Inchcape Menjawab Keraguan Akan Mercedes-Benz dan Great Wall Motor
Jadi kami punya hubungan yang panjang dengan Mercedes-Benz. Saya pikir itu yang membuat mereka percaya kepada kami untuk menjalankan transisi (di Indonesia) dari perusahaan penjualan nasional menjadi distributor umum.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F08%2F11%2F90264751-9320-4806-9b0b-86d6bc3adc27_jpg.jpg)
Deretan mobil listrik murni dari Mercedes-Benz, yaitu Mercedes-Benz EQE 350, EQS 450 SUV, dan EQS 450+Edition One (kiri ke kanan), di pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023, Kamis (10/8/2023).
Akuisisi 100 persen saham entitas bisnis Mercedes-Benz di Indonesia oleh perusahaan patungan Inchcape Motors Private Limited dan PT Indomobil Sukses Internasional Tbk sudah diumumkan sejak Maret 2023. Namun, masih banyak pertanyaan tersisa terkait akuisisi tersebut, terutama terkait operasional Mercedes-Benz ke depan, hubungan dengan pelanggan, dan kepastian keberlanjutan garansi mobil yang dibeli sebelum akuisisi.
Di sela-sela penyelenggaraan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023, Kompas mendapat kesempatan mewawancarai Presiden Direktur PT Inchcape Automotive Indonesia Khoo Shao Tze. Pria yang akrab dipanggil Pak ST tersebut menjawab berbagai pertanyaan yang selama ini mengemuka. Berikut petikan wawancaranya.
Apakah PT Inchcape Automotive Indonesia (IAI) ini akan menggantikan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI) dan PT Mercedes-Benz Indonesia?
Saya tak akan menggunakan deskripsi ”menggantikan” karena saya ingin menegaskan bahwa Mercedes-Benz tak akan meninggalkan Indonesia. Menurut saya, yang terjadi lebih pada perubahan operasional. Itu saja. Jadi (entitas bisnis Mercedes-Benz) akan berganti dari perusahaan penjualan nasional menjadi distributor umum (general distributor). Namun, bisnisnya akan tetap berlanjut, merek (Mercedes-Benz) juga akan berlanjut. Jadi, kami tidak akan menggantikan dan seluruh personel yang ada di Mercedes saat ini akan dipertahankan.
Justru yang akan kami lakukan sejujurnya adalah menumbuhkan bisnis (Mercedes-Benz). Dalam konteks ini, saya ingin menjelaskan bahwa kemitraan Inchcape dengan Mercedes sudah dilakukan di banyak negara pasar (multimarket). Saat ini kami sudah menjadi mitra distribusi di delapan negara di Amerika Latin. Kami juga menjadi distributor mereka di Filipina. Kami juga beroperasi sebagai dealer di sejumlah dealership di Inggris selama bertahun-tahun. Jadi, kami punya hubungan yang panjang dengan Mercedes-Benz. Saya pikir itu yang membuat mereka percaya kepada kami untuk menjalankan transisi (di Indonesia) dari perusahaan penjualan nasional menjadi distributor umum.

Khoo Shao Tze, Presiden Direktur PT Inchcape Automotive Indonesia.
Jadi tidak akan ada perubahan dalam hal operasional?
Kami akan tetap melanjutkan perakitan (mobil-mobil Mercedes-Benz) di Indonesia. Jadi jelas tidak akan ada perubahan. Kami akan melanjutkan, tentu saja, sebagai distributor Mercedes-Benz di Indonesia. Jadi tidak akan ada perubahan. Sekali lagi, satu hal utama yang ingin saya tekankan adalah setiap perubahan yang terjadi akan terkait dengan ekspansi (bisnis Mercedes-Benz), bukan sebaliknya.
Ekspansi seperti apa yang Anda rencanakan?
Saya kira masih banyak ruang untuk tumbuh bagi Mercedes-Benz di pasar Indonesia. Di bagian purnajual, misalnya, adalah satu bagian di mana kami melihat ada (peluang) membangun jaringan servis yang lebih baik daripada yang sudah ada selama ini. Selama ini jaringan servis ini masih dilayani oleh masing-masing dealership. Jadi, itu satu contoh di mana kita merasa bisa melihat ekspansi yang serius.
Salah satu yang menjadi pertanyaan pelanggan Mercedes-Benz adalah keberlanjutan garansi. Karena berdasarkan pengalaman akuisisi selama ini, transfer data pelanggan dari entitas lama ke entitas baru selalu memunculkan masalah, termasuk pada klaim garansi.
