Simulasi Hibrida Suzuki XL7
Suzuki XL7 Hybrid dengan harga tertinggi Rp 303,9 juta bisa menjadi awalan bagi yang penasaran pada mobil ”hybrid”. Dengan cara mengemudi tertentu, konsumsi bensinnya tergolong hemat, bahkan untuk penggunaan dalam kota.
Mobil irit bahan bakar bermunculan di saat kesadaran terhadap polusi dan keberlangsungan lingkungan hidup menguat. Teknologi hibrida, memadukan mesin bakar dan tenaga listrik, adalah salah satu alternatifnya. New Suzuki XL7 Hybrid diluncurkan pada pertengahan Juni 2023 dan laris di pasaran.
PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) yang memasarkan merek ini di Indonesia tak sesumbar memasang predikat all new pada pembaruan XL7 ini. Benar, ini versi pembaruan (facelift) semata dari generasi pertama XL7 yang lahir pada 2020 lalu. Wujudnya sedikit sekali berbeda. Hal signifikan adalah penggunaan baterai untuk menyokong tenaga pada mesin bakar K15B berkapasitas 1.462 cc.
Mesin itu dilengkapi teknologi smart hybrid vehicle by Suzuki (SHVS). Artinya, mesinnya dipasangi generator starter terintegrasi (integrated starter generator/ISG) dan baterai litium-ion berkapasitas 10 Ah. Dengan demikian, mesinnya bisa mati dan menyala secara otomatis ketika mobil berhenti sesaat. Suzuki memperhitungkan, cara ini akan menghemat pembakaran bensin ketika mobil berhenti sesaat; baik di kemacetan maupun di lampu merah.
Selain itu, teknologi ini akan membantu kerja mesin pada akselerasi awal. Sehingga turut mengefisienkan konsumsi bahan bakar pada tahapan krusial itu.
Teknologi serupa lebih dulu diterapkan Suzuki pada model Ertiga Hybrid yang meluncur sejak Juni 2022. Bedanya, kapasitas baterai pada Ertiga lebih kecil, yakni 6 Ah. Penempatan baterainya masih sama, di bawah jok kiri depan. Pada uji coba Ertiga, rata-rata konsumsi bahan bakar untuk perjalanan jarak jauh terentang di angka 18 kilometer per liter sampai 22 km per liter.
Pada awal Juli lalu, PT SIS mengundang sejumlah media untuk menguji klaim teknologi tersebut pada New XL7. Lokasi yang dipilih adalah provinsi DI Yogyakarta. Awak media melintasi berbagai model jalur dengan keramaian lalu lintas yang berbeda-beda melintasi tiga wilayah, yakni Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul.
Mobil yang dipakai adalah varian tertinggi, yaitu XL7 Hybrid Alpha bertransmisi otomatis dengan warna bodi seragam, New Savanna Ivory (cenderung krem) dengan paduan hitam. Di pasaran, XL7 ini ada dua tipe lain, yakni Beta dan Zeta, yang masing-masing punya opsi transmisi otomatis dan manual. Teknologi SVHS hanya ada di tipe Alpha dan Beta. Mobil yang kami pakai harganya Rp 304,9 juta (on the road DKI Jakarta). Di Yogyakarta, harganya lebih mahal Rp 9 juta.
Rute wisata
Di kota ini, penyelenggara merancang rute mendatangi tempat-tempat wisata ternama seperti Telogo Putri di Kaliurang, dan Gumuk Pasir di Pantai Parang Kusumo. Tak ada rute jalan tol. Jadinya, uji kendara kali ini merupakan simulasi penggunaan XL7 Hybrid jika dipakai berwisata di suatu kawasan.
Titik pertama tujuan kami setiba di Yogyakarta pada Rabu (5/7/2023) adalah mendatangi Bukit Watu Tapak di daerah Sambirejo, Prambanan, Kabupaten Sleman. Destinasi yang berada di sekitar Tebing Breksi ini biasanya digunakan untuk berkemah.
Baca juga: Suatu Sore Bersama Suzuki XL7
Jalan mencapai bukit menanjak dengan aspal terkelupas. Namanya tujuan wisata, yang melewati jalan itu bukan cuma mobil kecil, melainkan bus besar juga. Beberapa kali kami terpaksa berhenti di tanjakan karena ada bus yang hendak parkir. Fitur bantuan pengereman tanjakan (hill hold assist) sukses menahan mobil tidak melorot. Jalan tanpa lampu tetap tersinari dengan baik oleh lampu LED dari XL7 yang bisa menyesuaikan tinggi sorotnya.
Rute menanjak dengan kecepatan rendah karena aspal terkelupas dilahap dengan mulus oleh mesin bertorsi puncak 138 Nm di putaran mesin 4.400 rpm. Ruang kolong (ground clearance) setinggi 200 milimeter tak bikin cemas ketika harus melewati gundukan. Bantingan suspensinya kaku, namun tak menimbulkan guncangan berarti ke dalam kabin.
Di perjalanan kembali dari Watu Tapak yang menurun curam, mobil tak melaju ringan layaknya dimakan gravitasi. Ada pengereman mesin (engine brake) yang membuat kaki tak terus-menerus menginjak pedal rem. Ketika pengereman mesin ini bekerja, layar di balik kemudi menunjukkan grafis aliran energi dari mesin ke baterai.
