Keindahan kain tenun Nusa Tenggara Barat membuat lima desainer negara ASEAN terpesona. Mereka mencipta busana dan aksesori elegan dan glamor dari kain tenun.
Oleh
SOELASTRI SOEKIRNO
·5 menit baca
ARSIP INDONESIAN FASHION CHAMBER
Koleksi Natacha Van
Keindahan kain tenun Nusa Tenggara Barat membuat lima desainer negara ASEAN terpesona. Mereka mencipta busana dan aksesori elegan dan glamor dari kain tenun. Itu penghormatan para desainer ke karya penenun daerah tersebut.
Lombok International Modest Fashion Festival atau Limoff 2023 di Senggigi, Lombok Barat, awal Juli lalu, jadi ajang unjuk karya lima desainer yang tergabung di ASEAN Fashion Designers Showcase (AFDS). Mereka, desainer asal Filipina Dave Ocampo, Fadzil Hadin (Brunei Darussalam), Hayden Ng (Singapura), Natacha Van (Kamboja), dan Wan Bainun (Malaysia).
Sebanyak 40 karya para desainer itu memberi warna dan gaya berbeda di pergelaran fashion modest yang diinisiasi Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah NTB Niken Zulkieflimansyah. Ada modifikasi busana Melayu, tetapi juga ada gaya lebih modern yang lahir dari kombinasi kain polos dan tenun Lombok atau Bima.
Sebenarnya tak mudah bagi mereka berkarya menggunakan kain tenun yang rata-rata panjang 1 meter dengan lebar 90 sentimeter, bahkan kurang. Tetapi, para desainer sadar, tak mudah pula membuat kain khas tersebut. Apalagi, di banyak negara, seperti Filipina, anak mudanya nyaris tak mau menenun lagi, sedangkan di Lombok dan Sumbawa, para remaja justru ingin belajar menenun.
Hayden, desainer senior yang biasa mencipta busana pesta dan kasual, punya ide untuk membuat aksesori berupa topi dan tas dari kain tenun yang justru menambah usia bahan tersebut. Bagi Hayden, fashion tak hanya busana, tetapi juga aksesorinya.
Kebetulan ia mendapat kain tenun warna hitam dan biru tua, bermotif warna merah, oranye, hijau, dan kuning. Terpikirlah olehnya membuat tas dengan kombinasi rotan sebagai pegangan tas dan kain dari bahan sama. Untuk menambah tampilan lebih chic, Hayden menambahkan pom-pom, hiasan dari benang warna-warni berbentuk bulat atau berumbai.
Ia juga membuat topi dari tenun yang sekaligus jadi penghias hijab. Tas dan topi menjadi pelengkap blus katun dengan rok panjang atau celana panjang denim. ”Ini pengalaman pertama membuat busana berhijab, juga memakai tenun. Saya pilih membuat fashion kontemporer yang bisa dipakai siapa pun, kapan pun dengan baju apa pun,” ujarnya saat hendak menampilkan karyanya.
ARSIP INDONESIAN FASHION CHAMBER
Koleksi Dave Ocampo
Selain membuat hal berbeda, Hayden juga menekankan kesederhanaan dan fungsionalitas ciptaannya. Itu juga yang membuatnya memilih memadukan aksesori dari kain tenun Lombok dengan bahan denim. Selain menyiratkan gaya muda juga cocok dipakai di mana pun berada.
Sementara Dave menampilkan busana bersiluet langsing dengan warna ngejreng sesuai kesukaannya dalam mencipta busana. Blus panjang pink berpadu rok lurus panjang warna biru laut, atau blus biru-merah dengan bawahan merah menyala. Tampak elegan. Agar memudahkan pergerakan si pemakai, ia membuat belahan di belakang rok panjang.
Uniknya, Dave tak membuat kain tenun Lombok secara penuh untuk karya-karyanya. Ia menggunting motif-motif pada kain tenun yang ia butuhkan lalu dijahitkan di atas kain berbahan sutera satin. Hasilnya, seolah kain itu bermotif khas tenun Lombok.
ARSIP INDONESIAN FASHION CHAMBER
Koleksi Hayden Ng
Hanya sebulan
Berkejaran dengan waktu mewarnai upaya Fadzil menyelesaikan delapan busana dari kain tenun Lombok dan Bima (Sumbawa-NTB). ”Kain baru saya terima bulan Mei, waktu kerja efektif saya hanya sekitar satu bulan. Dan, saya terima semua kain dengan motif dan warna muda. Ukuran kainnya kecil,” ujar desainer yang pernah ikut Muslim Fashion Festival 2022 yang diadakan Indonesian Chamber Fashion, salah satu organisasi desainer fashion Indonesia.
Gara-gara waktu mepet, salah satu bajunya baru selesai kira-kira hanya satu jam sebelum ia terbang ke Jakarta dari Dubai, tempat ia bermukim sekarang. Toh lelaki asal Brunei Darussalam itu tetap senang karena bisa menunjukkan karyanya di Limoff 2023.
Untuk koleksi berjudul ”Lawakita” yang artinya ’kecintaan kita kepada sesuatu’, Fadzil membuat delapan setel busana berlayer (lapis). Mulai dari celana panjang dengan blus dalaman, lalu luaran (outer) yang bisa dibuka atau dikancingkan. Ada pula rok panjang dua lapis, lalu ditutup luaran dari bahan kain tenun yang dikombinasikan dengan renda-renda.
Cara itu Fadzil lakukan guna menampilkan keindahan tenun Nusa Tenggara Barat. Ia membuat blus putih panjang bermotif bunga, celana panjang kuning polos, ditutup jaket dari tenun warna biru. ”Saya penyuka bunga, sebab saya terinspirasi keindahan alam Borneo,” tuturnya.
Ia menambahkan, katun dan renda yang dipadukan tenun. Terciptalah gaun berumbai, berlapis-lapis yang disukai perempuan Dubai. Tak heran, sebagian koleksi ”Lawakita” sudah terjual sebelum ia manggung di Lombok.
ARSIP INDONESIAN FASHION CHAMBER
Koleksi Wan Bynun
Feminin dan glamor
Dua desainer lain, Wan Bynun dan Natacha, membuat busana bersiluet feminin. Bynun menampilkan setelan celana panjang, kain panjang yang dibuat semacam sarung dengan atasan, rok, luaran serba biru, menyesuaikan dengan warna tenun dari penyelenggara Limoff.
Terlebih pada gaun terusan bergaris, ia menambahkan kerah berupa potongan kain tenun warna senada, dikeliling rumbai cukup tebal. Tak hanya itu. Ia juga membuatkan tutup kepala pemakainya dari kain tenun warna biru yang menawan. Alamaak... cantik nian....
ARSIP INDONESIAN FASHION CHAMBER
Koleksi Fadzil Hadi
Potongan feminin menjadi ciri khas Natacha yang bersekolah fashion di London. Kali ini ia pun menampilkan luaran, blus, blus panjang semacam tunik dari tenun berwarna dasar hitam dan biru, hijau, dengan corak warna ungu, hijau, putih, oranye, dengan celana atau rok pendek maupun panjang.
Sebagai desainer pencipta gaun malam, Natacha menyulap kain tenun Lombok menjadi bagian dari gaun untuk pesta, misalnya pada setelan rok panjang warna kuning dipadu tunik dari tenun. Ia memasang luaran tambahan yang diikatkan di pinggang yang menjuntai menjadi ekor gaun yang panjang. Satu lagi, terusan hijau, kombinasi kain polos dengan tenun, dengan aksen gelembung di lengan. Memberi kesan feminin, klasik tapi juga glamor.