Ada dua hal yang ingin saya garis bawahi. Pertama, saya melihat adanya keberlanjutan dari para kolega di Mercedes-Benz. Tentu saja dalam setiap transisi, apabila dalam masa transisi itu kami mengganti seluruh personelnya, tentu akan terjadi hilangnya data, bahkan mungkin hilangnya kontak (para pelanggan). Namun, kami berkomitmen untuk melanjutkan dengan personel yang ada di Mercedes-Benz saat ini. Itu yang pertama.
Kedua, sekali lagi bagi Inchcape, kami sudah menjalankan banyak transisi serupa di masa lalu di banyak negara. Jadi, kami punya tim kuat yang pada dasarnya bertanggung jawab untuk memastikan transisi segalanya, mulai dari transfer data hingga sistem teknologi informasi, dilakukan dengan baik dan benar.
Jadi sekali lagi tidak akan ada masalah bagi pelanggan ya?
Begini, saya memandang di bisnis ini barangkali mustahil untuk mengatakan tidak akan ada masalah. Menurut saya, yang paling penting adalah jujur tentang setiap masalah yang kita hadapi dan memiliki solusi yang siap untuk mengatasi masalah itu.

Khoo Shao Tze, Presiden Direktur PT Inchcape Automotive Indonesia.
Inchcape terlihat sangat agresif di pasar mobil premium, dimulai dengan akuisisi Jaguar Land Rover dan kini Mercedes-Benz kemudian mendatangkan produk Great Wall Motor dari China. Apa alasan dari agresivitas ini dan mengapa baru belakangan ini Anda melakukannya di Indonesia?
Butuh waktu untuk memahami dengan baik pasar Indonesia. Anda harus punya pengetahuan yang bagus tentang Indonesia, Anda harus punya pemahaman yang baik tentang Indonesia. Karena Indonesia adalah pasar yang sangat besar. Skala pasar di Indonesia tidak seperti di negara-negara lain. Jadi, menurut saya, dalam konteks itu, tingkat pemahaman, orang-orang yang Anda tempatkan untuk mengamati pasar ini, untuk memenangkan pasar ini, sangat penting. Untuk menjawab mengapa kami agresif di Indonesia, bagi saya karena Indonesia adalah pasar otomotif terbesar dalam hal volume industri total di ASEAN.
Mengapa kami fokus pada segmen mobil premium dan mewah adalah karena, menurut saya, ada ruang untuk bertumbuh. Pertama-tama, PDB per kapita di Indonesia terus bertambah sehingga tentu saja konsumen mulai bergerak naik kelas dalam hal mobil apa yang akan mereka beli. Maksud saya, sekitar sepuluh tahun lalu segmen LCGC seperti sudah wow (bagi konsumen). Tapi bisa Anda lihat dalam hal tren mobil itu, segmen tersebut tidak tumbuh, bahkan malah menurun. Jadi, menurut saya, itu sangat berkaitan dengan daya beli konsumen. Yang ingin saya tambahkan adalah, ya kami memang ingin bermain di segmen mobil premium dan mewah, tetapi pada saat bersamaan kami juga ingin dilihat sebagai salah satu mitra kendaraan energi baru di Indonesia.
Karena fokus kami juga pada segmen kendaraan energi baru dan itu cenderung membedakan kami dengan segmen massal. Saya kira segmen massal (di pasar Indonesia) saat ini masih sangat fokus pada mobil-mobil ICE (mesin pembakaran internal) dan jujur saja segmen itu sudah sangat sesak. Menurut saya, Indonesia tidak butuh pemain-pemain baru di segmen itu. Saya kira kami serius untuk bermain di segmen energi baru dan segmen mobil premium dan mewah.
Baca juga: Resmi Bergabung dengan Indomobil, Mercedes-Benz Berjanji Operasional Tidak Terganggu
Saya ingin membahas Great Wall Motor (GWM) sebagai pendatang baru. Apa yang membuat Anda percaya diri membawa GWM ke Indonesia?
