Rawon, Kuliner Legenda Jatim yang Mendunia
Rawon, sup khas Jawa Timur, mendapat pengakuan dunia. Kuliner ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 900-an Masehi. Kini, rawon sering kali dipadukan dengan pecel, bakso, bahkan rujak.

Nasi Rawon Komplet.
Situs kuliner tasteatlas.com pada Senin (7/8/2023) pukul 18.00 WIB memperlihatkan informasi bahwa rawon (beef black soup) dari Jawa Timur mendapat rating 4,7. Pemilih yang menyukainya 88 persen, yang cuek 8 persen, dan yang membencinya 4 persen.
Di situs dari Kroasia itu, rawon, kuliner dari tlatah Arekan, dinyatakan pemenang rating terbaik untuk sup di Indonesia dan urutan ketiga sedunia. Rawon yang telah diakui sebagai kekayaan budaya Jawa Timuran juga ada di peringkat ketujuh masakan terbaik di Indonesia dan urutan ke-84 sedunia.
Rawon termasuk dalam 10.803 masakan tradisional yang diulas dalam situs dengan keterlibatan 50.113 pakar kuliner. Laman juga mencantumkan 6.019 bahan baku lokal dan 23.547 restoran otentik. Setahun lalu, tasteatlas.com menobatkan rawon sebagai sup atau makanan berkuah terenak di Asia.
Baca juga: Rawon Brintik di Malang, Kuliner Legendaris sejak 75 Tahun Lalu
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F01%2F30%2F4690b334-4e66-47f6-9d42-724846f3c92b_jpg.jpg)
Rawon, makanan khas Jawa Timuran.
Catatan Kompas, dalam pantauan pada akhir bulan lalu, rawon mendapatkan rating terbaik urutan pertama untuk sup. Namun, dalam sepekan, penilaian ternyata sudah berubah. Rawon berada di bawah tom kha gai (Thailand) dan tonkotsu ramen (Jepang). Seperti klasemen sementara dalam sepak bola, peringkat akan terus berubah sampai penobatan yang mencakup penilaian setahun ini. Ya, mari ditunggu di akhir musim pemeringkatan, ada di mana rawon kebanggaan warga Jawa Timur ini.
Dalam ulasan Kompas (e-paper) halaman C, Jumat, 11 Februari 2022, disebutkan, di Jatim, terutama tlatah Arekan atau budaya Arek sebagai khazanah masyarakat terkemuka, rawon amat digemari. Secara geografis, Arekan mencakup sebagian kabupaten/kota yang dilintasi Bengawan Brantas, yakni Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, Jombang, Malang, Kediri, dan Blitar. Arekan juga dikenal dengan sebutan Suroboyoan dengan karakter manusianya pemberani, terbuka, dan egaliter.
Sup daging sapi berkuah hitam dari keluak, hampir tersedia di seluruh warung, restoran, dan atau depot kuliner Jawa Timuran. Rawon menjadi menu wajib untuk dinikmati seseorang yang mampir ke Jatim. Seperti ulasan tahun lalu, tiada rawon terenak. Rawon yang gurih dan membuat lidah gembira dapat dinikmati di kedai Jawa Timuran. Yang membedakan adalah lokasi, harga, dan kreativitas. Jangan terpaku pada satu tempat, tetapi carilah dan dapatkan sendiri rawon yang tercocok.
Dari pengalaman mencicipi rawon di Jatim, kuliner ini sempurna jika tersaji lengkap. Sepiring nasi panas atau irisan lontong sebagai pendorong sup rawon dengan taoge mentah, sambal terasi, empal utuh atau suwir, telur bebek asin, tempe dan tahu goreng, serta kerupuk udang atau emping. Itulah sempurna dan paripurna.

Rawon Merah ala Depot Sari yang menjadi salah satu menu andalan restoran tersebut sejak 1930 di Surabaya, Jawa Timur. Menu ini berbeda dengan rawon pada umumnya karena tidak menggunakan keluak, tetapi kombinasi cabai merah dan cabai rawit.
Hibrida
Namun, dengan karakter ”berontak”, Arekan membawa rawon ke dimensi yang lain. Dimensi lain berarti kebaruan, keunikan. Rawon dikawinkan dengan menu lain yang juga sempurna dan paripurna, yakni rujak, pecel, pentol (bakso), dan nasi goreng. Juga ada yang menggabungkan rawon dengan mi, bahkan pasta (spageti dan pene).
Hibrida atau fusi itu bukan dengan menyusun menu melalui langkah baru, melainkan seperti kecelakaan, yakni membuat dua masakan bertabrakan. Perkawinan menghasilkan rujak rawon, pecel rawon, pentol rawon, dan nasi goreng rawon. Di antara menu-menu campuran ini yang sudah biasa ditemui di depot Jawa Timuran ialah pecel rawon dan pentol rawon. Untuk rujak rawon dan nasi goreng rawon masih belum ditemukan di Surabaya.
Rawon pecel banyak ditemukan di Kabupaten Banyuwangi di mana budayanya sangat terbuka dan mudah beradaptasi dengan budaya luar. Di Surabaya, pecel rawon juga bisa ditemukan. Salah satu tempat yang biasa Kompas kunjungi untuk menikmati pecel rawon ialah warung Ibu City Surabaya Rawon Campur Pecel di Jalan Dharmawangsa. City berarti kota yang notabene jati diri Surabaya, ibu kota Jatim sekaligus pelesetan nama pemilik usaha, yakni Siti.
Baca juga: Mencicipi Uniknya Pecel Rawon di Banyuwangi

