yang lebih serius dari post-holiday blues. Mungkin ada trauma sehingga liburan jadi tempat melarikan diri dari trauma,” tutur Eunike.
Suka tak suka, kita memang mesti kembali ke kehidupan nyata. Setahun ke depan pasti akan ada kesedihan, kekecewaan, kegelisahan, dan kesulitan lain.
Tapi, tidak apa-apa. Anda bisa melewati tahun 2023, kan? Anda pasti bisa melewati 2024 juga. Mari kita bertemu lagi di tahun 2025!