Kecanggihan Baterai BYD dan Persaingan Mobil Listrik di Indonesia
BYD memperluas produk kendaraan listrik teknologi mutakhir di Indonesia pada 2024. Persaingan mobil listrik makin ketat.
Di sebuah ruangan berdinding kaca tebal, dua baterai dipajang di kantor pusat Build Your Dreams (BYD) di Shenzhen, China. Produsen kendaraan listrik terkemuka asal China itu memamerkan kecanggihan baterai yang mereka produksi.
Mula-mula, baterai balok ditusuk dengan sebuah besi runcing yang digerakkan mesin. Belum selesai ditusuk, baterai itu mengeluarkan percikan api yang langsung membesar dalam sekejap. Wussh!
Peragaan pertama itu merupakan demonstrasi tingkat keamanan baterai NCM atau lithium nickel manganese cobalt oxide. Baterai itu jamak ditemui pada alat elektronik berdaya baterai, termasuk mobil listrik.
Jika terkena benturan atau tertusuk, baterai jenis itu rentan mengeluarkan api dan menimbulkan kebakaran. Baterai tersusun dari litium, nikel, mangan, dan kobalt yang dicampur dengan perbandingan tertentu.
Baca juga: Mobil Listrik China Mulai Resahkan OPEC dan Industri Otomotif Lama Dunia
Pada demonstrasi kedua, giliran sebuah baterai dengan lempeng yang amat tipis dan panjang ditusuk. Dengan alat sama dan kekuatan serupa, meskipun besi penusuk sudah menembus baterai, tak terjadi apa-apa pada baterai kedua ini.
Baterai terakhir itu adalah blade battery yang dikembangkan oleh BYD, perusahaan asal China yang saat ini ternama dengan kendaraan listriknya. Sesuai namanya, blade battery berbentuk lempengan tipis memanjang layaknya sebuah pedang.
Salah satu kekuatan blade battery yang tak mengeluarkan api saat tertusuk atau terbentur ini lantaran baterai ini dikembangkan dari baterai litium besi fosfat (LFP). Ini yang menjadi nilai tawar BYD sekaligus menjawab kekhawatiran pasar terhadap keamanan kendaraan listrik.
”Dari awal BYD terkenal dengan teknologi baterai LFP yang tidak mengandung nikel. Kami mengedepankan keamanan di nomor satu dan nomor duanya pun keamanan,” ujar General Manager BYD Asia-Pacific Auto Sales Division Liu Xueliang di kantor pusat BYD di Shenzhen, China, Rabu (20/12/2023).
Baterai itulah yang digunakan BYD untuk semua kendaraan listrik yang mereka produksi. Sejak 2022, FinDreams Battery, anak perusahaan BYD, mengembangkan dan memproduksi baterai tersebut di Chongqing, China.
Blade battery menjadi satu-satunya jenis baterai yang lolos serangkaian tes. Salah satunya uji penetrasi kuku baterai (nail penetration test), yang menguji kemampuan mengeliminasi potensi terbakarnya baterai saat kecelakaan. Pada aspek masa pakai, sel blade battery memiliki daya hidup dalam penggunaan kendaraan listrik 1,2 juta kilometer atau sekitar 3.000 kali pengisian daya.
Hal itu memungkinkan kendaraan listrik dengan baterai jenis ini bisa digunakan jangka panjang. Selain itu, blade battery juga telah melewati uji kondisi ekstrem, seperti dihancurkan, ditekuk, dipanaskan dalam tungku hingga 300 derajat celsius, dan diisi berlebihan hingga 260 persen.
Bagian dari rangka
Dengan bentuk pipih dan memanjang, blade battery menjadi bagian dari rangka kendaraan listrik keluaran BYD. Perusahaan itu mengembangkan e-platform 3.0 dengan susunan struktur baterai di bagian bawah kabin kemudi dan penumpang. Dari berbagai riset, posisi itu dinilai yang paling aman saat terjadi kecelakaan, seperti tabrakan misalnya.
Kompas berkesempatan tur keliling ke sejumlah laboratorium BYD. Salah satunya adalah tempat pengetesan mobil sebelum diluncurkan di kantor pusat BYD di Shenzhen, 20 Desember 2023. Lantaran banyak rahasia perusahaan di tempat itu, tak boleh ada pengambilan gambar ataupun perekaman suara.
