Kemewahan Itu Ada di Kursi Pengemudi
”Jinba ittai” itu tercapai saat pengemudi tak lagi merasakan ”keterasingan” dengan mobilnya dan dapat menikmati setiap detik mengemudikan mobil itu.
Dengan Mazda CX-60, Mazda menandai migrasinya menuju merek mobil premium. Dengan berbagai kebaruan yang dibawanya, mobil ini menawarkan kemewahan yang jarang ditemukan di mobil-mobil lain. Namun, setelah diuji, ini bukan kemewahan dalam pemaknaan biasa.
Awal Juli 2023, Kompas mendapat kesempatan melihat langsung dan mencoba perdana mobil yang saat itu belum diluncurkan, itu. Yang langsung terlihat adalah kualitas pembuatannya yang semakin bagus dibandingkan model-model Mazda sebelumnya. Ada keinginan kuat untuk menempatkan mobil ini sejajar dengan mobil-mobil premium asal Benua Eropa.
Pada interior varian Elite, dasbor dan panel pintu bagian dalam dilapis bahan tekstil bertekstur kasar yang dijahit dengan pola jahitan zig-zag, atau disebut teknik jahitan Musubu. Bahan tekstil berwarna putih ini langsung memberikan perbedaan dan mencuatkan keadiluhungan keterampilan khas Jepang. Walau perlu kehati-hatian dalam merawat lapisan kain ini, karena dengan warna putih, akan rentan terkena kotoran dari tangan-tangan yang menyentuhnya.
Tekstil dengan jahitan Musubu itu serasi dengan lapisan kulit Nappa pada semua kursinya yang juga berwarna putih. Sementara panel kayu yang juga berwarna putih melengkapi citra mewah ini di varian Elite yang memang ditujukan untuk tampil elegan.
Sementara varian Kuro (kuro dalam bahasa Jepang berarti hitam) lebih menonjolkan aspek sporty. Dengan velg dan batok kaca spion dan bagian bawah bumper belakang yang berwarna hitam, mobil varian ini terlihat lebih gahar. Sementara interiornya pada bagian dasbor dilapisi kulit Alcantara berwarna coklat terang dipadukan dengan kulit Nappa berwarna senada di semua kursinya.
Tombol-tombol dan tuas fisik yang ada di konsol tengah dan dasbor dibuat dengan finishing yang apik. Rasa sentuhan dan geraknya (haptic) sudah menyerupai mobil Eropa. Audio premium besutan Bose dengan 12 pelantang melengkapi kemewahan interior bagi para penunggang mobil seharga Rp 1,188 miliar ini (harganya sama untuk varian Elite dan Kuro). Harga ini membuat CX-60 menjadi Mazda termahal yang dijual di Tanah Air saat ini.
Baca juga: Melihat dari Dekat Dua Mazda Edisi Terbatas
Namun, kenikmatan sejati sebuah Mazda konon ada di kenikmatan berkendaranya. Hal itu yang diuji coba oleh Kompas dalam perjalanan sejauh lebih dari 1.000 kilometer dari Jakarta menuju Yogyakarta, 28 September-1 Oktober 2023.
Sebelum mobil dijalankan, kami menjajal fitur Driver Personalisation System yang secara otomatis menggerakkan kursi, sandaran kursi, roda kemudi, hingga arah kaca spion luar sesuai postur pengemudinya. Cukup masukkan tinggi badan pengemudi ke dalam layar kontrol dan pencet OK, maka kursi mulai bergerak ke posisi yang oleh komputer mobil dinilai ideal. Namun, saat saya mencoba memasukkan tinggi badan, kursi ini terdorong terlalu maju dan posisi badan menjadi terlalu dekat dengan roda kemudi. Perlu pengaturan lagi secara manual untuk menemukan posisi mengemudi paling nyaman.
Setelah posisi mengemudi terbaik didapatkan, mobil pun distart dan kami beranjak dari titik start di kawasan Cilandak Town Square, Jakarta Selatan. Mobil langsung diarahkan masuk ke Tol JORR menuju Jalan Tol Layang MBZ menuju ke arah timur.
Semuanya lancar sampai kami melewati Jalan Tol Layang MBZ yang terkenal bumpy dan banyak sambungan jembatan yang menimbulkan guncangan ke mobil. Di sini baru terasa bagaimana suspensi belakang terasa keras. Saat mencoba duduk di belakang, guncangan begitu terasa bahkan pada kecepatan tinggi, penumpang kadang bisa sampai terloncat.
Baca juga: CX-60, Janji Mazda untuk Naik Kelas
Muncul pertanyaan, apakah mobil yang dilabeli premium ini tidak memberikan kenyamanan bagi penumpang belakang sebagai lazimnya sebuah mobil mewah? Namun, Ricky Thio, Managing Director PT Eurokars Motor Indonesia (EMI), mengatakan, konsep premium yang diusung Mazda memang berbeda dengan kebanyakan mobil mewah di segmen ini.
Ricky mengatakan, CX-60 tidak dirancang sebagai kendaraan bagi mereka yang lebih suka duduk di belakang dan disopiri. ”Rasa premium mobil ini baru bisa dinikmati di kursi pengemudi karena ini adalah driver’s car. Dengan mengemudikan mobil ini, pemiliknya bisa menikmati secara sempurna filosofi jinba ittai dari Mazda,” tuturnya.