Simulasi berhemat
Simulasi sebenar-benarnya baru dimulai pada hari kedua. Sejak pagi kami sudah berangkat dari hotel di kawasan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, menuju Telogo Putri di Kaliurang. Jaraknya sekitar 29 km. Tangki terisi penuh dengan bensin beroktan 98. Perut kami juga penuh.
Lalu lintas menuju Kaliurang pagi itu terbilang ramai. Tak banyak titik untuk menggeber kendaraan. Jalanannya pun konstan menanjak. Setibanya di tujuan, angka konsumsi bahan bakarnya 9,9 km per liter dengan kecepatan rata-rata 22 km per jam. Tak terlalu mengesankan.
Hawa Kaliurang lumayan sejuk. Segelas kopi panas dan setangkup jadah tempe jadi sarapan kedua kami. Monyet-monyet mengintai dari atap warung ketika kami berfoto-foto di depan mobil. Teknisi dari Suzuki kembali mengisi ulang tangki bensin sampai penuh. Ini bekal sepanjang hari karena setelah diisi, tutup tangki disegel. Simulasi hemat bahan bakar dimulai.
Tujuan berikutnya adalah Restoran La Lisa Farmer’s Village di Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul. Tempat makan dan atraksi keluarga ini berada di dataran rendah. Jadi, rute sepanjang sekitar 42 km itu berkontur menurun dan rata.
Beranjak dari Kaliurang, hawanya masih sejuk. Kami sepakat untuk tak menyalakan AC dengan alasan menikmati udara segar yang sulit dirasakan di Jakarta. Selain itu, hal ini juga menghemat bahan bakar. Baru ketika lalu lintas semakin ramai dan jalanan mulai rata, AC dinyalakan seperlunya.
Berkendara di dalam rombongan tak memungkinkan kami memacu mobil dengan agresif. Nikmati saja jalan-jalan kecil dengan pematang sawah di kiri dan kanan, perlahan-lahan. Ini pemandangan langka yang mungkin 20 tahun ke depan sudah berganti perumahan. Keuntungan lainnya, putaran mesin nyaris tak pernah sampai 4.000 rpm, baik untuk efisiensi bahan bakar.
Baca juga: Rasa Hibrida Suzuki Ertiga
Setiba di lokasi, kami melirik angka konsumsi bahan bakar: 20,2 km per liter. Perubahannya signifikan sekali. Beberapa faktor yang menyebabkan itu adalah kontur jalan yang menurun, serta cara berkemudi yang jarang berakselerasi dalam-dalam. Di setiap pemberhentian, macet ataupun lampu merah, kami menginjak pedal rem dalam-dalam sehingga mesin mati (autostart stop) dan akan otomatis menyala jika kaki diangkat.
”Peran baterai itu membuat autostart stop berfungsi mulus. Selain itu, kapasitas (baterai) yang lebih besar dari Ertiga juga berfungsi untuk peranti kelistrikan di dalam mobil, seperti audio dan lampu kabin,” kata Donny Saputra, 4W Marketing Director PT SIS.
Setelah rehat di La Lisa, tantangan berikutnya adalah mencapai Gumuk Pasir di Pantai Parang Kusumo dalam waktu 50 menit tetapi tetap mempertimbangkan efisiensi bahan bakar. Peserta dibebaskan memilih rute berkontur rata itu.
Dengan cara mengemudi serupa, minim akselerasi dan suhu kabin asal sejuk saja, tim kami tiba di titik finis paling awal dengan catatan waktu mendekati 50 menit untuk jarak sekitar 32 km itu. Di titik finis, konsumsi bahan bakarnya menjadi 19,6 km per liter karena sempat terjebak antrean masuk gerbang kawasan wisata Pantai Parangtritis. Tak mengapa, angka segitu masih terbilang irit.
Berada di kawasan Gumuk Pasir seperti ”pulang kandang” bagi XL7 yang kami tunggangi. Sebab, warna New Savana Ivory tampak menyatu dengan lautan pasir keabu-abuan. Kelir hitam pada bagian gril, atap, dan bagian samping menimbulkan kesan tangguh.
Di Gumuk Pasir, segel tangki bensin dibuka dan diisi bensin kembali. Penyelenggara tak memberikan data berapa liter yang dibakar untuk setiap mobil. Harold Donnel, Head of Brand Development and Marketing Research 4W PT SIS, hanya menyebutkan, rata-rata konsumsi bensin delapan mobil selama simulasi kehematan adalah 19,05 km per liter.
Angka itu cukup memberi kesan bahwa teknologi hibrida di XL7 berdampak pada efisiensi bahan bakar. Namun, itu adalah simulasi. Banyak faktor yang bisa dirancang dalam simulasi, seperti pemilihan rute yang menurun, juga cara menyetir yang tidak tergesa-gesa. Angka itu juga bisa jadi patokan bahwa mobil ini mampu main irit. Dalam penggunaan sehari-hari secara wajar, angkanya mungkin menyusut.
”Diharapkan masyarakat jadi semakin sadar bahwa elektrifikasi bisa menghemat bahan bakar. Untuk itu, tak perlu mengeluarkan biaya terlalu mahal untuk membeli mobilnya. Dengan harga Rp 300 jutaan sudah bisa memiliki mobil hybrid,” kata Donny. Sepanjang Juni 2023, penjualan XL7 Hybrid mengungguli Ertiga Hybrid dalam cakupan mobil penumpang Suzuki.