Baca juga: China Jadi Raksasa Pengekspor Mobil berkat Kendaraan Listrik
Tim BYD memperlihatkan salah satu kendaraan yang tertempel stiker pengetesan. Mobil itu ditabrakkan ke sebuah dinding dengan kecepatan 30 kilometer per jam. Kamera terpasang di berbagai sudut untuk merekam kondisi detail mobil. Tak terjadi ledakan atau kebakaran saat benturan keras terjadi.
Tim teknisi langsung memeriksa keadaan mobil tersebut dan mencatat berbagai hal. Head of Marketing Communication PT BYD Motor Indonesia Luther Panjaitan mengatakan, sebuah model mobil bisa dites semacam itu lebih dari lima kali. Sekali tes penabrakan ke tembok, BYD mengeluarkan biaya sedikitnya 300.000 yuan atau sekitar Rp 650 juta (kurs Rp 2.155 per yuan).
Ada kalanya pengetesan itu dilakukan dengan manekin khusus sebagai penumpang di dalamnya. Manekin itu bisa senilai Rp 2 miliar. Sebab, anatomi boneka itu didesain mirip manusia, mulai dari detak jantung, aliran darah, dan kelenturan geraknya. Itu untuk mengukur keamanan kendaraan jika digunakan manusia dan terjadi kecelakaan.
Baca juga: Mobil Listrik, Kuda Troya China di Era Multipolar
Disiapkan studio untuk mengukur gelombang elektromagnetik dari setiap kendaraan yang akan diluncurkan. Di ruang kedap suara itu, gelombang radiasi diukur dan disesuaikan dengan standar keamanan bagi manusia yang menggunakannya. Tingkat kebisingannya pun diukur agar bisa diterima telinga manusia.
”Bagi kami, pengembangan dan riset adalah jantung utama,” kata Luther.
Hasil pengetesan panjang itu begitu terasa saat mencoba BYD Dolphin. Mobil berkapasitas maksimal lima penumpang ini hampir tak menimbulkan suara saat dikemudikan.
Saat melaju di atas polisi tidur, guncangan hampir tak terasa. Melaju di kecepatan 100 kilometer per jam pun mobil keluaran BYD ini tak menimbulkan getaran dan kebisingan berarti.
Tak ketinggalan, BYD juga memamerkan salah satu produk mutakhirnya, yakni Yangwang U8, mobil off-road yang bisa beroperasi di segala medan.
Yangwang U8 mampu melewati genangan air tanpa korsleting, bahkan didesain mampu mengapung di air. Mobil tersebut juga melewati uji pendakian lereng di gurun Alashan, China. Ini menunjukkan cengkeraman empat roda dan mesin Yangwang U8 tangguh di medan terjal.
Mobil SUV off-road ini pun mampu berputar 360 derajat di jalan atau trotoar berperekat tinggi, seperti aspal. Kemampuan ini memungkinkan mobil ini berputar dengan mudah di jalan atau jembatan sempit.
Dengan berbagai kecanggihan itu, lantas ke mana limbah baterai BYD kelak bakal berakhir? Presiden Direktur PT BYD Motor Indonesia Eagle Zhao menunjukkan sebuah panel surya dan penyimpanan daya yang dihasilkan pembangkit listrik tenaga surya.
”Ini dibuat dari limbah baterai kami dan kami produksi sendiri. Ini merupakan solusi bagi lingkungan,” kata Eagle.
Dengan keseriusan dan inovasi tersebut, BYD bakal merambah pasar kendaraan listrik lebih luas di Indonesia pada medio 2024. Mereka belum membocorkan kendaraan jenis dan kelas apa yang bakal mereka tawarkan ke pasar Indonesia. BYD sebenarnya sudah masuk Indonesia sejak 2018 dengan menyediakan mobil listrik untuk taksi dan bus listrik.
”Dan tentunya setelah itu kami berharap bisa membawa kendaraan listrik lain untuk penumpang ke Indonesia,” ujar Liu Xueliang.
Liu berharap bisa membawa ekosistem berkelanjutan ke Indonesia.
Niat ini akan menjadi lonceng persaingan lebih ketat bagi pemain kendaraan berbasis baterai di Indonesia.
Baca juga: Pesan Kuat Presiden Xi Jinping