Tentu saja nomor satu saya harus mengatakan bahwa GWM sebagai perusahaan sudah tidak baru lagi. Mereka punya sejarah lebih dari 30 tahun. Mereka saat ini dipandang sebagai salah satu produsen mobil papan atas di China dan yang dimaksud papan atas itu ada banyak sisi. Pertama dalam hal kapitalisasi pasar, GWM adalah salah satu kelompok usaha terbesar di antara produsen mobil di China selain BYD. Dalam hal kapitalisasi pasar, BYD bisa jadi lebih besar karena mereka adalah murni produsen mobil energi baru. Namun, dalam soal laba pada 2022, GWM juga menjadi salah satu produsen pencetak laba terbesar di China. Tahun 2022 mereka mencatat laba sekitar 1,3 miliar dollar AS.
Mengapa hal itu penting, karena itu berarti mereka punya sumber daya dan tekad untuk terus berinvestasi dalam jenama mereka. Ini penting karena tanpa investasi Anda tidak bisa terus membuat model-model baru, penyegaran model, dan pentingnya inovasi. Saat ini orang mungkin cuma mengenal GWM sebagai perusahaan otomotif. Namun, banyak yang belum tahu bahwa mereka juga memiliki salah satu produsen baterai terbesar di China. Mereka bahkan menjual baterai ke BYD, ke Geely, dan tidak cuma kepada (merek-merek) di dalam grup mereka sendiri.
Jadi maksud saya, itu semua memungkinkan mereka melakukan investasi-investasi besar dalam hal inovasi, terutama untuk segmen energi baru. Karena saat Anda membicarakan BEV, PHEV, atau HEV, akan selalu ada komponen baterai yang terlibat. Saya kira sebagian besar orang, termasuk konsumen pada umumnya, sekarang sudah tahu bahwa China memimpin secara global dalam pasar kendaraan energi baru. Sekadar berbagi sedikit data, saat ini 56 persen kendaraan energi baru yang dijual di dunia berada di China.
Mengapa hal itu penting, karena itu berarti mereka punya sumber daya dan tekad untuk terus berinvestasi dalam jenama mereka.
Tahun lalu saja, ada 7 juta kendaraan energi baru yang dijual di pasar China. Itu kira-kira lebih dari tujuh kali lipat volume industri (otomotif) total di Indonesia. Satu hal penting adalah China saat ini menjadi pasar otomotif terbesar di dunia. Tapi yang lebih penting lagi, tingkat bauran kendaraan energi baru di China saat ini sudah mencapai 30 persen. Pemerintah telah memprediksi pada 2030, bauran itu akan mencapai 80 persen.
Itu juga menjadi alasan perusahaan seperti Tesla ingin berinvestasi di China. Mengapa perusahaan seperti Mercedes-Benz punya fasilitas perakitan terbesar di China. Mengapa mereka berinvestasi sangat besar dalam hal riset dan pengembangan juga di China. Itu sebabnya, saat kami ingin membawa pemain kendaraan energi baru yang kuat ke Indonesia, China menjadi pilihan yang jelas. Saat kami melihat ke China, tentu saja kami ingin membawa para pemimpin pasarnya. Dalam konteks itu, GWM jelas menjadi salah satu pemimpin pasar di China.

Khoo Shao Tze, Presiden Direktur PT Inchcape Automotive Indonesia.
Jadi GWM hanya akan membawa kendaraan energi baru ke Indonesia?
Ya, utamanya bagi kami tidak hanya mobil listrik murni (BEV), tetapi juga HEV, mobil hibrida yang kuat. Karena sejujurnya, saat ini sebagian besar dari kita setuju bahwa BEV menjadi tujuan akhir (elektrifikasi). Namun, apakah tujuan akhir itu akan tercapai dalam 5 tahun, 10 tahun, atau 20 tahun, itu bergantung pada pasarnya. Jadi mulai dari sekarang sampai saat itu, kami tentu saja ingin menawarkan kendaraan energi baru yang bisa membawa konsumen bertransisi menuju BEV. Intinya, kami ingin menjauh dari kendaraan ICE. Jadi mobil hibrida yang kuat tentu saja menjadi penting. Karena sekarang belum semua konsumen siap untuk langsung membeli BEV. Karena sebagian besar konsumen masih bertransisi.
Apa yang menjadi rencana jangka menengah dan jangka panjang GWM di Indonesia?
Rencananya adalah untuk merakit mobil di Indonesia, terutama saat kita berbicara soal BEV. Saya kira alasan untuk merakit mobil di Indonesia adalah karena kami sangat yakin pada apa yang diusahakan Pemerintah Indonesia saat ini, yaitu untuk menjadikan Indonesia sebagai global hub dalam produksi kendaraan energi baru secara global.