Menu nasi pecel rawon kreasi Warung Nasi Rawon Campur Pecel Ibu City Surabaya, Jalan Dharmawangsa, Surabaya, Jawa Timur. Menu ini merupakan kuliner fusi dari tlatah budaya Mataraman dan Arekan.
Rawon campur Pecel berarti ada menu nasi rawon, nasi campur, nasi pecel, dan rawon pecel atau pecel rawon. Untuk menu hibrida berupa nasi pecel dengan lauk pilihan bisa tempe, tahu, telur dadar, telur ceplok, empal, dan ayam goreng disertai bumbu kacang pedas, lalu disiram rawon. Pecel ada sayuran rebus atau kukus, antara lain kacang panjang, kangkung, bayam, taoge, kecombrang, lamtoro, kenikir, dan kemangi mentah.
Selain itu, disempurnakan dengan peyek teri, peyek kacang, lempeng (kerupuk beras), atau samiler (kerupuk singkong). Kelengkapan bisa ditambah dengan pendamping khas rawon, yakni taoge cambah, sambal, kerupuk, atau emping.
Dari beragam sisi, menu pecel rawon tampak brutal. Pecel warna-warni karena sayur, lauk, dan bumbu kacang disiram rawon yang hitam pekat. Oh, ada lumeran bumbu kacang di antara kuah yang gulita. Perlu piring tambahan untuk menumpuk peyek, kerupuk, dan emping, pendamping khas pecel dan rawon jika semuanya ingin dinikmati.

Menu nasi pecel rawon kreasi Warung Nasi Rawon Campur Pecel Ibu City Surabaya, Jalan Dharmawangsa, Surabaya, Jawa Timur. Menu ini merupakan kuliner fusi dari tlatah budaya Mataraman dan Arekan.
Menu pentol rawon dapat ditemukan di warung Dusun Tenggulunan Maju, Candi, Sidoarjo. Kuah bakso yang biasanya bening atau agak keruh berganti sup hitam rawon. Pentol atau bola daging berdampingan dengan irisan daging rawon hingga tetelan. Ada irisan seledri, daun bawang, sawi hijau, bawang goreng, mi atau bihun, dan dikejutkan dengan tambahan khas rawon, yakni taoge cambah mentah dan sambal.
Penikmat pentol atau bakso biasanya meningkatkan level cita rasa dengan memberi kecap manis, kecap asin, saus tomat, saus cabe, sambal, cuka, garam, dan atau lada. Bisa saja pelengkap dan penguat rasa itu ditambahkan pada kuah rawon yang gurih dari aneka rempah untuk menghasilkan kejutan baru di lidah.
Legenda
Rawon sudah tepat dinyatakan sebagai kekayaan Jawa Timuran. Masakan ini diyakini sudah ada jauh sebelum milenium pertama. Rawon tercatat dalam Kakawin Ramayana karya Mpu Walmiki dalam masa pemerintahan Sri Maharaja Rake Watukura Dyah Balitung pada 820-832 Saka (898-910 Masehi). Ada masakan berbahan daging dan berkuah gelap seperti rawa dengan sebutan warawan atau rarawwan.
Selain itu, rawon juga diyakini termasuk dalam daftar makanan yang disebut di Prasasti Taji (901 Masehi). Lempeng tembaga itu ditemukan di Ponorogo, Jatim, yang kerap diasosiasikan dengan Wengker, nama wilayah kuno pada masa klasik Hindu-Buddha. Dalam prasasti ini disebutkan banyak orang menghadiri upacara penghormatan terhadap Sang Hyang Vatu Sima dengan suguhan makanan dari daging dan ikan serta hadiah kain dan emas. Salah satunya, warawan yang diyakini sebagai asal nama kuliner rawon.
Jejak rawon sejak 1.000 tahun lalu membuktikan bahwa dulu sampai sekarang rawon jadi santapan istimewa. Jadi, kapan mampir ke Jatim mencicipi semangkok sup yang kelezatannya diakui dunia?