Jinba ittai memiliki makna bersatunya penunggang kuda dengan kudanya di tengah medan laga sehingga penunggangnya dapat memanah sasaran dengan tepat saat kudanya bergerak. Dalam konteks mobil, filosofi ini berarti menyatunya pengemudi dengan mobilnya. Dalam bahasa “bapak” filosofi jinba ittai, Tetsu Kasahara, jinba ittai itu tercapai saat pengemudi tak lagi merasakan ”keterasingan” dengan mobilnya dan dapat menikmati setiap detik mengemudikan mobil itu.
Mobil ini memiliki sistem penggerak roda belakang sebagai dasarnya. Sebelumnya, mobil-mobil Mazda, termasuk model-model SUV-nya, menggunakan platform gerak roda depan.
Hal ini terbukti saat Kompas melibas jalanan dari arah Magelang menuju kawasan wisata Selo di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Paduan tikungan-tikungan tajam dan tanjakan-tanjakan panjang dilahap CX-60 dengan mantap. Roda kemudi merespons segera input dari tangan pengemudi untuk memberikan pengendalian yang presisi. Sementara tenaga mesinnya tersalur tanpa jeda dan ragu, memberi sensasi yang sangat menyenangkan di jalanan berliku ini.
Semua wajar mengingat mobil dengan platform sasis baru ini juga dilengkapi mesin baru. CX-60 menjadi mobil pertama Mazda yang menggunakan platform baru ini dengan mesin yang diposisikan longitudinal, atau membujur. Artinya, mobil ini memiliki sistem penggerak roda belakang sebagai dasarnya. Sebelumnya, mobil-mobil Mazda, termasuk model-model SUV-nya, menggunakan platform gerak roda depan.
Hanya ada satu pilihan mesin yang dimasukkan ke Indonesia, yakni mesin enam silinder segaris berkapasitas 3.3 liter (3.283 cc) yang disokong turbo dan sistem hibrida ringan untuk membantu akselerasi awal. Mesin yang mengucurkan tenaga maksimum 284 PS dengan torsi puncak 450 Nm ini nyaris tanpa lelah mengucurkan tenaga yang dibutuhkan sepanjang perjalanan.
”Saya sengaja sejak awal memilih CX-60 dengan mesin 3.300 cc ini karena bagi saya ini adalah mobil yang memberikan the real jinba ittai terbaik,” imbuh Ricky Thio.
Terus mengalir
Walau bertenaga besar, karakter penyaluran tenaga pada CX-60 melalui transmisi otomatis 8 percepatan ini terbilang halus dan tidak meledak-ledak. Tidak ada sensasi ”jambakan” saat mobil digas penuh, tetapi tenaganya terus mengalir seolah tiada habisnya, terutama saat melibas tanjakan-tanjakan panjang di tol Trans Jawa dari Semarang menuju Bawen.
Sensasi ngebut baru terasa lebih gahar saat mode berkendara dipindah ke Sport. Mesin mobil meraung ke putaran mesin lebih tinggi sebelum transmisi memindahkan giginya. Selain Sport, mobil ini juga dilengkapi mode Normal dan Off-Road.
Ya, ada mode Off-Road karena CX-60 yang dipasarkan di Indonesia semuanya memiliki sistem i-Activ AWD (all wheel drive). Tentu saja ini bukan mobil untuk melibas trek offroad ekstrem. Namun, saat Kompas mengujinya di lautan pasir Pantai Depok di Yogyakarta, mobil melibas jalur pasir empuk dan gembur di pinggir pantai tanpa kendala. ”Kalau mobil lain sudah terjebak di jalur pasir itu, Mas. Sering kejadian,” tutur pedagang minuman yang membuka lapaknya di pantai tersebut.
Segala fitur yang ada (dan tidak ada) pada mobil ini seolah semuanya ditujukan pada kesenangan berkendara. Contohnya, layar monitor utama berukuran 12,3 inci di tengah dasbor belum dilengkapi teknologi layar sentuh. Alih-alih, pengemudi harus mengontrol layar ini dengan tuas putar di konsol tengah. Ini agak aneh, karena banyak mobil masa kini yang sudah menerapkan layar sentuh, bahkan di segmen dengan harga jauh di bawah CX-60 ini.
Menurut Ricky Thio, sekali lagi hal itu disengaja oleh Mazda untuk menghindari distraksi pengemudi saat harus fokus ke jalanan di depan. Keberadaan layar sentuh pada mobil-mobil modern kadang-kadang menjadi pengalih perhatian dari pandangan ke depan.
Sepanjang perjalanan, mobil diisi bensin beroktan 92. Catatan efisiensi bahan bakarnya menurut layar MID ada di kisaran 8,1 kilometer per liter untuk pemakaian dalam kota, dan 10,2 km per liter di perjalanan melewati jalan tol. Perhitungan dengan metode full to full didapatkan kisaran konsumsi BBM dari 7,6 km per liter (rute jalan tol dengan mode Sport), hingga 10,5 km per liter untuk rute kombinasi dengan mode Normal. Angka-angka ini menunjukkan konsumsi yang cukup efisien untuk mobil bermesin enam silinder 3.300 cc.
Ricky menutup obrolan kami dengan mengatakan, CX-60 menyasar orang-orang yang disebutnya sebagai independent achiever, yakni orang-orang sukses yang tak terpengaruh situasi di sekitarnya saat menentukan pilihan dan membuat keputusan. Begitu pula saat memilih mobil, dia tak terpengaruh pilihan tetangga atau teman kanan kiri karena sudah tahu pasti apa yang dia mau. Bagi orang-orang itu, selamat menikmati kemewahan berkendara khas Mazda!