Saya melihat apa yang Pemerintah Indonesia lakukan saat ini, dari berinvestasi pada sumber daya alam untuk memastikan suatu saat nanti ada perusahaan yang melakukan manufaktur katoda atau bahkan baterai utuh di Indonesia, adalah langkah yang sangat-sangat cerdas. Mereka saat ini mulai memikirkan insentif-insentifnya. Jadi, saya melihat langkah demi langkah yang dilakukan Pemerintah Indonesia saat metodologis.
Jadi bagi kami, perakitan kendaraan di Indonesia lebih dari sekadar memenuhi permintaan pasar, tetapi juga untuk mendukung apa yang ingin dicapai Pemerintah Indonesia.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F08%2F11%2F910035ba-bb7a-4ca4-bf9f-370427f9f62c_jpg.jpg)
GWM Ora 03, salah satu mobil listrik murni buatan Great Wall Motor asal China, di pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023, Kamis (10/8/2023).
Apa yang akan membedakan GWM dengan merek-merek lain dari China yang sudah lebih dulu masuk ke Indonesia?
GWM menempati segmen berbeda dibandingkan merek-merek China yang sudah masuk Indonesia. Saya mengambil contoh seperti posisi Toyota dan Suzuki. Menurut saya, kedua merek itu sangat kuat di Indonesia. Kedua merek itu menempati segmen yang berbeda, segmen pasar yang berbeda. Itu yang pertama. GWM menempati segmen berbeda dibandingkan banyak merek yang sudah lama eksis di Indonesia.
Yang kedua, titik start kami adalah fokus pada kendaraan energi baru. Contohnya jika ada konsumen mendatangi kami dan ingin membeli Haval H6 bermesin ICE, kami tidak memasukkannya ke sini. Kami tidak punya varian Haval H6 bermesin ICE di sini. Ini bukan bermaksud mengatakan kami tidak memproduksi kendaraan bermesin ICE, kami punya, tetapi kami tidak membawanya ke Indonesia. Jika ada seseorang yang berminat pada Tank 500 dan bertanya harga versi bermesin bensin atau diesel, bukannya di China tidak ada versi bermesin bensin atau diesel, tetapi kami tidak memasukkannya ke Indonesia. Kami hanya memasukkan varian hibrida yang kuat. Jadi, kami sangat jelas lebih fokus pada segmen energi baru.
Saya kira itu dua poin utamanya. Pertama, kami bermain di segmen yang berbeda. Kedua, fokus kami adalah pada kendaraan energi baru. Mungkin nilai utama kami adalah kualitas, teknologi, dan energi baru. Saya harap itu akan membantu masyarakat melihat perbedaan kami dibandingkan merek-merek China pada umumnya.
Maksudnya GWM ada di segmen yang lebih tinggi daripada lainnya?
Ya ya.
Apakah operasional GWM ini juga dilakukan bersama Indomobil Group?
Ya. Mirip dengan Mercedes-Benz, kami memiliki pembagian saham yang sama, 70 persen Inchcape dan 30 persen Indomobil. Bagaimana kami bisa bermitra dengan Indomobil? Tentu saja semua orang tahu Salim Group. Mereka adalah salah satu konglomerat terbesar di Indonesia. Kemitraan kami dengan Indomobil dalam joint ventures ini sangatlah jelas. Inchcape bertanggung jawab pada manajemen sehari-hari. Sementara kami mengandalkan mitra lokal kami untuk menangani hal-hal seperti importasi, proses bea cukai, dan hal-hal seperti memahami hubungan dengan pemerintah, regulasi pemerintah, hal-hal yang sangat penting yang tidak akan bisa dilakukan perusahaan asing sendirian. Jadi, semua sudah sangat jelas.
Tentu saja jika kita kembali pada pertanyaan awal soal Mercedes-Benz ingin mengembangkan jaringan layanan purnajual kami, jika kita berbicara soal pengembangan jaringan, tentu saja Indomobil memiliki lebih banyak hal untuk ditawarkan kepada konsumen Indonesia daripada Inchcape. Mereka sudah memiliki jaringan yang bisa kami manfaatkan untuk mengembangkan jaringan bengkel resmi ke seluruh negeri. Harapannya itu akan membuat para konsumen di Indonesia lebih percaya karena mereka tahu bahwa Inchcape punya mitra lokal yang sangat kuat dalam hal ini.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F08%2F11%2F6657eb4a-4619-4434-9287-f21eb090a91d_jpg.jpg)
Mercedes-Benz AMG SL 43 di pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023, Kamis (10/8/2023).